"Ra, bangun. Udah subuh".
Aira terbangun dari tidurnya, ia melihat Khalid yang berusaha mengangkat pahanya. Suaminya itu pasti kram karena Aira tertidur selama satu jam lamanya.
"Nggak apa-apa kok" ujar Khalid seakan tahu isi pikiran Aira.
Setelah berdiam sejenak, Khalid bangkit melihat kondisi sang mertua yang masih terlelap. Monitor pendeteksi jantung bergerak dengan normal. Sebenarnya Khalid tidak mengerti pergerakan monitor itu, ia hanya melihat gelombang hijau yang bergerak secara teratur.
"Aku mau sholat ke mushola. Kamu sholat disini aja" ucap Khalid sebelum meninggalkan Aira di ruangan itu.
Aira bergegas untuk sholat subuh, setelah salam Aira berdoa memohon kepada sang maha pencipta untuk kesembuhan sang ayah, kebahagian dunia dan akhirat untuk keluarganya dan tak lupa ia mendoakan keluarga kecilnya agar mencapai keluarga yang sakinah, mawadah warahma.
* * *
Khalid melangkah dengan cepat menuju mushola rumah sakit. Adzan subuh sementara berkumandang, Khalid khawatir tidak bisa melaksanakan shalat Sunnah sebelum subuh, shalat Sunnah yang di janjikan lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Saat yang bersamaan Fani juga memutuskan untuk shalat subuh di mushola. Karena terburu-buru hampir saja Fani bertabrakan dengan sosok laki-laki yang pernah mengisi hatinya itu.
"Fani, mau sholat juga?" tanya Khalid.
Sejenak Fani menatap sosok itu lalu segera menundukkan matanya.
"Iya".
"Apa ibu sudah baikan?"
Fani hanya mengangguk, Khalid segera memalingkan mukanya.
"Kalau begitu aku duluan" ucap Khalid ketika akan meninggalkan Fani.
"Kak" panggil Fani kembali.
Khalid berhenti kembali memutar tubuhnya.
"Ayah, bagaimana?".
"Kondisinya stabil kata dokter". Memang setelah Aira tertidur sang dokter masuk kembali dan memeriksa ayah mertuanya itu.
"Sebenarnya..." ucap Fani terputus.
Khalid mengernyitkan alisnya, rasa penasaran muncul di benaknya.
"Sebenarnya ayah marah, karena aku menolak pria pilihan ayah" tutur Fani lirih tapi masih di dengar oleh Khalid.
Khalid terpaku di tempatnya, entah perasaan apa. Pikirannya mendadak buntu.
"Kak, jangan cerita ke siapa pun termasuk kak Aira. Ibu juga belum tahu hal ini. Ini permasalahan antara aku dan ayah saja"
Khalid terdiam, ia hanya mengangguk membiarkan Fani lebih dulu meninggalkan tempat. Khalid segera menguasai dirinya lalu dengan cepat pergi di tempat wudhu untuk membersihakan hati dan pikirannya.
Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah, Khalid masih mendengarkan kultum. Setelah selesai Khalid belum beranjak dari duduknya. Pernyataan Fani barusan seakan menubruk dirinya, bukan soal penyakit jantung sang ayah mertua yang mendadak kumat tetapi soal gadis yang pernah menjadi impiannya yang mungkin akan di miliki oleh lelaki lain. Khalid sudah berusaha ikhlas menerima Aira sebagai istrinya dan melupakan perasaanya pada Fani tetapi Khalid tidak memungkiri ada rasa ketidakrelaan Fani akan bersanding dengan lelaki selain dirinya.
Khalid benar-benar sudah gila dengan perasaanya, namun setenang mungkin ia harus menutupinya.
Khalid beranjak dari mushola dan segera menuju ruang ICU tempat pak Rudi di rawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.