🔹 Benci🔸

261K 11.9K 133
                                    

Pria itu mengerjapkan matanya. Melihat sekelilingnya, terlihat ruangan yang belum pernah dia tiduri. Neandra mengedarkan pandangannya. Namun, kenapa tubuhnya sekarang terlihat polos tanpa sehelai benangpun, apa yang terjadi padanya?

Pria itu segera bangun, melihat seorang wanita yang duduk menangis terisak memeluk lututnya, ditutupi selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya.

"Kenapa kau ada disini? Apa yang kau lakukan?!" tanya Neandra kaget.  Melihat wanita itu berada dikamar yang sama dengannya.

Wanita itu mendongak ke arahnya.
"Anda masih bertanya apa yang aku lakukan?" tanyanya sambil menatapnya. "Lihatlah diri anda sendiri! Apa anda tidak mengingatnya?!" ucapnya disela isakan tangisannya.

Neandra terdiam, dia hanya ingat berjalan sempoyongan menuju mobilnya, lalu mendengar suara wanita meminta tolong dari kamar ini.

"Anda tidak mengingatnya rupanya, baiklah aku akan memberitahumu" ucap wanita itu menghapus air matanya.

"Katakan apa yang aku lakukan?"

"Kau adalah pria bejat yang memaksaku untuk menjadi pemuas nafsumu! Apakah kau masih ingat itu?!" pekiknya dengan nada tinggi.

"Apa maksudmu?" tanya Neandra tidak mengerti.

"Kau telah merenggut semuanya dariku, merenggutnya sebelum aku menikah, bahkan sepantasnya hal itu untuk suamiku kelak, kau mengambilnya secara paksa, tanpa persetujuanku, aku sangat membencimu tuan!" pekiknya menjelaskan apa yang terjadi.

Terlihat wanita itu kembali menangis,
Neandra mencoba mengingat kejadian itu. Apa itu benar kenyataan? dia mengira hal panas itu hanyalah mimpi.

"Lupakan saja, ini cek, tulis berapa yang kau inginkan" kata Neandra terdengar santai, melemparkannya kepada wanita itu.

"Anda kira, aku wanita jalang hah?! Ingat dan camkan ini tuan!" ucapnya menatap Neandra intens.

"Uangmu itu tidak bisa membeli tubuhku ini! Berapa banyak pun uangmu tidak akan bisa membeli diriku! Jangan pernah meremehkanku!" pekiknya melempar cek itu kembali ke arah Neandra.

"Cihh! Dasar jalang! Sok-sokan nggak mau duit lagi!" ucap pria itu ketus.

"Aku bukan jalang!" bentaknya. "Aku bukanlah wanita bayaran untuk pemuas nafsu bejatmu! Aku tidak butuh uangmu itu!" pekik wanita itu.

"Ohh, begitu rupanya, baiklah jika itu yang kau mau. Jangan pernah minta pertanggungjawaban tentang kejadian ini" kata Neandra sambil memunguti pakaiannya, mengancingkan kemejanya satu persatu dengan tatapan remeh.

"Ingat! Setelah ini kita tidak punya hubungan sama sekali. Dirimu sudah menolak cek itu, jadi jangan pernah ganggu hidupku lagi!" kata Neandra menatap wanita itu tajam segera keluar dari kamar itu.

"Tidak akan! Bahkan aku tidak ingin bertemu lagi dengan pria sepertimu! Aku harap, tidak ada satupun wanita yang akan menikah dengan pria angkuh sepertimu!" pekiknya dengan keadaan yang sangat marah.

"Hmm, semoga saja doamu itu tidak pernah didengar oleh Tuhan" kata Neandra dengan senyuman smiriknya menutup pintu kamar itu dengan keras.

Wanita itu terus menangis, kenapa takdirnya harus membawanya kesini? Pria itu telah merenggut semuanya. Naurie merasa gagal menjadi seorang wanita, tidak bisa menepati janji terakhirnya kepada bundanya itu.

"Maafkan aku bunda" isak Naurie membenamkan wajahnya di sela-sela lututnya.

Memang wanita itu sangat malang, dia tidak mempunyai kerabat di kota ini. Meskipun ayahnya masih hidup dengan bergelimang harta, tapi dia tidak pernah menganggapnya ada.

Coba kalian pikirkan? Seorang ayah yang sangat dia sayangi tega menjualnya ke tempat seperti ini, demi mendengarkan perkataan istri barunya itu.

Kehidupan Naurie berubah seratus persen semenjak kematian bundanya. Naurie selalu dianggap beban semenjak ada ibu tirinya. Meskipun ayahnya sangat kaya tidak kekurangan harta benda apapun, dia mencoba melepaskan semua fasilitas yang diberikan oleh ayahnya itu, dia tidak mau hidup di neraka meskipun dalam bergelimang harta.

Naurie segera memunguti pakaiannya, mencoba berjalan merintih kesakitan apa yang telah di perbuat oleh pria itu.

"Aku kotor, aku jijik melihat wajahku ini, aku benci dengan semua pria!" isak wanita itu, mengacak rambutnya melihat wajahnya di cermin.

"Arkhh! Kenapa ini harus terjadi?!" teriak wanita itu melepaskan amarahnya.

Bersambung...

NeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang