39

310 144 1K
                                    

WARNING!

BUCIN BERLEBIHAN BISA MENGAKIBATKAN SAKIT JIWA.

***

Sudah genap seminggu Arga hidup tanpa adanya kehadiran gadis itu. Seminggu ini pula hidupnya acak-acakan.

Makan pun ogah-ogahan.

Mandi cuma dua kali dalam seminggu.

Baru kali ini Arga seperti manusia yang tidak bernyawa atau bahasa kasarnya adalah mayat hidup.

"Abang ... Ayok mandiiiii!" Sekuat tenaga Dilla menarik tetap saja Arga bergeming dengan tangan yang masih setia memeluk kotak itu.

Cowok itu sudah seperti orang gila sekarang.

"Abang jangan gitu dong, nanti kak Nasywa gak mau lagi sama Abang," bujuk Dilla yang tidak tega melihat kondisi urak-urakan abangnya ini. Gadis kecil itu menangis.

Arga masih diam dengan pandangan kosongnya. Hampir mirip seperti orang kesambet.

"Abang," Lirihnya. Gadis kecil itu memeluk hangat Arga, ia tidak tega.

"Arga," panggil lembut Listi ketika masuk ke kamar cowok itu sambil membawa nampan berisi makanan. "Makan dulu, ayok."

Listi tidak habis pikir dengan pola pikir anaknya yang satu ini. Terlalu bucin membuatnya seperti mayat hidup, wajahnya pasi.

Listi juga hampir ikut kehilangan akalnya karena menangani anaknya yang mendadak keras kepala dan bodo amat.

"Nasywa gak gitu kok, Ga." Listi mencoba menenangkannya.

Kali ini ibu dari dua anak itu berhasil membuat anak sulungnya mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Maksud Mamah, dia itu baik ... Gak mungkin ninggalin orang yang benar-benar dia sayang." Listi terseyum lembut.

"Maksud Mamah ... Nanas masih sayang sama Arga?" Listi mengangguk cepat sembari tersenyum.

"Mungkin dia pindah karena ada urusan mendadak di keluarganya? Kan kita gak tahu." Ia mencoba menjelaskan lagi.

"Tapi biasanya dia selalu bilang sama Arga, kok."

"Dengar Mamah, gak semua urusan kita perlu orang tahu ... Pasti dia punya urusan private yang sangat dijaga oleh keluarganya."

Arga menundukan kepalanya. "Kita juga gak boleh egois kalau orang yang kita sayang itu harus selalu ada di samping kita dan bersama kita."

"Sayang, turun dulu, kasihan Abangnya keberatan dinaikin kamu," tegur Listi saat melihat Dilla yang masih menempel di tubuh Arga. Padahal Cowok itu belum mandi dari kemarin.

Dilla menuruti ucapan Listi, ia menuruni tubuh Arga seraya menatapnya sedih. "Abang ... Makan dong. Nanti kalau Abang gak makan terus kurus, kak Nasywa gak bakal mau lagi." Dilla kembali membujuknya.

"Ayok makan, kasihan tuh adiknya bujuk-bujuk ampe nangis gitu. Katanya Dilla mirip Nanas, tapi kok Dillanya dicuekin?" mendengar itu Arga langsung mengambil piring yang berisi nasi dan ayam rica-rica sebagai lauknya.

Listi mengusap lembut kepala anaknya. "Habis makan nanti langsung mandi, ya. Setelah itu ada yang mau mamah omongin sama kamu." Arga mengangguk saja. "Yuk sayang, kita keluar."

***

Dion menerbitkan senyumnya saat melihat Azwa dan Pasya terlihat harmonis sedang duduk berdua saling bertukar buku novel yang mereka punya.

Sepertinya, adiknya yang pemarah itu akan luluh jika sudah merasa cocok dengan calon kakak iparnya yang juga seorang maniak novel.

"Lumayan banyak juga yak kamu yang punya bonus TTD."

"Hehe, gak juga ah. Cuma ada sekitaran lima belas doang, sisanya ya beli di toko buku."

Pasya mangut-mangut sembari menatap novel-novel mereka.

"Kak, Kakak kok bisa sih bujuk bang Dion buat beliin novel? Kalau aku mau akunya jungkir balik, turun naik jurang juga abang gak bakal mau beliin." Azwa memanyunkan bibirnya sehingga ia terlihat sangat gemas.

Pasya terkekeh sembari mencubit pelan pipi Azwa gemas. "Gemoyy banget sih kamu. Kan kamu ada Arga yang beliin."

Azwa mengangguk cepat. "Iya! Arga 'kan baik banget sama Nasywa, gak kaya manusia jadi-jadian pacar Kakak itu." Pasya kembali dibuatnya tertawa. Adik Dion ini memang lawak.

"Dih!" Dion mendecak. "Sok baik aja dia, kode ngajak kawin," sewotnya seraya ikut duduk di samping Pasya.

"Sok tau, muka kaya bokong monyet aja belagu," sahut Azwa tidak kalah sewotnya.

"Gue masih baik, ya! Rela-relain ngeluarin duit banyak buat ngerayain ultah lo."

"Situ aja sok baik, carmuk ama bunda. Dahal gue kagak minta." Azwa berkacak pinggang seraya membuang mukanya.

"Heh-"

"Sudah ah! Berantem mulu kerjaannya, gak capek apa?"

"Enggak!" jawab mereka bersaman, saling membuang muka.

Terkejut. Jadi ini rasanya menjadi Rika yang selalu menengahi mereka?

"Gak sudi banget gue punya Abang kaya bokong monyet!"

"Gue juga! Gak sudi punya Adek kaya sapi milkita!"

"DIAM!" Terkejut. Dion dan Azwa akhirnya terdiam. "Kalian tuh harusnya bersyukur punya sodara saling melengkapi begini! Biarpun yang satu kaya bokong monyet terus yang satu kaya sapi milkita, tapi kalian tetap dianggap tante Rika anak!"

Dion mengerjapkan matanya, takjub mendengar ceramahan sang pacar.

"Dion! Kamu juga, sama adek tuh gak boleh perhitungan! Mulai detik ini dan seterusnya kalau Nasywa minta beliin nove, beliin langsung! Rezeki bakalan ngalir terus kalau lo sedekah sama orang apa lagi sama saudara sendiri. Dan, Nasywa! Bersyukur kamu punya abang yang pengertian kaya Dion! Kamu kalau gak ada Arga, siapa yang ngantarin kamu sekolah kalau gak Abang kamu?"

Mereka berdua menunduk tidak berani menatap Pasya. Cewek itu bak singa yang lapar dan mengalahkan emosi sang bunda.

"Kalian paham?!" Dion dan Azwa mengangguk dua kali. "Ayok maafan! Jangan berantem lagi."

Dion dan Azwa saling menyodorkan tangan mereka. "Maaf ya, Bang," sesal Azwa lirih.

"Maafin Abang juga." Begitupun Dion lalu mereka saling berpelukan penuh sayang.

Setelah itu Pasywa pergi meninggalkan mereka yang masih berpelukan. Gadis itu mendatangi Rika yang dari tadi mengintip mereka.

Pasya tersenyum cerah padanya. "Pintar juga kamu ceramahin mereka." Rika menepuk pelan puncak kepala gadis tersebut.

"Hehe, gak juga Tan." Pasya hanya terkekeh dan bersemu karena malu.

***

Kasihan ya Arga ckckck.

Huwaaa bentar lagi ending:' jadi kalau gak 1 atau 2 part lagi gaes:') kalau aku mood insya allah 2 kalau enggak ya berarti 1 wkwkw.

Semangat menuju ending gaesssss❤🙏

Being One Is Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang