Aira mendial nomor Khalid lalu menempelkan ponsel itu di telinganya, tidak lama kemudian terdengar jawaban dari sana.
"Assalamualaikum mas, masih dikantor?".
"Iya, ada apa?" jawab Khalid diseberang sana.
"Jam berapa pulang?, bisa nggak yah jemput aku di sekolah. Tadi pas dijalan mau ke sekolah ban motorku bocor. Lalu aku dorong sampe di bengkel" ujar Aira panjang lebar.
"Ya udah, assalamualaikum" sambungan langsung terputus bahkan Aira belum menjawab salamnya.
"Waalaikum salam" Aira dalam hati menggerutu. Niatnya mau berbasa-basi dulu, eh yang di ajak malah nggak peka.Aira memasukan benda pipih itu ditasnya dengan wajah ditekuk.
"Jadi gimana, suami mu mau jemput?" tanya Wati memperhatikan mimik muka Aira.
"Iya wat, kamu duluan aja".
"Ya udah, aku pamit yah. Assalamualaikum"
"Waalaikum salam".
Wati menaiki motornya dan pergi meninggalkan Aira."Assalamualaikum ustadzah, belum pulang?" tanya ustadz Karim yang juga akan pulang.
"Nunggu suami di jemput ustadz" jawab Aira.
"Oooh, tapi ini sudah jam setengah enam loh" sambil melihat jam tangannya.
"Sebentar lagi mungkin, lagi dijalan" jawab Aira lagi.Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil, Aira menoleh memastikan itu mobil suaminya. Khalid membuka jendela mobilnya melihat Aira ditemani seorang laki-laki. Aira langsung pamit pada ustadz Karim dan masuk di mobil.
"Tadi itu ustadz Karim mas, teman guru aku" Aira membuka obrolan di mobil agar suasananya tidak sepi.
Khalid hanya menanggapi dengan anggukan.
"Mas, sebentar mau makan apa? Biar aku masakin". Aira menoleh kearah Khalid menatap wajah khalid.
Khalid melirik Aira sekilas, lalu membuang tatapannya."Ooh, tapi aku belum tahu loh mas makanan kesukaanmu" sambung Aira lagi yang masih menatap Khalid.
"Jadi apa mas?" Desak Aira sambil memegang lengan Khalid yang sedang menyetir.
Khalid jadi merasa aneh dengan tingkah Aira. Aira tidak seperti biasanya. Wanita yang telah menjadi istrinya itu biasanya tidak banyak bicara. Aira menelan ludahnya kasar. Aira tidak bermaksud agresif, hanya saja Aira akan mencoba mengikuti nasehat ibu mertuanya. Aira harus bertindak lebih dulu."Aku...makan semua" ucap Khalid kikuk.
Aira segera melepaskan tangannya dari lengan Khalid.
"Kalau gitu nanti aku masak tumis kangkung saja dan ayam goreng, gimana?" tanya Aira lagi pura-pura biasa saja padahal ia tengah menahan perasaan malu luar biasa.
Khalid hanya mengangguk lalu menyetel nasyid kesukaannya untuk membunuh kekikukanya.
Aira menarik napas dan menghembuskannya lalu menolehkan wajahnya di jendela sambil menggigit bibirnya. Ia sedikit menyesalkan sikapnya yang barusan. Bisa-bisa Khalid menganggap sedang menggodanya.Setelah menunaikan shalat magrib Aira segera ke dapur untuk memasak makan malam mereka. Dengan cekatan Aira membuat menu seperti yang ia tawarkan untuk suaminya tadi. Khalid belum pulang dari mesjid, dia selalu menunggu shalat isya baru pulang.
Aira menyiapkan makanan di atas meja. Sebelum Khalid pulang, Aira segera melaksanakan shalat isya. Saat keruang makan, Khalid sudah duduk dimeja makan. Saat Khalid mengambil piring, Aira segera mengambil piring tersebut lalu menyendokan nasi dan lauk ke piring Khalid, Khalid hanya bisa melihat apa yang Aira lakukan.
Mereka makan dalam diam, sesekali Khalid mencuri pandang ke Aira.
"Mas kenapa?" tanya Aira yang menyadari gerak-gerik Khalid.
"Mmm...tidak" Khalid melanjutkan makannya.
Setelah selesai Khalid bangkit dari kursinya menuju kamar. Aira membereskan meja dan mencuci piring kotor.Khalid berjalan ke dapur. Ia melihat Aira yang masih mencuci piring. Khalid ingin mengutarakan sesuatu.
"Aira,".
Aira memutar tubuhnya.
"Iya, mas. Butuh sesuatu?"
Khalid tampak bingung, antara maju untuk mengutarakan niatnya atau mundur untuk membatalkannya. Melihat Aira yang penasaran Khalid memilih untuk mengutaranya.
"Mas, ada apa sih. Kok bengong"
"Itu, Ra...aku".
"Ya?"
"Kita ikuti saran ummi,".
Aira mengerutkan keningnya, mencari penjelasan.
"Melahirkan anak".
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.