|Lima|

527 44 3
                                    

Cowok putih bertubuh tegap dengan hidung mancung dan mata bak elang itu menatap Xena dengan tatapan menggoda, lalu ia menaik turunkan alis tebalnya, membuat Xena mendengus kesal.

“Buruan gih lompat, gue lihatin” ucap cowok murah senyum itu, yang dibalas Xena dengan mengerucutkan bibir.

“Ngapain bibir lo dimaju majuin gitu? Kode minta dicium?” goda cowok itu lagi. Dia berjalan mendekati Xena lalu duduk tepat samping gadis yang semakin panas dengan ucapannya.

“Dih apaan, mending gue cium pantat sapi daripada cium manusia sok keren kaya lo,”

“Lah, gue kan emang keren, lagi sadar?”

“Berisik lo lendir belut,”

Laki laki itu adalah Dito Alexander, kapten basket putra dengan fans yang bejibun, Kumpulan ciwi ciwi ganas hobi labrak dan tidak segan membully gadis yang terang terangan mendekati Idolanya.

“Kata bapak lo, ekskul hari ini libur anaknya sakit," Xena menyampaikan pesan Pak Aksa kepada rekan seperjuangannya itu.

“Udah tau, berita lo basi,” tukas Dito kemudian meneguk soda dari kaleng berwarna merah yang ia genggam sedari tadi.

“Bagi dong,” pinta Xena dengan wajah yang sengaja di imut imutkan, Hal itu membuat Dito bergidik ngeri, kemudian meraup wajah Xena dengan telapak tangannya.

“Dito babi, Tangan lo bau pesing,” tukas Xena sambil mengelap wajahnya berulang kali.

“Mana ada pesing, hidung lo kedeketan sama mulut tuh,” tukas Dito kemudian tertawa terbahak bahak, Xena yang mendengar suara tawa itu sontak menoleh pada wajah tampan Dito.

Merasa diperhatikan, Dito menoleh ke arah Xena kemudian mengeluarkan kalimat yang membuat Xena kesal sendiri.

“Apa lo lihat lihat, gue tahu gue ini emang ganteng, tapi ngelihatinnya nggak usah lebay gitu,”

“Dih narsis banget sih lo jadi orang. Mana ada orang ganteng yang nyebut diri sendiri ganteng, geli gue dengernya,” Xena berkata dengan nada jijik tanpa melihat ke arah Dito.

“Kok lo bisa ada di sini? Nggak ikut pelajaran?” tanya Dito pada Xena yang sedang memejamkan mata.

“Diusir sama Tante Yuni,” jawab Xena singkat tanpa membuka mata indahnya.

Lima menit berlalu, mereka berdua duduk terdiam di tepi rooftop dengan posisi yang hampir sama. Sibuk berkelana dengan pikiran dan imajinasi mereka sendiri.

“To,”
“Apaan? “

“Gue boleh jujur nggak?” tanya Xena serius, tanpa sadar jantung Dito yang semula normal kini berdenyut lebih cepat. Ia berdehem yang membuat Xena kembali melanjutkan kalimat yang akan ia katakan

“Lo emang ganteng, tapi sayang...” Xena sengaja menggantung ucapannya membuat Dito menunggu kalimat lanjutan dari Xena dengan rasa penasaran setengah mati.

"Cie yang sayang sama gue, gue juga sayang kok sama lo," ucap Dito kemudian terkekeh sambil mengacak rambut Xena pelan

“Nggak lucu bego,” tukas Xena sinis, namun setelah itu mereka tertawa keras. Berada di dekat Dito memang seringkali menjadi korban penyebaran virus recehnya.

'ketawanya nular ihh'

"Gue serius nih,"
"Yaudah lah ngomong aja, biasanya juga asal jeplak,"

"Sayang receh lo itu udah kebangetan, bikin gue geli aja. Nggak ada yang lucu ketawa sendiri, miris gue sama kelakuan lo, absurd parah,"

"Nggak semua orang yang gue recehin. Cuma orang orang tertentu aja," ucap Dito kemudian meneguk habis soda yang ia bawa.

Hemofilove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang