Pagi hari yang cukup cerah kali ini Azwa berangkat sekolah sendiri, Arga tidak bisa menjemputnya karena motornya sedang ngambek, katanya.
Untungnya hari ini keadaan Azwa sudah membaik setelah kemarin mendapat pencerahan dari sang sahabat. Ya meskipun masih ada sedikit rasa kesal dengan Dion, tapi ia mencoba menyadarkannya lagi.
"Pagi adikku yang paling unyu-unyu," kalimat sapaan dari Dion membuat Azwa menoleh padanya, senyum kecut muncul dari bibir mungilnya.
Azwa duduk di meja makan bersebelahan dengan abangnya, Dion menatap adiknya dengan tatapan yang tidak bisa digambarkan.
Merasa risih ditatap seperti itu ia pun melontarkan tatapan tajamnya. "Weh, hehe, santai aja kali, dek."
Tok tok tok
"Assalamualaikum." Terdengar suara langkah kaki seseorang yang melangkah menuju ruang tengah.
Azwa yang mendengar itu langsung terpelonjak, ia berjalan menuju seseorang itu. "ARGA!!" pekiknya.
"Nanas!" sapanya hangat dengan senyuman hangat pula.
Gadis itu mendekat. "Katanya motornya ngambek? Gak bisa jemput." Ia memperlihatkan bibir mayunnya.
Arga tersenyum. "Kan motornya yang ngambek, bukan gue. Jadi gue kesini pake taksi."
Azwa memangut-mangutkan wajahnya. "Yuk berangkat!" Tarikan Arga terlepas.
Arga membalikkan badannya. "Kenapa di-" seolah terkejut kini yang ia hadapi bukan Azwa tapi Dion, abang Azwa.
"Eh, Babang Dion. Hehe," Arga menjadi kikuk. "Gue mau berangkat bareng Nanas, bang." Ia sedikit takut karena Dion memasang tatapan tajam padanya.
"Pake apa? Taksi?" Arga mengangguk ragu. "BIG NO!"
Azwa mengerutkan keningnya, kenapa? Taksi doang kan yang penting bareng Arga, pikirnya.
"Ke-kenapa, Bang?"
"Nih," Dion memberikan kunci mobilnya. Arga dan Azwa melongo melihatnya.
"Ya-yakin Bang?" tanya Arga ragu.
"Abang gak kuliah?" timpal Azwa.
Dion mengangguk dan tersenyum simpul. "Pake aja, gue kagak kuliah hari ini." Setelah bicara seperti itu ia pun pergi.
"Yuk ah, kita dapat mobil nih," ucap Arga berbunga-bunga, dengan naik mobil ia bisa lebih leluasa memandangi Azwa saat lampu merah, pikirnya.
Azwa pun tak kalah bahagianya. "Yuk!"
***
Azwa melenggang masuk kekelasnya dan tak lupa untuk selalu setia dibuntuti oleh Arga.
Ia sekarang kembali duduk seperti semula, bersama dengan Arga. Ini karena cewek kemarin itu sudah tidak mengganggunya lagi, entahlah kenapa.
Setelah menaruh tasnya Azwa melangkah pergi lagi, tapi tangannya sempat dicegat oleh Arga. "Mau kemana?" tanyanya dingin.
Azwa menunjuk Ratih dengan dagunya, setelah itu Arga melepaskan tanganya dan mempersilakan ia mendatangi Ratih.
"Tih," sapanya saat sudah duduk di meja sebelah Ratih yang kebetulan orangnya belum datang.
Seperti biasanya, setiap pagi begini yang selalu dipegang dan diperhatikan Ratih adalah buku. Ratih itu seorang kutu buku, tapi dia tidak nerd. Tapi tak jarang orang masih tidak mau berteman dengannya.
Namun sekarang, Ratih lebih banyak bersyukur karena ada Azwa yang dengan senang hati mengajaknya berteman, sampai saat ini ia menjadi teman curhat Azwa.