Khalid sangat malu sekaligus kesal pada Aldo, pasalnya ia hanya tinggal sebentar saja ke toilet dan melupakan gawainya yang masih menyala. Tak di sengaja kawan jahilnya itu melihat apa yang di googlingnya. Aldo masih tertawa terpingkal-pingkal, untung saja masih pagi dan di ruangan itu belum ada yang datang selain mereka berdua.
"Berhenti nggak Do,".
"Aduh...aduh...sakit perutku Lid".
"Semoga sakit benaran" Khalid merampas ponselnya lalu kembali di kursinya.
"Jangan gitulah, ucapan itu doa tau".
Khalid fokus pada komputernya, ia membuka folder apa saja untuk mengabaikan Aldo."Kenapa sih harus tanya google, nih sahabat kamu" ucap Aldo menunjuk dirinya sendiri. Khalid bergeming.
"Hah, walau kata aku belum nikah. Tapi aku bisa dengan mudah mengungkapkan perasaan dengan sejuta kata-kata mesra".
"Sok tau kamu, udah ah. Awas ya kalau bilang sama yang lain". Aldo hanya menyengir kuda.
Khalid lega sahabatnya itu menutup mulutnya, karena kalau tidak pasti sepanjang hari ini ia akan jadi bulan-bulanan mereka.
"Ayo, ke kantin. Tadi itu nggak gratis". Bisik Aldo, ternyata lelaki itu pandai memanfaatkan situasi
"Heran aku sama kamu Do," Aldo tak memperdulikan, ia fokus pada santapannya.
"Padahal tadinya aku mau bilang makasih, tapi nggak jadi".
"Eh itu udah bilang. Udahlah Lid, kita fokus saja pada masalahmu yang tadi"
"Masalah apaan, itu bukan masalah"
"Terus, ngapain googling segala". Khalid menghela napas.
"Mau aku kasih trik?".
"Apa?". Meski kesal campur malu tapi Khalid penasaran dengan trik yang di tawarkan Aldo.
"Tuh kan kamu mau, kamu itu sebenarnya gengsian kayak cewek".
"Apaan sih, bicara yang jelas".
"Okey, selama aku ngomong jangan protes dan jangan memotong.
pertama buang dulu tuh gengsi. Kedua ungkapin saja apa adanya. Kalau sesuai teks itu nggak natural kesannya di buat-buat. Nggak ngena di hati"."Cuma itu?".
"Ya, sebenarnya banyak tapi itu rangkumannya. Ingat nggak usah protes".
"Baiklah". Khalid menjawab lesu. Sudah terlanjur ketahuan sama sahabatnya itu untuk apa lagi membantah selain menurutinya.
"Pejuang cinta harus semangat" Aldo menepuk pundak sahabatnya itu sambil berlalu "Jangan lupa bayar bro".
* * *
Illahil salimil ummah minal aafaati wanniqma wamin hammim wamin ghummah bi ahlil badri yaa Allah.
Khalid menikmati potongan shalawat badar yang di senandung kan Aira ketika menimang putri mereka. Alunan suaranya mengalir sejuk di relung jiwa. Membasahi qalbu yang kian mengering, membangkitkan kecintaan terhadap Allah dan rasul-nya.
"Mas, sejak kapan di situ?". Khalid baru tersadar, sedari tadi ia berdiri di ambang pintu.
"Baru kok". Masuk dan meletakan tas kerjanya. Lalu menengok pada sang istri yang masih berdiri.
"Maya rewel ya?".
"Sedikit tapi sekarang udah bobo".
Setelah lelaki itu berlalu di kamar mandi, Aira meletakan baby Maya di ranjangnya lalu ke dapur menyiapkan makan malam. Sekarang baik ibunya maupun ummi tidak menginap lagi. Maya juga sudah berusia tiga bulan. Aira dan Khalid ingin mandiri dalam mengurus buah hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.