Happy reading :)
Akhir akhir ini Xena merasa sangat sibuk. Mulai dari mengurusi pertandingan basket yang semakin dekat, merecoki Aran setelah laki laki itu keluar dari rumah sakit dua hari lalu, Ditambah lagi menghadapi Dika dan Rani yang semakin sering berulah.
Kini gadis itu mengupas kemasan slice cheese dengan telaten. Kemudian mendekatkan kopi berkemasan kotak yang baru saja Hara belikan.
“Ngopi terus,” sindir Hara ketika Xena mengarahkan kopi itu ke mulutnya.
“Sirik kau babi,” Balas Xena tak acuh.
“Nggak asin Xen?” tanya Hara ketika Xena memasukkan potongan keju ke dalam mulutnya dengan tenang, lalu mengunyahnya pelan.
“Mbaknya belum pernah makan keju ya?” ucap Xena meremahkan. Lagipula ada ada saja, yang namanya keju rasanya kan memang begitu.
“Kurang kurangin, Xen. Nggak baik buat kesehatan,” nasehat Hara yang membuat Xena mendengus
“Gue tanya sama lo, keju terbuat dari apa?”
“Susu,”
“Difermentasi pake bakteri apa?”
“Lactobacillus,”
“Lactobacillus bakteri jahat apa baik?”
“Baik,”
“Nah tuh tau. Jadi keju makanan sehat apa enggak?” Hara mengangguk bodoh sambil menatap Xena yang asyik dengan keju di tangannya.
“Ya nggak usah banyak banyak lah. Jangka panjangnya kan belum tentu baik,” ucap Hara lagi.
“Serah ah,” pasrah Xena lalu meneguk kopinya.
“Woi Xen,” panggil seseorang membuat Xena dan Hara menoleh bersamaan. Brian. Antek anteknya Dito.
“Eh babunya Dito, apa kabar sob?” sapa Xena dengan wajah ceria. Berbanding terbalik dengan raut wajah Brian yang mendadak masam.
“Berasa nggak ada harga dirinya gue. Sejak kapan gue jadi babunya Dito?” sungut laki laki itu lalu menyugar rambutnya.
“Gimana? Mantan udah nambah belum?” tanya Xena pada Brian yang kini duduk di sebelah Hara.
“Nambah dong, lo mau daftar? Gue buka registrasi nih,” tawar Brian membuat dua gadis itu bergidik.
“Gue nggak tertarik sama fakboi,” balas Xena menolak. “Kalau mau tuh sebelah lo, kasihan digantungin mulu sama udang galah. Sikat yan, ikhlas gue,” lanjut Xena yang tampak sedang mempromosikan Hara
“Maksud lo gue?” tanya Hara tampak tak paham.
“Ya iya lah. Lo kan digantungin mulu sama Arsen, miris gue lihatnya,” ejek Xena membuat Hara menggeplaknya dengan tangan.
“Nggak usah ngadi ngadi lo. Jangan buat gosip,” sungut Hara.
“Daripada digantungin, mending sama gue, Ra. Jaminannya bahagia seumur hidup,” ucap Brian sambil menaikturunkan alisnya.
“Nggak usah sok cakep lo, gue nggak minat. Cari cewek lain aja,” balas Hara galak.
“Jadi ngapain lo kesini? Tebar pesona?” tanya Xena sambil memainkan ponselnya.
“Pesona gue nggak perlu ditebar tebar emang udah bertebaran,” Hara memasang ekspresi geli sedangkan Xena hanya melirik sekilas. Nggak Dito nggak anak buahnya, sama sama gila.
“Mau makan lah, ngapain lagi,” ucap Brian santai sambil mencomot setusuk telur gulung Hara yang masih utuh.
“IH ITUKAN PUNYA GUE BAMBANG,” teriakan Hara yang menggelegar membuat beberapa orang di kantin memandangnya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...