Khalid baru saja menerima undangan pernikahan salah satu anak dari manejer kantor. Undangan itu tergeletak bebas di dashboard mobil, sesekali Khalid melirik undangan tersebut yang di tujukan untuk dirinya dan pasangannya. Seulas senyum menghiasi bibirnya. Setelah matanya menangkap sebuah toko baju ia menepikan mobilnya, melepas sabuk pengaman dan keluar.
Khalid memasuki toko tersebut lalu mengedarkan pandangannya ke beberapa manekin yang di balut dengan busana muslimah yang syar'i. Sekali lagi Khalid melengkungkan bibirnya keatas.
"Masnya cari apa?" tanya seorang wanita penjaga tokoh.
Khalid berpikir kemudian menyebutkan sesuatu yang diinginkannya
"Mmm...gamis untuk perempuan" sambil menatap gamis yang berwarna soft orange.
Wanita tersebut tersenyum,
"Buat istrinya yah mas".
Khalid sedikit kikuk lalu segera mengangguk.
"Itu juga bagus, kalau mau model lain masnya bisa lihat-lihat disini" wanita itu menunjukan beberapa gamis yang di hanger juga yang terpasang pada manekin.
Mata Khalid langsung tertuju pada gamis berwarna krem di lengkapi dengan hijabnya.
"Yang itu yah mas" ujar wanita itu yang tiba-tiba datang sehabis melayani pelanggan lain.
Khalid masih bergeming, sungguh ia tidak tahu selera perempuan. Apalagi ia tidak tahu warna kesukaan Aira. Ia masih mengingat-ingat warna apa saja yang sering di pakai oleh istrinya itu. Wanita penjaga toko itu cuma menggeleng lalu pergi menemani pelanggan yang baru datang, sampai wanita itu kembali datang Khalid masih belum memutuskan sesuatu.
"Kalau mau yang couple ada juga mas, di bagian situ" tunjuk wanita itu.
"Couple?" Gumamnya tapi masih di dengar wanita itu.
Setelah melihat beberapa model pilihannya jatuh pada gamis syar'i berwarna mint berpasangan dengan baju yang warna mint pula.
"Terimakasih atas kunjungannya" ucap wanita itu dengan ramah.
Khalid melajukan mobilnya menuju rumah. Tidak sabar lagi ingin menunjukkan belanjaannya untuk sang istri.
Aira mengambil tas kantor Khalid yang tergeletak di atas ranjang untuk meletakan di tempatnya lalu matanya tertuju pada sebuah kantong plastik yang bermerek. Aira penasaran ingin melihat isinya, saat membuka kantong tersebut Khalid tiba-tiba muncul dari arah kamar mandi. Lelaki itu spontan merebut kantong dari tangan Aira. Menyadari keadaan sang suami, Aira memalingkan mukanya yang tiba-tiba bersemu merah karena lelaki itu hanya melilitkan handuk di bagian bawahnya. Biarpun mereka sudah sering berhubungan tapi tetap saja Aira masih malu. Khalid yang menyadari perubahan muka pada sang istri segera menyambar pakaian di atas kasur yang sudah disiapkan Aira lalu masuk kamar mandi.
Khalid mengambil kantong plastik itu untuk menyerahkannya pada Aira. Sebenarnya ia ingin membungkusnya dengan rapi lalu menyelipkan potongan kata-kata mutiara di dalamnya tapi karena Aira sudah terlanjur melihatnya, ya sudahlah.
"Ini...buat kamu" sambil menyerahkan kantong tersebut.
"Haa," tentu saja Aira kaget karena dia pikir barang itu bukan untuknya.
"Bukalah".
Aira mulai membuka dan mengeluarkan isinya, sejenak ia terpaku melihat gamis sepaket dengan jilbabnya.
"Untukku?".
Khalid mengangguk dan mengulum senyum, ada rasa bahagia yang membuncah ketika bisa menyenangkan hati wanita di hadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Salah Khitbah ✓
ChickLitKhalid harus mengubur impiannya untuk menikah dengan Fani, gadis yang ia kagumi dalam diamnya. Saat akan mengkhitbah Fani, orang tua Khalid malah mengkhitbah Aira.