34

282 150 794
                                    

Semoga besok dan seterusnya akan menjadi lebih baik lagi, aamiin:)

***

Malam ini, malam yang begitu nyaman. Semilir angin sejuk menyapu wajah Arga. Lelaki itu berusaha merelakskan pikirannya yang penuh konflik.

Terlalu nyaman sampai membuatnya menutup matanya. Dan sedikit membayangkan soal hubungannya dengan Azwa ke depannya, semoga lebih baik.

Arga ingin sekali menghubungi gadis itu, tapi ia ingat bahwa gadis itu sepertinya masih belum membeli ponsel baru.

"Kalau dibeliin HP baru ... Apa gak akan marah lagi ya?" gumamnya sembari berpikir keras.

Arga membelalakan lebar matanya seolah terkejut. "Lusakan Nanas birthday!" ia baru ingat. Sepertinya ini akan menjadi momentum terbaiknya nanti, memberikan ponsel baru untuk sang calon istri.

Dengan cepat Arga masuk ke dalam kamarnya, padahal ia sudah terlanjur nyaman duduk di balkon. Arga mengambil  celengan pribadinya yang ia khususkan untuk memberikan hadiah kepada Azwa.

"Kayanya cukup aja deh buat beli HP baru." Arga tersenyun sumringah saat mengetahui uangnya akan cukup untuk hadiah Azwa di hari spesialnya nanti.

"Gila, hampir aja gue lupa ama ultahnya si calis." Arga terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.

Arga kembali menyimpan uangnya dan beranjak menuju kasuk tercintanya. Karena senyaman-nyamannya pundak doi, masih lebih nyaman kasur juga.

Ia tidak langsung tidur, memainkan game mobile adalah rutinitasnya sebelum tidur dan karena besok adalah hari sabtu atau hari sekolah libur, jadi ia bisa bermain hingga larut malam. Sekalian membuang jauh-jauh masalahnya untuk sementara.

Kalau sudah bermain game Arga selalu lupa akan waktu. Sekarang jam satu lewat dan ia masih melek, setia dengan gamenya.

Setelah berselang beberapa menit, ada pemberitahuan muncul di layar ponselnya. Arga mendengus kesal karena baterai ponselnya sudah habis tidak bersisa atau dengan kata lain adalah nol persen.

Arga mematikan daya ponselnya dan menengok ke arah jam wekernya yang berbentuk love dan berwarna pink itu, sudah hampir jam dua dan tinggal beberapa menit saja lagi akan genap jam dua. Ngomong-ngomong, jam weker milik Arga itu adalah pemberian dari Azwa maka tidak salah kalau berwarna pink. Arga menerimanya saja dengan setulus hati.

Arga menatap kosong langit-langit kamarnya. "Nas, entah lo sekarang lagi apa ... Yang pasti jangan pernah berhenti mikirin gue, ya? Gue mohon," kata Arga yang mungkin akan terbawa angin malam yang masuk dari jendelanya.

Arga membuka bawah bantalnya yang di situ terdapat foto Azwa dan dirinya saat di festival buku tahunan. Azwa terlihat sangat bahagia dengan membawa banyak buku di tangannya yang sengaja ia belikan untuk gadis imut itu.

Arga ... Akan selalu menyukainya! Ia sudah mulai menanamkan benih-benih cintanya pada Azwa sejak kelas 4 SD yang saat itu ayah Azwa memberikannya amanah untuk menjaga Azwa selalu saat di luar dan tidak bersama Dion.

Ia sangat suka tingkah lucu dan unik dari seorang Azwa itu. Namun, sejak meninggal ayahnya gadis itu terlihat lebih pemurung, tertutup, bahkan menjadi dingin dan cuek. Tapi yang namanya cinta bisa apa? Arga tetap sayang dan cinta, dan akan selalu menjaganya.

"Om ... Maaf kalau Arga dengan sengaja mengecewakan Nanas," ucap Arga lirih, manik matanya mulai berair mengingat perlakuannya saat itu pada Azwa.

Dan sekarang ... Jika ayah dari Azwa melihat semua kejadian ini pasti akan sedih dan kecewa berat padanya, sama halnya seperti Dion waktu itu.

Arga sekarang mulai mencoba memejamkan matanya. Ia berharap hari besok akan lebih baik lagi.

***

"Selamat pagi, Mah," sapaan hangat itu ia lontarkan pada mamahnya yang sedang menyiapkan sarapan.

Listi mendehem singkat. "Tumben bangun cepet, biasanya nunggu dibangunin," cibir Listi.

Arga memanyunkan bibirnya sok imut. "Bangga kek anaknya bangun sendiri terus cepet."

Listi terkekeh pelan sembari meletakkan sarapan mereka di meja makan. "Bangunin adek kamu, gih!"

Arga mengangguk lalu beranjak menuju kamar Dilla, adiknya. Sampai di kamar adiknya ia sempat menatap wajah Dilla sebentar.

Wajah yang menurutnya sama persis seperti Azwa kecil dulu. Sangat manis dan imut.

Tanpa berlama-lama lagi, Arga pun mulai membangunkan adiknya itu. Hanya dua kali tepukan di pundaknya dan sekali saja panggil namanya, Dilla langsung bangun dan membuka matanya. Berbeda dengan Azwa yang kebo dan harus di kasih umpan permen loli dulu.

Ah! Arga jadi rindu mau memberikan permen loli kesukaan gadis itu.

"Udah penuh?" tanya Arga. Pertanyaan ini selalu ia ucapkan ketika membangunkan Dilla.

Dilla mengangguk sembari mengucek matanya. "Udah."

Setelah nyawa Dilla dikatakan sudah terkumpul, barulah Arga menuntun adiknya ke kamar mandi dan memandikannya. Inilah salah satu rutinitas Arga kalau libur sekolah.

Dan setelah memakan waktu kurang lebih setengah jam, Arga memandikan dan mendandani adiknya itu barulah kini mereka turun untuk sarapan bersama.

"Wah, cantik sekali anak Mamah," puji Listi pada Dilla seraya mendudukan anaknya di kursi makan.

"Iya dong, siapa dulu yang dandanin," ucap Arga bangga.

Rika melirik sekilas. "Udah cocokkan Arga jadi ayah untuk anak Nanas sama Arga?" Arga menurun-naikan alisnya.

Listi mengerutkan keningnya. "Insya allah, kalo jodoh mah."

Ucapan dari mamahnya membuatnya lega. Akhirnya mamahnya menyetujuinya juga.

"Jadi ... Kapan Mamah sama papah ikut datang ke rumah Nanas?" Listi tersedak membuat Arga terkejut dan langsung memberikan mamahnya itu minum, ia jadi merasa bersalah. "Maaf, Mah. Gak sengaja Arga."

Listi tersenyum memaklumi. "Kamu maunya kapan?" kali ini Arga yang dibuatnya tersedak, ia terkejut dengan respon hangat mamahnya itu.

Arga terkekeh. "Arga siap kalau Nanas siap, Mah."

"Eleh-eleh, sa ae lu tong!" Listi menoyor pelan dahi anaknya itu. Ia tidak menyangka kalau anaknya ini menjadi bucinnya Azwa.

Tapi Listi mendukung saja hubungan mereka. Ia tahu kalau Azwa adalah gadis yang baik untuk menjadi pendamping hidup anaknya kelak.

"Mah," panggil Arga lagi.

Listi mendehem singkat sembari menatap Arga. "Arga mau beli HP, ya?" ia meminta izin sekarang.

"Bukannya yang kemarin masih bagus ya? Cepet banget rusaknya." Listi terheran dengan permintaan anaknya ini.

"Bukan buat Arga, Mah."

"Terus?"

"Buat Nanas. Kasihan dia gak punya HP gara-gara HPnya rusak terus dia gak berani minta sama bundanya," bujuk Arga, menurutnya kalau yang berhubungan dengan Azwa, mamahnya ini akan selalu membolehkannya.

Listi menghela napasnya ringan. "Em ... Yaudah." Arga bersorak dalam hati. "Duit kamu cukup, nggak?"

Arga mengangguk antusias. "Insya allah cukup, Mah." Ia tidak berhenti tersenyum. "Nanti siang Arga mau langsung belikan, soalnya lusa Nanas udah ulang tahun."

Listi tersenyum manis. "Terserah kamu," sahut Listi lembut.

Arga berjalan mendekati mamahnya dan mengecup sekilas kedua pipi mamahnya. "Makasih, Mah."

Listi mengangguk sembari tersenyum.

***

Di sini kita rehat sejenak dulu dari konflik yaa, mwehehe.

Uch cocwet bangetkan ya si Arga:') jadi pengen ngecalon jadi anaknya:'))

Kalian suka? Yuk ah kasih aku vote + comment, supaya aku tetap semangat nulis dan buat chapter baru♥♥


Being One Is Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang