Rio mengendarai motor nya sepulang mengantar Rose ke rumah sang gadis, dia tak langsung pulang padahal rumah nya saling berdekatan, mereka sudah berteman semenjak bayi, karena orang tua Rose lah yang mengasuh Rio selama dia ditinggal menyelesaikan pendidikan kepolisian oleh hyung nya, gadis itu juga yang sangat tahu seluk beluk Rio semua nya.
Di lampu merah, dia melihat mobil yang sangat dia kenali siapa pemilik nya, melintas tepat di depan motor Rio, dan begitu lampu menyala hijau, pemuda itu pun segera mengejar nya.
Brem
Rio sengaja mensejajarkan motor nya tepat disamping kemudi mobil itu, dia menggeber gas motor nya berulang-ulang.
"Astaga siapa itu?" Tanya seorang gadis yang duduk di jok penumpang depan, sang pengemudi yang tak lain adalah Jessica pun mengacuhkan nya
Rio dengan tengil nya mendahului mobil sang guru dan mengendarai motor nya dengan gaya zig zag, Jessica menghela nafas jengah dengan privokasi Rio.
"Berani sekali dia" gumam sang penumpang yang tak lain adalah Krystal, adik perempuan Jessica yang baru saja dia jemput dari kampus nya.
"Dia adalah murid menyebalkan yang aku ceritakan itu" sahut Jessica
"Apa?" Kejut Krystal yang tak bisa menahan tawa nya.
"Dia keren, berani menggodamu yang terkenal sebagai guru killer" ledek Krystal pada unnie nya.
"Dia sudah kelas 12, jika dia tak berubah, masa depan nya bisa ku pastikan akan suram" ucap Jessica, masih dengan Rio yang mengganggu nya di depan sana, merasa jengah, Jessica pun mendahului motor Rio, pemuda itu tertawa senang, karena merasa berhasil menyulut emosi sang guru.
Dia pun mengalah, dan mengurangi kecepatan laju motor nya, sambil bersiul santai Rio tak tahu apa yang menghadang nya di depan sana.
Ckit. . .
Dia mengerem mendadak saat melihat beberapa polisi menghadang nya di depan sana, Rio paham dia lah yang menjadi incaran nya karena melihat mobil sang guru yang terparkir di belakang barikade polisi yang menutup jalur kiri bagi sepeda motor, Rio menelan ludah nya, dan dengan gesit memutar arah motor nya, berbalik melarikan diri, Krystal terbahak menyaksikan Rio yang ketakutan dan urung melewati jalan itu, Jessica hanya melirik sinis pada punggung Rio yang kian menjauh, Jessica memang mengadukan tingkah Rio pada sang kekasih yang tak tahu bahwa yang menjadi biang masalah adalah dongsaeng nya.
Di suatu hari, Rio dan Rose serta Jennie sedang merencanakan balapan liar lagi, mereka duduk di tepi lapangan basket usai bermain di jam istirahat, sementara para laki-laki ke kantin membeli minuman, dua gadis itu terbahak mendengar cerita lucu dari Rio yang memancing rasa penasaran dari Hanbin.
"Hey, lihat lah, anak yang terlahir dari batu terbelah itu sedang merencanakan sesuatu dengan jalang-jalang nya" sindir Hanbin yang langsung memancing emosi dari seorang Rio, dia akan mengamuk jika ada yang mengusik tentang asal usul nya, Rio bangkit dari duduk nya, tanpa bicara.
Bugh
Tangan kanan nya menghantam pipi kiri Hanbin, Jennie dan Rose menjerit histeris, perkelahian pun pecah antara Hanbin dan Rio, meski kalah jumlah tapi Rio berhasil mendaratkan beberapa pukulan di wajah dan perut Hanbin, tak peduli seberapa buruk keadaan diri nya sendiri, Rio terus memukul dan memukul musuh-musuhnya, suara keributan memancing Jessica yang baru keluar dari toilet khusus guru pun menjadi penasaran, dia segera berjalan tergesa menuju ke kerumunam murid-murid nya.
"Ya Tuhan, RIO!" Bentak nya, lalu menarik baju belakang murid nya itu yang sedang menduduki perut musuh nya, dan menghujani nya dengan pukulan di wajah.
Jessica tak habis pikir, Rio mampu membuat tiga teman Hanbin yang lain ikut terluka, padahal dia melawan nya sendirian.
Rio dan Jessica saling berhadapan, nafas sang murid terlihat naik turun, mulut dan hidung nya bercucuran darah, dengan ekapresi wajah yang begitu merah, karena marah, sampai urat dipelipis nya menonjol, Jessica terdiam tak mampu berkata apa-apa, melihat ke dalam sorot mata coklat Rio, dia tahu murid bandel nya itu seperti menyimpan sebuah rasa, rasa yang timbul karena luka, bukan luka fisik, tapi luka hati.
"Jangan tanya mengapa? Pada saya, apa pun penjelasan yang keluar dari mulut saya tak pernah anda percaya bukan?, saya akui, saya yang memukul Hanbin terlebih dahulu, tapi sampai mati, saya tak akan pernah meminta maaf pada nya" ucap Rio tajam, dia kemudian berjalan, menuju le toilet di ikuti Rose yang menangis ketakutan melihat sahabat nya babak belur.
Dengan wajah basah nya, Rose mengobati luka di wajah Rio, sementara Jennie di ruang kepala sekolah, dia di tunjuk sebagai sebagai saksi, Rio pun mengirim pesan pada hyung nya, untuk datang ke sekolah nya, guna menyelesaikan masalah yang timbul karena sifat temperamen nya.
"Aku yang dipukul, kenapa kamu yang menangis?" Tanya Rio mengusap air mata Rose dengan tangan kanan nya.
"Aku mengkhawatirkan mu Rio" kesal Rose cemberut.
"Tak perlu khawatir, aku tak akan mati hanya karena pukulan seorang Hanbin" canda Rio yang tanpa sadar interaksi nya dengan Rose sedang di saksikan oleh Jessica, dalam hati sang guru juga penasaran, dengan siapa yang akan menjadi wali Rio yang untuk pertama kali nya akan datang, atas panggilan dari sang kepala sekolah.
Di rumah nya
Jessica dibuat gelisah, bayangan wajah Rio dan tatapan mata nya terus terlintas di benaknya."Kenapa wajah nya terasa tidak asing bagi ku?" Batin Jessica bertanya-tanya.
"Jennie bilang orang tua nya Rose sedang berada di Australia, jadi tak bisa menjadi wali nya Rio, jadi siapa besok yang akan datang? Apakah hyung nya? Seperti apa sosok kakak laki-laki nya, jika dongsaeng nya saja seperti Rio?" Gumam Jessica dalam hati.
Malam itu Jessica tak bisa tidur, bayangan Rio dan sosok siapa yang akan menjadi wali murid nya itu benar-benar mengganggu pikiran nya.
"Aarrgghh. . . " Jessica kesal sendiri, hanya bisa berganti-ganti posisi tidur tanpa bisa memejamkan kedua mata nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocence
Fanfictioncerita cinta segitiga antara Rio, dan hyung nya Lee Dong Hae, dengan seorang wanita bernama Jessica Jung, guru yang mengajar di tempat Rio menimba ilmu.