"Jadi, kamu sudah dilamar?"."Secara resmi belum kak".
"Aku dengar kamu tidak suka dengannya".
"Iya, kak Aira saja tidak setuju. Pada hal dulu mereka dekat".
"Apa, dekat?"
"Ya...iya. ka Aira nggak cerita?".
Khalid tidak bertanya lagi, ia melajukan mobilnya sampai di rumah Fani. Lalu melanjutkan ke kantor.
Nama Wawan masih terngiang di ingatannya. Khalid jadi penasaran dengan Wawan meski pernah bertemu sekali tapi ia ingin tahu sosok lelaki yang bakal mendampingi Fani itu. Apalagi kenyataan yang baru ia tahu bahwa Aira dekat dengannya dulu. Lantas apa yang membuat istrinya itu tidak sreg dengan Wawan.
Belum tuntas masalah Wawan, Khalid kembali kesal dengan siomay pemberian ustadz Karim untuk istrinya. Malah Aira sangat menikmati cemilan itu. Benar-benar menyebalkan.
Karena sibuk dengan pikirannya sendiri Khalid mendiamkan Aira yang tengah kalut. Ia lupa jika istrinya itu tidak boleh banyak pikiran apalagi stress.
Selama tiga hari mengintai seorang Wawan akhirnya Khalid bisa bertemu empat mata dengan lelaki gondrong itu.
"Sepertinya sangat penting hingga kau menemui ku seperti ini?".
"Aku cuma ingin mengenalmu saja, bukannya nanti kita bisa satu keluarga".
"Betul, lalu apa yang ingin kau tahu? Supaya bisa mengenalku lebih dekat" Wawan menaikan sebelah alisnya. Tatapannya seolah menentang.
"Yang aku tahu, Fani tidak suka denganmu. Begitu juga dengan Aira. Lantas kenapa kamu memaksakan diri?" Khalid tidak mau kalah.
"Kenapa, cemburu?". Khalid kaget ucapan dengan lelaki ini, alisnya mengerut,
"Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan". Khalid mengalihkan tatapannya.
"Saya tahu kok, kau sebenarnya menginginkan Fani kan. Kasian bangat si Aira " lelaki itu mendadak formal.
"Apa tujuanmu sebenarnya" Khalid mulai terpancing.
"Apa Aira tidak cerita tentangku, kami dulu sangat dekat sebelum kejadian di hotel itu, ups sebelumnya di toilet sekolah" Wawan tidak menjawab pertanyaan Khalid. Ia ingin memainkan emosi lelaki itu sekaligus memberi pelajaran untuk Aira.
Khalid tidak meladeni lagi ucapan lelaki itu, soal apa yang terjadi dengan Aira waktu dulu adalah masa lalu. Toh dia mendapatkan istrinya itu masih dalam keadaan suci.
Khalid hendak beranjak pulang tapi Wawan belum puas,
"Saya ini memang lelaki brengsek tidak pantas bersanding dengan Fani. Tapi orang tuanya sudah memberi restu, bahkan Aira sebenarnya telah merestui ku. Tinggal restu darimu yang saya tunggu" lelaki itu berjalan kearah Khalid menepuk pundaknya lalu membisikkan sesuatu.
"Aku juga bingung dengan sikap Aira yang awalnya menentang sekarang dengan legowo menerimaku. Dan...kau masih punya kesempatan untuk menyelamatkan Fani dari pernikahan ini" lelaki itu berlalu pergi meninggalkan Khalid yang masih berdiri tegak.
Khalid tidak bisa memejamkan matanya, ia melirik Aira disampingnya yang sudah tertidur pulas. Pertanyaan mulai hinggap di pikirannya, benarkah Aira menyetujui pernikahan Fani dengan Wawan. Tanpa sadar ia sudah terprovokasi dengan ucapan Wawan.
Pagi hari Aira mendapatkan telepon dari sang ibu tentang acara lamaran Fani secara resmi tiga hari lagi. Ia diminta agar meluangkan waktunya agar bisa hadir menyaksikan proses sakral adiknya itu. Tentunya ia harus datang bersama sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.