Bagian 16🌺

2.9K 177 15
                                    

Khalid mengaduk gelas yang berisi susu ibu hamil. Setelah selesai ia mengantarnya ke kamar untuk Aira. Khalid mulai membiasakan dirinya untuk memperhatikan hal-hal kecil kebutuhan Aira. Langkahnya terhenti saat matanya bersirobok dengan mata bening itu. Ah, Khalid lupa bahwa adik iparnya itu menginap di rumah mereka malam ini.

"Belum tidur?" tanya Khalid datar.

"Be-belum" jawab Fani gugup.

Khalid kembali melangkahkan kakinya menuju kamar, setelah menutup pintu dari dalam ia menghela napasnya pelan.

"Mas, sini kan susunya" panggil Aira melihat suaminya yang masih terbengong di depan pintu.

Aira meminum susu buatan sang suami sampai habis. Ia senang suaminya itu mau melakukan sesuatu untuknya. Walaupun ia tahu tidaklah mudah untuk memberikan hati untuk seseorang disaat hati itu sudah ada yang mengisi. Seperti saat ini, Aira tahu suaminya itu sejak dalam perjalanan pulang tadi sudah banyak diam.

Waktu menjelang tengah malam, Aira terbangun karena merasa lapar. Biasanya ia tidak seperti ini. Ah, dia ingat waktu makan di pesta porsinya tidak banyak. Malu juga rasanya jika makan banyak di acara seperti itu. Aira menyibakkan selimut sepelan mungkin lalu berjalan mengendap-endap keluar kamar menuju dapur.

Aroma bumbu tercium olehnya yang tengah memindahkan sajiannya ke mangkok. Aira tak sabar lagi akan mencicipi mie kuah buatannya.

"Astaghfirullah..." Aira terpekik mendapatkan Khalid yang berdiri di belakangnya. Lelaki jangkung itu tengah bersedekap memperhatikan dirinya.

"Kamu lapar?" Sambil melirik mangkok yang berisi mie rebus.

"Iya mas" Aira segera melangkah menuju meja makan. Perutnya sudah berteriak minta diisi. Khalid mengekori istrinya itu lalu menarik kursi untuk mereka berdua.

Aira mulai menyuapkan mie tersebut ke mulutnya, lalu menyeruput kuahnya. Sesekali ia melirik khalid disebelahnya. Apakah lelaki itu juga lapar, akhirnya ia menawarkan.

"Mas mau?"

"Itu nggak sehat" tegas lelaki itu.

"Kan cuma ini yang ada" Aira kembali menyantap sisa helaian mie ke mulutnya dengan sendok namun sedetik kemudian Khalid memindahkan sendok tersebut ke mulutya.

Aira menatap sang suami dengan takjub, menurutnya ini momen yang sangat romantis. Sedangkan yang ditatap sedang mengalihkan perhatiannya sambil berusaha menetralisir detak jantungnya. Aira menahan senyumannya lalu kembali fokus pada santapannya.

Tanpa di sadari seseorang tengah memperhatikan mereka. Niat ingin ke dapur meneguk segelas air putih ia urungkan. Di balik pintu kamar tamu, ia meremas dadanya, sakit tak berdarah itu masih ia rasakan. Air mata jatuh tanpa permisi, sekali lagi ia tegaskan bukan tidak mengikhlaskan tapi menangisi kisah cinta yang tak sesuai ekspektasinya. Apalah daya manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah penentunya.

* * *

"Ra, yakin mau ikut?" tanya Wati. Mereka tengah berjalan di koridor sekolah usai menghadiri rapat.

"Insyaallah Wat, tapi minta izin mas Khalid dulu. Kalau di izinin ikut kalau nggak yah aku nurut aja".

"MaasyaAllah...istri Solehah banget sih" Wati mencolek pipi Aira yang mulai tembem.

"Masih jauhlah, sementara berusaha" wanita itu mengusap-usap pipinya akibat ulah sahabatnya yang usil.

"Masa kamu aja yang usaha, dia nya bagaimana?" Sembari menoleh kearah lawan bicaranya.

"Dia udah manis kok" balas Aira dengan senyum tipis.

"Ciee, sepertinya dia udah cinta yah".

"Nggak tahu, orangnya susah ditebak".

(Tidak) Salah Khitbah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang