Tertawa bisa mengakibatkan kita menjadi bahagia.
Dan
Menangis bisa mengakibatkan kita menjadi sedih.***
"..."
"Ampun, ampun. Arga gak maksud, Ma!" mohon Arga.
Suara tawa pun langsung memecang memenuhi kamar Azwa. Arga terkejut, ia pun membuka matanya. Melihat didepannya adalah Dion, bukan mamanya.
"Iya, Nak. Mamah ampuni kamu. Hahaha" Ledek Dion, suara tawanya kian nyaring. Saking lucunya Azwa dan Dion tertawa terpingkal-pingkal seraya memegangi perut mereka yang sakit karena tertawa.
Mereka baru melihat. Jadi begini kelakuan Arga didepan mamahnya. Cupu.
"Gila lo, Ga. Bakat banget bikin acara lawak. Ahahaha," ledek Azwa disela-sela tawanya.
Arga mendecih. "Bodo."
Hening, tiba-tiba.
"Kenapa diam?"
Setelah mendengar ucapan Arga, mereka kembali tertawa gelak. Arga mendecih, ia keluar dari kamar Azwa.
Rasa malu sudah memenuhi jiwa, raga, batin, dan fisiknya.
Mereka menyudahi acara tertawanya setelah Arga benar-benar keluar kamar. Entahlah kemana bocah itu, terserah.
Dion menarik napas panjang lalu ia keluarkan perlahan, mengembalikan napas normalnya. "Gila si Arga, lawak banget tu bocah. Baru tau gue kalo dia depan emaknya udah kaya marmut kejepit," ledek Dion, lagi.
"Iya, Bang. Bikinkan acara lawak di TV gih buat dia, pasti banyak yang ngakak," sahut Azwa.
"Males gue," sinisnya, kembali normal.
"Udah mendingan, Nas?" tanya Dion.
Azwa mengangguk mantap. "Sakit gigi? Udah enggak?"
Ia menggeleng. "Udah gak pusing lagi?" lagi-lagi menggeleng.
"Bacot banget si Bang, kek emak-emak nonton sinetron," sinis Azwa.
"Iye, ah."
Dion mendekat ke arah Azwa dan membantunya membenarkan posisi duduknya. "Btw, Arga tadi ngapain kamu?"
Azwa menggeleng. "Tadinya mau khilapin aku, cuma gak jadi keburu Abang datang," jawabnya enteng.
Dion melotot. "Bagian mana yang sakit?" tanya Dion sereya memeriksa tubuh adiknya.
"Apaan sih? Di bilang gak di apa-apain juga. Lebay," ledek Azwa
Dion mengidik, ia bangkit, berjalan ke arah pintu kamar. "Mau ke mana, Bang?"
"Keluar, ngajak bicara calsu lo."
"Calsu?"
"Calon suami," Dion langsung berlari ketika Azwa sudah siap untuk melemparkan gulingnya.
"Calsum, konon," gumam Azwa sedikit tidak terima.
Azwa kembali merebahkan tubuhnya, ia rasa kepalanya kembali pusing. Ia berniat untuk tidur sekarang.
***
"Beneran mau nginap, Ga?" pertanyaan itu membuat Arga kaget. Siapa yang tidak kaget kalau awalnya hening cuma ada suara TV.
Arga menoleh. "Yoi."
Dion memangut-mangut. "Kebetulan, kamar tamu kosong," ucao Dion sambil mencomot camilan di depannya.
Arga langsung menatapnya sinis. "Siapa juga yang mau tidur dikamar tamu."
"Loh? Terus di mana dong? Kamar mandi?"