🔸 Dia 🔹

203K 11.2K 216
                                    

Setelah beberapa minggu kemudian, wanita itu bangkit kembali melanjutkan kehidupannya. Dia masih berhak untuk hidup bahagia, kesempatannya masih panjang dan mungkin waktunya akan habis jika disuruh memikirkan kejadian itu terus menerus.

Setelah kejadian itu, Naurie memutuskan menyewa apartemen agar tidak tinggal di rumah ayahnya lagi. Memang, ayahnya sangat kaya raya namun seorang wanita jahat bagaikan iblis itu tinggal bersamanya. Siapa lagi kalau bukan si ibu tiri yang menjadi dalang dari semua kejadian ini.

Drttt..drttt... drttt

Sebuah panggilan terlihat di layar kaca milik wanita itu, Naurie enggan mengangkat teleponnya. Tetapi, dia tidak ingin ayahnya khawatir tentangnya, dan terpaksa untuk mengangkatnya.

"Halo Naurie, kamu dimana?" tanyanya.

"Cukup! Aku tidak ingin membebani kalian lagi, cukup urus putra kalian itu, yang akan menjadi pewaris dari kekayaan ayah!" kata wanita itu sedikit memekik.

"Naurie apa yang kamu bilang, dia itu adik kamu" sahut ayahnya, tidak menerima Naurie mengatakan hal itu.

"Ingat, hanya ADIK TIRI," kata Naurie menekankan kalimatnya. "Bagaimana pun aku tidak pernah menganggapnya sebagai adik!" sambungnya dengan nada ketus.

"Naurie jaga bicara kamu!" bentak ayahnya.

"Ayah marah?!" tanya Naurie membalikan kalimatnya.

"Huh, memang itulah kenyataannya, dan jangan pernah gangu kehidupan Naurie lagi. Nikmati, hidup ayah tanpa beban, jangan pernah menganggap mempunyai anak sepertiku lagi" kata Naurie persis seperti apa yang dikatakan ibu tirinya itu.

Saat itu ibu tirinya berkata, "Mempunyai anak perempuan itu beban, toh nantinya juga ditinggalkan nikah. Lalu lupain kita jika mereka udah bahagia" kata yang selalu Naurie dengar saat tinggal dirumah ayahnya itu.

Memang setelah kematian bundanya, ayah Naurie menikah lagi dengan janda beranak satu dan kebetulan anaknya itu laki-laki, usia mereka tak jauh berbeda, hanya beberapa tahun lebih muda darinya.

"Tapi nak" sambung ayahnya.

Tut..Tut..Tut.., Naurie menutup telponnya, karena tidak ingin terbebani lagi dengan hal ini.

Wanita itu tidak ingin hidup di neraka lagi. Memang benar, ternyata hidup ada di tangan kita, dan sekarang Naurie memutuskan untuk hidup mandiri.

•••••
07. 15

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang sangat terkenal itu. Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya wanita itu diterima juga menjadi seorang sekretaris.

Ayahnya juga memiliki perusahaan, tapi Naurie tidak ingin memiliki beban lagi dengan mereka. Sehingga tidak harus berhutang budi yang dipaksa menjual tubuhnya kepada pria berhidung belang itu lagi.

Dua minggu yang lalu, Naurie sempat di interview. Namun, saat itu belum ada kepastian dari pihak HRD, dan kemarin malam Naurie dinyatakan dapat mulai bekerja hari ini.

Naurie dengan semangat memoleskan wajahnya dengan makeup yang natural. Dia merasa sangat percaya diri karena sudah mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya.

"Ayolah Naurie kau bisa" katanya menyemangati dirinya.

Naurie tersenyum melihat wajah cantiknya itu. Namun, kenapa rasanya perutnya bergejolak sekarang? Wanita itu segera berlari menuju kamar mandi.

"Huekk!"

Naurie memuntahkan semua isi perutnya.

"Tidak, aku tidak boleh sakit. Ini hari pertamaku bekerja" ucapnya sambil mengusapkan bibirnya dengan tissu.

Akhir-akhir ini Naurie selalu muntah di pagi hari. Entah apa penyebabnya? Mungkin, dia hanya masuk angin dan belum mengeceknya ke dokter.

Naurie segera mengambil tasnya, dan berangkat menuju kantor barunya. Memang, biasanya jalanan di pagi hari cukup lenggang. Namun, kenapa sekarang jadi macet begini.

"Huh, bisa-bisa terlambat nih" gerutunya melihat bus yang ditumpanginya tidak berjalan sama sekali, dan akhirnya dia memutuskan untuk berjalan menuju kantor barunya.

Wanita itu melihat jam yang menempel di tangannya, terlihat pukul 08.00, artinya dia sudah sangat terlambat.

Naurie melangkah kakinya gusar, ke arah reception menanyakan dimana ruangan HRD, dan terlihatlah seorang pria yang menjabat sebagai HRD datang menghampirinya.

"Kenapa kamu sangat terlambat?" tanyanya.

"Maaf pak, jalanannya macet tadi" sahutnya jujur.

"Tapi, kamu tahu kan ini hari pertamamu?"

"Iya pak"

"Ya sudah, sekarang kamu minta maaf ke ruangan bos, dan Nara akan mengantarkanmu keruangannya" kata kepala HRD itu.

Naurie diantarkan oleh Nara seorang office boy yang disuruh oleh kepala HRD tadi.

"Mbak, sekretaris baru ya?" tanya ob itu.

"Heh, jangan panggil aku mbak, emangnya aku terlihat tua apa? panggil saja aku Naurie" kata Naurie agar tidak terlalu formal.

"Oh baik, saya Nara, senang berkenalan denganmu" sahutnya.

Naurie hanya tersenyum senang mendengar itu, akhirnya dia memiliki teman baru disini.

"Saya harap kamu betah ya, jadi sekretarisnya pak Neandra"

"Emangnya kenapa?"

"Banyak dari mereka yang di PHK bulan ini, bahkan mereka mengaku tidak kuat bekerja dibawah tekanan pak Neandra"

"Apa dia begitu kejam?"

"Hmm, saya juga tidak tahu, katanya sih gitu"

Naurie hanya mengangguk, dan berharap semoga saja bos-nya itu baik, tidak seperti apa yang dikatakan office boy itu.

•••••

Neandra sudah menunggu berapa lama di ruangannya, kenapa belum ada tanda-tanda sekretaris barunya yang datang.

"Dasar tidak becus! Mencari seseorang saja tidak bisa" umpatnya dengan nada ketus.

Pria itu segera menelpon kepala HRD nya.

"Bagaimana ini? Katanya sekretaris baru saya kerja hari ini, mana buktinya?!"

"Maaf pak, hari ini dia agak terlambat dan sekarang dia sedang menuju ruangan bapak"

Neandra menutup telponnya, dan terdengar suara orang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!"

'Mungkin ini orangnya' batinnya.

Dan benar saja terlihat seorang wanita yang menundukkan kepalanya, tidak berani melihat kearahnya.

"Maaf pak, hari ini saya sangat terlambat di hari pertama bekerja, karena jalannya--" kata wanita itu menunduk.

"Cukup!" potong Neandra tegas, "Saya sangat tahu alasan itu, sangat tidak berfaedah" bentak Neandra.

"Maafkan saya pak" kata wanita itu memohon.

Neandra melihat wanita itu, kenapa dia merasa sudah pernah bertemu dengannya, dia mendekat ke arah wanita itu.

"Kau?!" kata Neandra terkejut melihat perempuan yang ditidurinya malam itu.

"Anda?" kata wanita itu juga terkejut melihat pria yang tidak bertanggung jawab itu ada dihadapannya.

Bersambung ...

NeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang