Calon kakak ipar?
-Azwa-
***
Di ruang tengah kini sedang ada Azwa dan Rika yang sedang menonton sinetron kesukaan Rika, bunda Azwa. Tapi, hanya Rika. Azwa ia tengah sibuk berkutik dengan novelnya yang baru dia beli waktu itu.
"Itu si pelakor kok nongol terus sih!" protes Rika dengan tayangan sinetronnya.
Azwa lagi-lagi terkejut dengan teriakan Rika karena ulah tokoh sinetron yang menggemaskan, kata bundanya.
Ia kembali memfokuskan pandangannya pada novelnya, berusaha tidak menghiraukan bundanya yang sedikit gila kalau sudah menonton sinetron.
Tok tok tok
Pintu terbuka sendiri. "Assalamualaikum."
Pandangan Rika dan Azwa kini teralihkan kaarah pintu. Azwa mendongak kaget, dilihat abangnya masuk kerumah dengan membawa seorang cewek.
Itu pasti pacar Abang, batinnya.
"Eh Abang, siapa itu?" tanya Rika menunjuk Cewek yang berada di samping Dion.
"Salam kenal Tan. Saya Pasya," ucapnya memperkenalkan diri.
"Ini pacar Dion, Mah," ucap Dion.
"Oh ini toh... Cantik banget sih," puji Rika seraya tersenyum tulus.
"Sok-sok'an juga," cibir Azwa.
Tingkahnya barusan membuat Rika mempelototi Azwa. "Belain aja trus!" Azwa berjalan meninggalkan mereka diruangan itu, ia sangat muak jika harus berlama-lama bersama cewek itu.
Rika menggeleng melihat tingkah anaknya itu. "Jangan hirauin, dia lagi gak mood aja," ucap Rika mencairkan suasanya.
Dion sedikit merasa bersalah dengan Azwa, adik kesayangannya itu. Dion menatap Pasya meminta izin untuk menemui Azwa. Pasya mengangguk paham.
"Bun, tolong temanin Pasya dulu ya? Dion mau datangin Nasywa dulu." Rika mengangguk dengan senang hati.
Setelah itu Dion menuju kamar Azwa, ia sangat tahu jelas bagaimana keadaan Azwa saat ini. Harusnya ia tidak perlu membawa Pasya ke rumahnya.
Dion perlahan membuka pintu kamar Azwa, "Nas?"
Dilihatnya adiknya itu sedang membenam di dalam selimut tebalnya, ia mendekat ke arahnya. "Nas, kamu kenapa sih?" tanya Dion lembut.
Azwa tetap diam tak bergeming. "Kamu cemburu sama Pasya?"
"Pikir sendiri," jawabnya judes, Dion tersenyum jahil padanya.
"Abang pikir sih ... Iya," ucap Dion.
Azwa kembali diam, sebenarnya napasnya sudah tidak kuat jika berlama-lama di dalam selimut tebal ini, keringatnya pun kian bercucuran. Oh abang cepat lah keluar!, batinnya.
Dion memeluk tubuh mungil Azwa yang seluruhnya tertutup selimut. "Kamu gak mau keluar dan kenalan gitu sama calon kakak ipar kamu?" bisik Dion, sebenarnya ia hanya bercanda ia sangat suka melihat Azwa kesal, lucu.
Di dalam sana Azwa langsung melotot.
Apa? Calon kakak ipar?
Azwa menendang tubuh Dion yang dari tadi memeluknya, ia membuka selimut itu. Napasnya terhengal-hengal, kini ia sudah sangat-sangat seperti sedang mandi, mandi keringat.
"Abang gila?!" umpatnya.
Diom tersenyum jahil. "Abang gila karena kamu, Dek."
Plak!