Bagian 7🌺

3.2K 202 1
                                    

Sudah beberapa hari Khalid terlihat berbeda. Aira sangat merasakan perubahan pada suaminya itu. Namun enggan untuk menanyakannya. Aira memilih diam namun tetap berharap Khalid akan terbuka dan bercerita kepadanya. Apa lagi mengingat ia sedang mengandung buah hati mereka, Aira tidak ingin berpikir macam-macam pada suaminya.

Makin hari sikap Khalid kembali seperti semula, jarang tersenyum dan irit bicara. Seringkali ia mengabaikan Aira. Bahkan kerap kali mendapat kan istrinya sedang menangis. Namun Khalid hanya bisa mengelus dada, menyadari kesalahannya. Apalah daya, perasaan yang susah di bangunnya sedemikian rupa terhadap Aira runtuh seketika saat pertemuannya kembali dengan Fani tempo hari.

Khalid benar-benar tidak bisa lagi membohongi perasaannya, tidak bisa lagi terus berpura-pura mencintai Aira. Pertemuannya kembali dengan Fani benar-benar mengusik mimpinya.
Haruskah ia jujur pada Aira?.

"Gila kamu!"

Khalid hanya memijat pelipisnya saat mendengar umpatan Aldo. Khalid dan kawannya itu tengah menikmati makan siang. Khalid menceritakan pada Aldo mengenai peristiwa beberapa hari terakhir yang mampu memporak porandakan perasaannya. Khalid memang sangat terbuka pada Aldo begitupun sebaliknya. Aldo juga tidak segan-segan bercerita pada Khalid jika menghadapi masalah.

"Bro, kan kamu tuh lebih ngerti agama. Selingkuh itu dosa tau".

"Selingkuh? Siapa yang selingkuh".

"Ya kamu lah, masa bertemu dengan lagi dengan mantan".

"Kami hanya tak sengaja ketemu" ucap Khalid tenang.

"Tak sengaja, tapi bisa mengubah suasana hati kamu".

Khalid tidak menjawab pertanyaan kawannya itu. Namun dalam hati ia membenarkan. Perasaannya kacau setelah pertemuan dengan sang gadis impian itu.

"Terus aku mesti ngapain?" tanya Khalid berbasa basi. Pasalnya ia melihat kawannya itu ikut menyalahkannya.

"Pake nanya lagi, mana ku tahu" jawab Aldo judes sambil mengedikkan bahunya.

"Gak ada saran gitu".

"Biasanya juga kamu nggak nerima saran".

" Iya, makasih deh sudah mendengarkan".

"Sialan, tinggal pilih aja cewek lain atau istri sendiri. Mana yang lebih penting?"

"Ya istri lah, ada-ada saja si Aldo"  Khalid menggelengkan kepalanya. Tentu itu hanya suara hatinya. Mana mungkin ada yang lebih penting dari pada keluarga apalagi seorang istri, tetapi disini adalah persoalan perasaan, persoalan hati.

"Dengar, menurut aku ni yah Aira itu lebih cantik dari Fani. Memang sih, kalau sekilas di tatap Fani cantiknya langsung kelihatan gitu tapi kalau Aira cantiknya tersembunyi kecuali di tatap lama dan lekat baru tuh kelihatan aura cantiknya" Aldo menjelaskan sambil menopang dagunya.

Khalid yang mendengar pernyataan Aldo melototkan matanya dan menatap kawannya itu dengan tatapan horor.

"Maksudnya bagaimana? Kamu pernah menatap Aira begitu?" Tanya Khalid penuh selidik.

Aldo tersadar melihat tatapan Khalid seperti ingin memakannya hidup-hidup. Aldo hanya menyengir lalu mengangguk.

"Ya ampun do, jangan lakukan itu lagi. Nggak ada kerjaan banget kamu, ngapain coba natap-natap istri orang" omel Khalid sambil melemparkan cemilan yang di makannya pada Aldo.

"Cie...istri orang, ada yang kebakaran jenggot nih" Aldo cengar-cengir sambil menarik turunkan alisnya menggoda Khalid.

"Siapa yang cemburu?" Khalid kelabakan atas ucapannya sendiri.

(Tidak) Salah Khitbah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang