Di siang hari yang cukup terik, seorang gadis berkuncir kuda tampak tergopoh gopoh menyusuri koridor yang lumayan ramai. Senyum tak pernah pudar dari wajahnya meski keringat terus saja bercucuran di dahinya, membuat poninya sedikit acak acakan.
Langkahnya terhenti ketika ia berada di area kolam renang indoor SMA Adhiwiyata yang terbilang cukup sepi. Ia melangkahkan kaki ke dalam sana dengan senyuman lebar.
Gadis ber-jersey basket berwarna hitam putih itu menenteng sebotol jus strawberry di tangan kirinya. Pandangan mata gadis berkuncir kuda itu melacak keberadaan seseorang yang dicarinya
Senyumnya melebar, hingga menampakkan gigi gingsul yang bersembunyi manis di dalam mulutnya. Tanpa ba bi bu ia melangkahkan kakinya kearah seorang laki laki berkaus putih yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk berwarna putih .
“Hai calon pacar, Gue bawain jus lagi nih, yang kali ini diterima ya,” gadis berambut kecokelatan itu menyodorkan botol berisi jus itu pada seseorang di depannya.
“Astaga lo bikin gue kaget lagi, lo pengen gue cepat mati?” Laki laki bertubuh atletis itu berujar kesal sambil menaruh handuknya di bangku
“Ihh, ya enggak lah, kalai lo mati gue sama siapa? Mending gue aja yang mati lo jangan,” Gadis itu terkikik setelahnya, kemudian duduk di bangku kosong yang ada di sebelah laki laki bernama Aran
“Serah, mau lo apa sih, Xen? Udah gue bilang nggak usah cari perhatian sama gue. Lo bukan tipe gue,” Aran bangkit dari duduknya kemudian meraih tas berwarna Navy yang tergeletak di sampingnya. Kemudian berlalu meninggalkan Xena tanpa berkata apa apa lagi
“Lo kenapa sih selalu nolak gue? gue cakep, tinggi, pinter, kalem. Gue kurang apa sih buat lo?” Xena memekik lantang, membuat Aran menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Xena
"Kurang otak" Aran membalas dengan nada datar dan tanpa ekspresi,
"I love you too"
"Bodoamat, percuma ngomong sama orang nggak waras kaya lo" Aran kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda, gadis bernama Axena Aquila itu benar benar menghancurkan moodnya
Xena bangkit kemudian berlari mengejar Aran yang sudah keluar dari area kolam renang, “Aran tungguin gue dong, kan niat gue baik, gue cuma mau ngasih lo jus doang. Hargai gue dikit aja kek,” Xena berkata sambil menyamakan langkahnya dengan Aran.
Aran memandang wajah manis Xena dengan datar, kemudian tangannya merebut botol dari genggaman Xena.
“Udah gue terima, sekarang pergi dan jangan ganggu gue lagi,” ucap Aran disertai dengan pandangan mata yang datar namun menusuk.
“Makasih Aran, gue sayang lo walaupun lo nggak sayang gue,” pekik Xena sambil melompat lompat kecil, membuat beberapa pasang mata menatapnya jengah.
“Lo tau gue nggak suka sama lo, jadi tolong berhenti ngerusuh di hidup gue, gue capek dengerin bacotan lo” Aran berucap kemudian berlalu tanpa mempedulikan raut wajah gembira Xena yang sudah memudar
“Mimpi apa gue punya kakak kelas modelan gitu,”
“Malu maluin aja sih, orang Aran nggak suka sama dia masih aja ngarep”
“Xena makin cantik aja nggak sih bro, dari ada sama Aran mending sama gue”
“Man mau doi sama lo, ngaca woi muka lo kek tikus got gitu”Xena menghela nafas berat, cibiran kembali ia dapatkan setelah berinteraksi dengan makhluk bernama Aran. Ia menulikan telinganya dari cibiran siswa lain yang berada di koridor.
Ia berlari kecil menuju kelasnya yang berada di lantai dua, ia mengemasi barangnya kemudian memakai hoodie berwarna kuning yang ia simpan di dalam laci.
Setelah itu ia keluar dan menutup pintunya dengan kasar, toh di dalam kelas tadi tidak ada orang, Hari Jumat sekolah dipulangkan lebih awal, kemudian diadakan ekstrakurikuler setelah dzuhur.
Sudah pukul tiga lebih sepuluh menit, Xena bergegas menuju parkiran, kemudian menghampiri mobil berwarna kuning yang tampak sendiri di parkiran mobil yang luas itu.
Belum sepuluh langkah ia bergerak, ekor matanya menangkap seorang laki laki hang baru ditemuinya tadi, senyumnya mengembang, kemudian Xena menghampiri manusia berhoodie hitam yang tampak asyik bermain ponselnya di bangku parkiran
“Aran, gue kira lo udah pulang, belum di jemput? Mending bareng gue aja, nanti gue antar sampai depan rumah. Kalau lo mau ke KUA dulu juga nggak papa,”
“Astaga, lo lagi. Lo beneran pengen gue mati jantungan?” Aran terlonjak ketika Xena tiba tiba sudah berada di sampingnya
“Ya maaf, jadi gimana? Bareng gue aja yuk” tawar Xena lagi dengan wajah yang berharap itu.
“Ogah, mending gue nginap di sini daripada pulang bereng lo,” Ucap Aran kemudian fokus kembali ke ponsel metalik blue di tangannya.
“Oh kalau gitu, gue temenin lo ke KUA aja deh,” tawaran Xena membuat Aran menyengrit,
“Ngapain gue ke KUA?”.
“Daftar nikah bareng gue lah, lo udah 17 tahun, gue juga. Kan udah legal buat nikah. Nikah yuk Ran, gue bosen sekolah terus, dua belas tahun gue sekolah kayaknya otak gue masih gini gini aja. Mending lo nikahin gue,” Cerocos Xena membuat Aran merasa kepalanya berdenyut.
“Nikah sono sama boneka santet, ogah gue sama lo” Ucap Aran kemudian berdiri dan berlalu, membuat Xena mengerucutkan bibirnya. Ia menatap punggung Aran yang semakin menjauh, menghampiri mobil berwarna silver yang menjemputnya
“Dasar Aran goblok, untung gue suka. Dia buta apa gimana? Gue cantik, baik, pinter, kalem, masih aja di tolak. Sebenarnya dia cowok normal nggak sih, udah berangkat diantar, pulang dijemput, kaya cewek perawan aja, gue yang jelas perawan aja udah kaya jelangkung gini, Datang nggak diundang, boro boro pulang diantar, pulang aja kadang ditampar ” gerutu Xena sembari melangkahkan kakinya ke arah mobil kuningnya.
“Pokoknya gue nggak mau tau, Aran harus jadi pacar gue, syukur syukur deh kalau jadi suami, Gue harus bisa dapetin lo, Arandra Cakrawala” Ucap Xena mantap kemudian masuk ke dalam mobil dan pulang
==========
a.n :)Uwu terimakasih sudah membaca, semoga suka, selamat datang di kisah AraXenna. Di tunggu vote dan comment nya :)
Lup yuu :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...