14. Janji

998 144 45
                                    

Seperti biasa, Rio berangkat ke sekolah dengan Rose, kali ini dia yang menyetir.

"Aku melihat Sicca noona semalam muntah-muntah" cerita Rio pada Rose.

"Apa dia sakit?" Tanya Rose khawatir

"Aku tak tahu" jawab Rio santai


"Kamu tak bertanya pada nya?" Tanya Rose lagi, Rio menggeleng.



"Astaga Rio, dia satu-satu nya keluarga mu sekarang, tolong, jangan abaikan dia" kesal Rose memukul lengan kiri Rio.

"Aww" Rio meringis kesakitan, tapi Rose tak peduli, dia kesal pada kebekuan hati sahabatnya itu.


Mobil mereka sampai bersamaan dengan mobil Jessica, Rio tetap acuh, hanya Rose yang membungkuk hormat menyapa saat Jessica keluar dari mobil nya dengan wajah pucat.

"Aku mencemaskan nya" gumam Rose menatap punggung Jessica yang sudah berjalan lebih dulu menuju ke kantor guru.


Malam nya, Rio tak mendapati apa-apa diatas meja makan, padahal dia sudah sangat lapar.


Ting. . . Tong. . .



"Siapa yang bertamu malam-malam begini?" Tanya Rio dalam hati, dia lantas membuka pintu rumah nya.


Ceklek.


"Selamat malam, apa benar disini rumah tuan Lee Mario Maheveen?" Tanya seorang kurir.

"Iya, saya sendiri" jawab Rio curiga


"Ini pesanan anda tuan, nasi bulgogi, dengan acar lobak dan kimchi, serta bonus satu botol cola ukuran sedang" sang kurir menyerahkan paket makanan pada Rio, pemuda itu bengong menerima uluran tangan dari kurir tadi.

Rio masih belum tahu siapa yang mengirimi nya makan malam, karena dia tak merasa memesan nya, tapi dia tak peduli, Rio tetap menyantap makanan nya.

"Jangan pergi hyung" rancau Rio ditengah pulas nya dia tertidur.

"Tidak hyung, jangan, ku mohon" oceh nya dengan mata erat terpejam.


"Tidak" teriaknya terbangun dari tidur nya dengan nafas tersengal dan keringat bercucuran, tenggorokan nya terasa kering, dan hari juga sudah pagi rupanya, Rio meraih gelas meja kecil samping tempat tidur, meneguk isi nya, lalu bangkit untuk segera mandi dan berangkat ke sekolah.

Di dalam mobil bersama Rose, Rio kembali bercerita.

"Semalam hyung mendatangi ku dalam mimpi" tutur Rio, sambil memijat pelipis nya sendiri.


"Lalu apa yang dia bilang?" Tanya Rose.

"Dia bilang untuk tidak melupakan janjiku pada nya dulu" jawab Rio


"Kamu pernah berjanji apa pada Dong Hae oppa?" Selidik Rose.


"Aku tidak tahu, aku tidak merasa pernah berjanji apa-apa pada nya" jawab Rio

"Kamu ingat-ingat saja dulu Rio" pesan Rose, mereka telah sampai di sekolahan, Rio melirik parkiran yang biasa Jessica tempati, dan kosong.

Jam pelajaran pertama pun juga kosong, Rose menatap Rio penuh tanya.

"Kemana miss Jung?" Tanya nya, Rio menggedikan kedua bahu nya.


Rio berjalan dari rumah Rose menuju ke rumah nya sendiri, membuka pintu pagar yang sedari pagi tetap berada di posisi yang sama, mobil Jessica juga masih di garasi, tanpa curiga, Rio membuka pintu utama dan. . .



Deg


Dia menemukan Jessica terlentang tak sadarkan diri di dekat meja makan, panik, Rio kembali berlari keluar.



"ROSIE!!" Teriak nya kencang di depan pintu rumah nya menghadap ke rumah Rose yang berjarak satu rumah dengan rumah Rio, yang dipanggil pun terkejut, Rose yang hendak masuk ke dalam rumah pun tergopoh-gopoh menghampiri Rio yang tangan kanan nya hanya menunjuk ke dalam rumah nya, Rose yang paham pun segera masuk.


"Astaga, unnie" pekik Rose.



"Rio, kita harus segera membawa nya ke rumah sakit" ucap Rose panik.



"Bantu aku memapahnya ke mobil" perintah Rose, Rio mematung, dia ragu, karena belum pernah bersentuhan dengan wanita mana pun kecuali Rose, dengan Krystal waktu mereka berdansa pun membuat nya kaku dan tak nyaman.


"Kamu saja yang menggendong nya, aku siapkan mobil" Rose berubah pikiran, membuat Rio menelan ludah gugup.


"Cepat" kesal Rose karena Rio begitu lamban dalam bereaksi.


"I-iya" gagap Rio, dia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya, sebelum akhir nya dia mengangkat tubuh kurus Jessica dari lantai dengan kedua tangan nya, Rose sudah menunggu di luar dan membuka kan pintu penumpang belakang, dia mendorong Rio untuk ikut masuk, dan posisi nya menjadi kepala Jessica berada dipangkuan Rio.


"Rosie sialan" umpat Rio dalam hati, tubuh nya menegang tak berani menatap wajah Jessica di pangkuan nya, Rio sangat membenci situasi yang seperti ini.


Sesampai di rumah sakit Rio kembali menggendong tubuh Jessica dan membawanya ke ruang IGD, diikuti Rose, kedua nya masih sama-sama memakai seragam sekolah.

Rose mondar-mandir di depan ruang pemeriksaan dengan cemas, sementara Rio hanya berdiri bersandar pada dinding, dengan kedua tangan yang berada di dalam kantong celana nya.

Ceklek

Dokter pun keluar, Rose segera menghampiri nya.


"Bagaimana dok?" Tanya Rose, dokter itu hanya tersenyum.


"Kalian akan segera memiliki seorang keponakan yang lucu, nona Jung positif mengandung dengan usia kehamilan 5 minggu, selamat ya, biarkan dia istirahat dulu, setelah bangun nanti, boleh langsung pulang" beritahu sang dokter, Rose dan Rio tak tahu harus bereaksi seperti apa, mereka hanya saling diam membisu.



"Hyung, apa kamu tahu jika kamu akan menjadi seorang ayah?" Batin Rio sambil melamun dengan Rose yang duduk menyandarkan kepalanya di bahu kiri Rio.


"Keluarga Jessica Jung" panggil seorang perawat.

"Ya sus?" Rose mendekati sang perawat.


"Beliau sudah sadar" beritahu nya tersenyum ramah pada Rose.


"Terima kasih" jawab Rose.

"Rio, ayo" ajak Rose pada Rio, mereka pun masuk untuk menemui Jessica.


"Unnie, apa unnie merasa sakit?" Tanya Rose polos begitu melihat Jessica tersenyum ke arah nya.

"Tidak, unnie baik-baik saja, jangan khawatir" jawab Jessica, sementara Rio masih berdiri diambang pintu, tak berniat masuk.

"Dokter bilang apa?" Tanya Jessica lirih


"Unnie mengandung" jawab Rose, Jessica terkekeh.



"Unnie sudah tahu?" Bingung Rose, Jessica mengangguk, untuk membohongi Rose dan Rio.

"Apa dokter sudah mengijinkan ku pulang?" Tanya Jessica.



"Sudah unnie" jawab Rose


"Ya sudah, ayo kita pulang" ajak Jessica, Rose membantu nya turun dari bangsal, dan menuntun nya keluar melewati lorong rumah sakit


Rio merasa lega, karena kali ini dia yang menyetir dan Rose serta Jessica memilih duduk dibangku penumpang belakang.



#TBC

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang