"Mas, hari ini aku kerumah ibu. Bisa mas mengantarku?". Ucap Aira selembut mungkin.
Khalid masih belum beranjak dari meja makan padahal ia sudah selesai makan.
Merasa tidak direspon Aira kembali lagi ke dapur membereskan barang yang akan dibawahnya. Lalu kembali ke ruang makan lagi.
Khalid yang melihat bawaan Aira jadi penasaran." Emang ada acara apa?".
"Tidak ada apa-apa" jawab Aira.
"Baiklah, aku ganti baju dulu" Khalid bangkit menuju kamar mereka."Fani datang" ucap Aira lirih yang masih didengar oleh suaminya itu.
Khalid menghentikan langkahnya.
"Gak jadi antar".
Aira mengerutkan keningnya
"Kenapa?".
"Kalau sudah tau, ngapain nanya" jawab Khalid ketus.
Khalid langsung masuk keruang kerjanya dan menutup pintunya.
Aira hanya menggeleng. Ternyata suaminya itu belum move on.Aira mengendarai motornya menuju rumah ayah dan ibunya, bukan lebih tepatnya rumah paman dan bibinya. Sejak kecil Aira sudah diasuh oleh mereka karena kedua orang tuanya mengalami kecelakaan yang menyebabkan nyawa mereka terenggut. Walaupun bukan orang tua kandungnya, Aira menghormati mereka layaknya orang tua kandung. Begitupun sebaliknya. Aira juga sangat menyayangi Fani, adik sepupunya layaknya adik kandungnya sendiri. Jarak usia mereka hanya terpaut empat tahun.
***
"Bu, Fani mana?" tanya Aira usai menyalami ibunya itu.
"Ada tuh dikamar. Masih capek".
Aira melirik kamar Fani yang tertutup. Aira maklum Fani telah melakukan perjalanan jauh, Fani masih kuliah semester tujuh dan sering bolak-balik rumahnya meskipun jauh karena memang mata kuliahnya telah habis tinggal menyusun proposal."Ayah sehat?" tanya Aira lagi pada sang ayah sambil menyalaminya.
"Alhamdulillah, kamu gimana nak?" tanya sang ayah balik.
"Alhamdulillah aku baik".
"Rumah tanggamu?"
"Baik yah".
Sang ayah hanya tersenyum mengangguk.Fani membuka pintu kamarnya melihat Aira tengah berbincang dengan ayah ibunya.
"Kak Aira?" Panggil Fani sedikit kikuk.
Aira menoleh lalu tersenyum pada adiknya itu.
"Fan, ini kakak bawakan kue kesukaanmu".
Fani mendekati kakaknya itu dan memeluknya. Lalu menariknya masuk kedalam kamarnya."Kak maafin Fani yah" Fani menunduk sedih.
Aira memegang telapak tangan adiknya itu.
"Kamu nggak salah kok Fan".
"Kakak udah tau semuanya".
Fani memeluk kakaknya itu sambil menitikan air mata.Fani merasa berdosa telah menyukai kakak iparnya sendiri. Tiga bulan lalu Fani tak sengaja mendengar percakapan Khalid dan orang tuanya bahwa sebenarnya yang dia ingin khitbah saat itu adalah dirinya. Tapi ummi dan Abah Khalid mengira itu adalah Aira. Karena itu Fani diam-diam menyukai Khalid. Sering ia mencari perhatian Khalid dan Khalid pun meresponnya. Sebab Khalid pun juga sudah lama menyukai Fani. Namun ia tak pernah mengungkapkannya. Dengan demikian terungkaplah kejujuran Khalid pada perasaanya dan disambut pula oleh Fani. Namun kebusukan yang tertutupi akan terkuak kepermukaan.
Saat itulah mereka ditegur oleh kedua belah pihak orang tua. Aira hanya diam saja mencernah apa yang terjadi antara suami dan adiknya itu. Rasa malu dan menyesal menggelayuti hati Khalid dan Fani. Biar bagaimana pun Khalid dan Fani adalah orang yang taat agama, hanya karena perasaan, syaitan berhasil menghasut mereka.
Aira dan Khalid pun dinasehati oleh para orang tua itu untuk tetap mempertahankan pernikahan mereka. Aira juga mendengar pengakuan Khalid bahwa ia salah mengkhitbah. Khalid tepaksa berjanji agar melupakan Fani dan mencintai istrinya, Aira.
Setelah aksi peluk-pelukan dan nangis-nangisan, Fani dan Aira keluar makan. Sang ibu telah memanggil mereka berdua. Mereka berempat makan siang dalam diam.
Sorenya Aira baru pulang setelah berpamitan pada ibu bapaknya serta Fani. Aira masih mengingat suaminya di rumah jangan sampai kelaparan meskipun ia sudah memasakannya tadi pagi sebelum berangkat.
"Suami harus diperhatikan, diutamakan dan dihargai". Begitulah pesan sang ayah padanya sebelum pamit.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.