kecoplosan lo barusan adalah kalimat terindah buat gue
-Arga-
***
"Tante, Azwa gimana?" tanyanya takut.
Langkah Rika terhenti, "Santai aja, dia besok bakal baikan kok." setelah menjawab itu mereka berdua kembali berjalan menuju kamar Rika.
Ekspresinya mungkin bisa saja santai, namun jauh di dalam hatinya tidak. Bukannya takut Azwa akan mengamuk, tapi ia takut jika tidak mendapat restu dari salah satu anggota keluarga Dion untuk menikah, bakal susahkan nantinya?
Mereka yang melangkah tadi tidak menyadari bahwa sedari tadi ada yang mengintai mereka dari balik pintu kamar, siapa? Ya siapa lagi kalau bukan Azwa.
Ia menguping sebagian pembicaraan Pasya dan bundanya dari balik pintu. "Cih? Beraninya dia nginap di sini, tidur bareng bunda lagi!" ucap Azwa tidak terima.
Kini kekesalannya sekitar tujuh puluh persen meningkatnya. "Baru pacar juga, belum lagi jadi istri sudah belagu aja tu cewek!"
Dengan wajah yang kusut ia kembali membaringkan tubuhnya di kasur empuk kesayangannya. Tidak diduga air matanya menetes tanpa ia izinkan.
"Sumpah! Ini sangat-sangat memuakkan!" Azwa melempar bantalnya ke sembarang arah, melampiaskan ke kesalannya.
Tangisnya kian deras, ia pun menurupi wajahnya dengan bantal satunya. Dan tidak lama ia tertidur.
***
Di pagi hari yang cerah, dengan burung yang berterbangan bebas dan tidak lupa matahati yang bersinar, ralat! Matahari maksudnya. Itu semua tidak mengubah perasaannya saat ini, ia masih menyimpan kesal dan amarahnya yang masih belum padam dari tadi malam
Padahal ia sudah menangis, apa air matanya tidak cukup untuk memadamkan kesal nan amarahnya? Apa harus disiram oleh pemadam kebakaran?
Saat ini Azwa tengah memandangi dirinya di kaca sedang miliknya, semua rapi seperti biasanya namun ada satu yang merusak pandangannya, matanya yang bengkak.
Itu pasti karena tadi malam ia menangis, tapi ia tidak terlalu pedulikan itu. Azwa keluar dari kamarnya turun ke bawah untuk berangkat sekolah.
Ia melihat di dapur ada Rika dan Pasya yang sedang ikut membantu bundanya menyiapkan sarapan. Sadar Azwa lewat Rika pun memanggilnya, "Nak! Sarapan dulu."
Ucapan Rika tidak ia sahuti, ia tetap berjalan lurus. Rika hanya bisa mengelus dadanya. Pasya tersenyum tulus ke arah Rika, "Mungkin moodnya sedang buruk, Tan," ucapnya. Iya karena ada gue, batin Pasya.
Saat Azwa membuka pintu ia langsung dikagetkan dengan adanya Arga di sana, Azwa menatapnya malas.
"Woy!" Arga mengibaskan tangannya diwajah Azwa, "Weyy!! Mata lo napa bengkak gitu?" tanya Arga.
"Ayok berangkat." Azwa melangkah melewati Arga yang berada diambang pintu.
"Nas, kenapa mata lo? Nangis? Apa ngintip orang mandi?" tanyanya tidak berhenti, membuat Azwa geram.
"Berangkat bareng gue, apa gue naik taksi sendiri?!" ucapnya kesal, Arga langsung mengangguk dan menyalakan motornya.
Setelah Azwa naik, ia langsung melajukannya.
Arga tidak langsung menuju sekolah, ia ingin membawa Azwa kesuatu tempat yang bisa membuat Azwa kembali tersenyum.
Tidak berapa lama kini mereka sampai di sebuah taman yang mungkin belum pernah Azwa kunjungi, dan Arga pun berhasil membuat Azwa tersenyum.
"Waah! Cantik banget!" Azwa memuji keindahan taman itu, ia tidak henti-hentinya mengembangkan senyum manisnya.
Azwa berjalan-jalan dan menyentuh berbagai macam jenis bunga di sana, tidak lupa untuk memotretnya juga.
Arga ikut bahagia melihat Azwa yang tidak berhenti tersenyum. "Andai lo bisa tersenyum gini tiap hari, Nas."
Ia berjalan ke arah Azwa yang masih sibuk memotret bunga-bunga yang cantik di sana. "Nas, mau es krim gak? Di sana ada orang jual es krim tuh," ajak Arga.
Dengan cepat Azwa mengangguk dan menarik Arga ke arah kedai es krim.
Mereka pun memesan es krim di sana dan bercanda ria sampai akhirnya mereka melupakan jam yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan, itu artinya mereka terlambat!
Arga mulai gelagapan, "Nas, kita telat woy!" ucapnya dramatis.
"Yaudah, telat mah tetap telat, bolos aja kali-kali," ucap Azwa santai ia masih menyeruput es krimnya dengan nikmat.
Arga mendengar itu ikut bersemangat, membolos dan bersenang-senang dengan calon masa depannya itu? Ini saat-saat yang ia impikan selama ini.
Ini juga sekalian membantu Azwa melupakan sejenak semua masalahnya. "Nas, mau ke mana habis ini?" tanya Arga semangat.
Azwa tampak berpikir keras, "Ke hati lo aja gih," ucapnya tanpa sadar.
"Eh gimana-gimana?" tanya Arga kaget.
"Kita ke toko buku yuk, ada novel baru keknya minggu ini," alihnya, membuat Arga sedikit sedih.
Tapi tidak apa bagi Arga, kecoplosan lo barusan adalah kalimat terindah buat gue, batinnya.
***
Di toko buku saat ini mereka sedang berpencar, Azwa yang sedang berada di rak-rak buku fiksi dan Arga hanya berkeliling saja seperti satpam yang sedang berpatroli, ia sebenarnya tidak suka melihat buku sebanyak ini, pusing katanya.
"Nah! Tuh kan bener, ada juga akhirnya," celetuk Azwa ketika mendapat buku novel keluaran terbaru.
Azwa bersemangat membawa novel itu kepada Arga, "Arga! Arga lihat deh," suruhnya.
Arga melirik kearah novel itu, "Kenapa?"
"Enggak sih, cuma mau ngasih tau aja kalau memang ada novel baru," ucapnya santai, Arga mendesah pelan.
"Udah dapat, kan? Yuk ah ke tempat lain aja, gue muak nih lihat buku banyak gini." Arga berjalan mendahului Azwa.
Dengan cepat Azwa mensejajarkan langkah besar milik Arga. Mereka berdua menuju kasih.
"Ini, Mbak." Arga menyorongkan uangnya, dan langsung mendapat tatapan tajam cewek disebelahnya.
"Kok, lo yang bayar?" tanya Azwa sedikit tidak terima.
"Sepertinya lo lupa, memang sudah hakikatnya tiap lo beli novel gue yang bayar, kan?" ucapnya seraya berjalan keluar dari toko buku tersebut. Azwa yang sadar akan itu ia pun cengengesan tak berdosa.
"Iye, makasih ya, Gagakku sayang," ucap Azwa seraya memeluk Arga, membuat cowok itu mematung.
***
Enak banget ya jadi Azwa, tiap beli novel ada yang bayarin. Heuheu iri akutuh iri!
Btw, jangan lupa vote dan komen yaa🐰