Bagian 6🌺

3.4K 197 4
                                    

Dua bulan sudah setelah malam itu hubungan Aira dan Khalid cukup meningkat. Khalid yang awalnya acuh tak acuh terhadap Aira, istrinya kini mulai membuka diri dan hatinya.  Kebiasaan seorang suami yang sesungguhnya mulai Khalid terapkan demi keberlangsungan rumah tangganya. Meskipun perasaan cinta belum hadir, namun Khalid tidak pernah mempermainkan pernikahan. Baginya hanya soal waktu semua akan berjalan sebagaimana mestinya.

Hari-hari yang terlewati menjadi lebih indah bagi Aira, ya selama dua bulan terakhir Khalid banyak mengalami perubahan. Apa lagi sebulan lalu Aira dinyatakan positif hamil, rasa bahagianya bertambah. Hidupnya akan sempurna dengan kehadiran sang buah hati. Begitu pula perhatian Khalid, suaminya itu mulai terbuka padanya. Obrolan mereka juga sudah luwes tidak sekaku dulu, setiap pergi kerja Khalid akan mengantar Aira dahulu tidak lupa Khalid selalu mengecup keningnya.

Di kediaman orang tua Khalid mulai ramai, orang-orang mulai berdatangan. Setiap bulan mereka selalu mengadakan pengajian di rumah itu. Tak banyak yang diundang, hanya orang-orang kompleks mereka, majelis Ta'lim, serta anak-anak yatim. Pak Rudi dan Bu Lina juga turut hadir. Pengajian tersebut selain kegiatan rutin tiap bulan, keluarga Khalid bermaksud mendoakan kehamilan menantu mereka.

Aira, jangan ditanya. Ia sangat antusias dengan pengajian ini. Apa lagi sejak kehamilannya seperti angin segar untuk kedua keluarga itu. Bahkan kedatangannya bersama Khalid sangat di eluk-elukkan.

Acara dibuka sendiri oleh Abah Khalid, lalu Khalid melantunkan tilawah Al-Qur'an kemudian diisi taujih oleh ustadz yang masih merupakan keluarga Khalid.
Setelah taujih, dilanjutkan membaca doa sekaligus doa untuk kehamilan Aira.
Pengajian berlangsung dengan khidmat, setelah selesai mereka membagi-bagikan hadiah untuk anak-anak yatim yang turut hadir.

* * *

"Jadi tidak sabar yah pengen nimang cucu" ucap ummi.

Pengajian telah selesai, keadaan sudah sepi. Tinggal keluarga Khalid dan Aira saja. Para wanita berada di ruang tengah, sedangkan para lelaki di ruang tamu.

"Iya, pokoknya kamu harus selalu jaga kesehatan yah sayang" ucap Bu Lina sembari mengelus kepala Aira. Bu Lina dan pak Rudi memang sangat menyayangi Aira. Mereka sudah menganggap Aira seperti anak kandung.

Aira yang ditanya hanya mengangguk. Aira merasa bahagia semua orang jadi memperhatikannya. Rasa syukur tak henti-hentinya ia ucapkan kepada sang maha pencipta.

"Jangan banyak pikiran, rajin minum susu ibu hamil, banyak makan makanan bergizi supaya anakmu jadi pinter".
"Jangan lupa doa sama Allah agar diberi keselamatan, rajin-rajin ngaji" sambung ummi memberikan wejangan kepada menantunya itu.

"Dengarin kata ummimu, kami semua sangat menanti kelahiran cucu pertama" ucap Bu Lina.

Setelah bercerita panjang lebar Bu Lina dan pak Rudi pamit pulang. Aira dan Khalid menginap satu malam dikediaman orang tua Khalid.

* * *

Setelah membereskan mejanya, Khalid beranjak dari kursinya dan siap untuk pulang. Mengingat waktu juga sudah sore dan dia masih mau menjemput Aira di sekolah. Meski sudah dilarang olehnya Aira masih tetap mengajar. Khalid juga tidak mempermasalahkannya selama kondisi kehamilan istrinya itu baik-baik saja.

Menyebut kata istri Khalid merasa sedih. Bukan apa-apa, perasaannya tidak bisa dipungkiri. Meskipun senyum mengembang di bibirnya namun hatinya teriris. Karena sampai saat ini dirinya belum berhasil mencintai istrinya itu. Apa yang ia perlihatkan hanyalah palsu belaka demi kebahagian orang tua, istri serta mertuanya.

Khalid juga bingung akan perasaannya, mengapa perempuan sebaik Aira tidak bisa ia cintai padahal jelas-jelas Aira adalah istri sahnya, Aira juga tengah mengandung anaknya. Perjuangannya untuk mencintai istrinya itu tidaklah mudah, bahkan harus mengorbankan perasaannya.

Khalid melajukan mobilnya menuju sekolah Aira, karena sibuk memikirkan perasaannya hampir saja ia menyerempet sepeda motor di samping kirinya. Terdengar bunyi sepeda motor tersebut bersamaan suara perempuan. Rupanya ia benar-benar menyerempet dan sepeda motor itu jatuh tersungkur. Khalid menepikan mobilnya dan menolong orang yang tersebut. Betapa kagetnya Khalid saat perempuan itu bangun dan menatapnya. Mereka sama-sama terdiam sesaat. Orang-orang sudah berkerumunan. Mereka membangunkan motor. Khalid kemudian sadar dan cepat menghampiri perempuan itu.

"Fani, aku...aku minta maaf" Khalid merasa menyesal dan meminta maaf. Suaranya sedikit gugup.

Perempuan itu adalah Fani, Fani masih kaget melihat Khalid. Selama ini Fani sudah menghindar dari Khalid. Dia tidak ingin membuat kakaknya bersedih hati. Namun sore ini seperti mendapat air di tengah gurun pasir, perasaan yang di kubur dalam-dalam itu ternyata tidak benar-benar terkubur. Seketika perasaan itu muncul kepermukaan lagi.

"Ekhem, tidak apa-apa" balas Fani masih dalam kegugupannya. Fani membuang pandangannya. Motornya sudah di bawah di bengkel terdekat.

"Kamu terluka?".

"Tidak" namun ketika berjalan kakinya tidak bisa di garakan. Fani meringis kesakitan.

Khalid memaksa Fani untuk ikut di mobilnya. Akhirnya Fani mengiyakan.
Perjalanan terasa panjang, tidak ada yang bersuara. Baik Fani maupun Khalid sama-sama hanyut dalam pikiran masing-masing.

Khalid mengantar Fani ke klinik untuk mengobati lukanya setelah itu ia mengantarnya lagi pulang di rumahnya.

"Terimakasih, kak" ucap Fani setelah turun dari mobil.
Khalid hanya mengangguk tanpa menatap Fani.

"Mmm...kak jangan cerita sama kak Aira yah, takutnya salah paham". Setelah mengucapkan itu Fani langsung meninggalkan Khalid.

Khalid tersentak mendengar nama Aira, bukankah tadi dirinya akan menjemput Aira . Dengan cepat ia melajukan mobilnya menuju sekolah, Khalid jadi merasa bersalah pada istrinya itu pasalnya jam sudah menunjukan 18.05, sementara adzan Magrib sudah berkumandang. Tak henti-hentinya ia merutuki dirinya lalu beristighfar mengingat kondisi Aira yang tengah mengandung sementara dirinya sibuk memperhatikan wanita lain. Setelah sampai di sekolah Khalid tidak mendapatkan Aira, dengan cepat ia menghidupkan ponselnya yang dayanya tinggal tiga persen. Lalu membuka aplikasi WhatsApp, tangannya cepat menyentuh nama bertuliskan Aira.

"Mas dimana?"

"Mas, masih lama?"

"Kamu terlambat pulang yah mas?"

"Mas aku duluan yah, di antar Wati"

"Mas hati-hati di jalan😊".

Khalid mengusap wajahnya kasar, bisa-bisanya ia melupakan Aira hanya karena kehadiran Fani. Tidak bisa di pungkiri hatinya memang masih terisi penuh oleh Fani. Khalid menggelengkan kepalanya agar bayangan Fani tadi cepat pergi. Lalu membalas pesan Aira agar istrinya itu tidak khawatir di rumah.

"Aku sudah di jalan tapi mau singgah di mesjid dulu shalat Magrib, maaf tadi ada urusan".

Khalid mengembuskan napasnya tidak sepenuhnya ia berbohong, mengantar Fani tadi termasuk salah satu urusannya. Setelah menutup ponselnya Khalid segera menyetir mobilnya menuju mesjid terdekat untuk menunaikan ibadah shalat Magrib serta berdoa memohon ampun.
.
.
.
➡️

(Tidak) Salah Khitbah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang