Aira membukakan pintu untuk adik dan iparnya. Setengah jam yang lalu ia menerima pesan dari Fani bahwa mereka akan berkunjung di rumahnya. Olehnya itu Aira sudah stay memang di ruang tamu.
"Banyak banget bawaanmu" Aira menaruh toples-toples kecil yang berisikan kue cemilan di atas meja.
"Kak Aira kan suka ngemil". Fani sengaja membawa banyak aneka cemilan untuk sang kakak.
"Eh, aku buatin minum yah" Aira beranjak tapi Fani segera mencegah.
"Jangan kak, nggak usah". Jangankan mengambil minuman, untuk berdiri saja Aira kesusahan. Hanya ada segelas air mineral untuk Wawan itupun Fani sendiri yang menyediakan.
Obrolan mereka hanya seputaran kegiatan sehari-hari, Wawan hanya sesekali menanggapi ucapan kakak beradik itu.
"Jadi penasaran sama rumah baru kalian". Fani dan Wawan memang sudah beberapa hari pindah rumah.
"Ya udah kak Aira ikut aja" sahut Fani dengan antusias.
"Emang boleh?" tanyanya basa-basi sekedar menyenangkan hati Fani yang amat antusias.
"Boleh kok". Aira jadi bingung sebab yang menjawab bukanlah Fani tetapi Wawan.
"Mm...aku minta izin dulu yah".
Aira mengambil gawainya lalu mengetik sesuatu.
Assalamualaikum mas, Fani sama suami lagi main di rumah. Boleh tidak aku ikut ke rumah baru mereka. Bosen di rumah
Sambil ngobrol Aira memeriksa ponselnya namun belum ada balasan padahal sudah dua puluh menit berlalu pesan itu tercentang biru.
"Sepertinya nggak bisa dek, lain kali aja yah".
"Nggak apa-apa kok". Melihat senyum yang memudar di wajah sang adik, Aira jadi tidak enak hati.
Namun sesaat kemudian terdengar bunyi notifikasi, Aira buru-buru membuka ponselnya lalu menatap Fani bersamaan dengan senyumnya.
"Udah dapat izin. Ini" masih dengan memamerkan gigi putihnya Aira menunjukan pesan balasan dari sang suami.
Ya udah, hati-hati
Aira dengan cepat mengetik balasan.
Makasih mas, iya insyaallah bakal hati-hati.
Setelah mengambil tas selempangnya, Aira keluar dari rumah bersama Fani dan juga Wawan. Mereka menaiki mobil menuju rumah pasangan yang baru menikah itu.
* * *
Khalid tidak tenang setelah membalas pesan singkat Aira. Entah, mengetahui ada Wawan di rumahnya membuatnya gusar. Apalagi istrinya itu akan ikut bersama mereka. Jika saja wanita itu tidak mengatakan bosan di rumah, ia tidak akan mengijinkannya. Mengapa tidak Fani saja yang berkunjung, mengapa harus ada Wawan. Ah, Khalid jadi lupa bahwa kedua anak manusia itu telah menikah.
Bukan apa-apa, Khalid kerap kali menangkap basah Wawan tengah memperhatikan Aira. Lelaki gondrong itu selalu menarik perhatian istrinya pada saat lagi dirumah sang mertua. Ada-ada saja yang dilakukannya entah mengambilkan minuman, mempersilahkannya duduk, serta hal-hal kecil lainnya. Sehingga Khalid merasa dimonopoli, padahal jelas-jelas Aira itu istrinya. Harusnya Wawan melakukan itu untuk Fani, istrinya. Ia tidak habis pikir apakah lelaki yang menjadi adik ipar istrinya itu benar-benar baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.