|Dua Puluh Dua|

499 44 9
                                    

Aku comeback gaess. xixixi
Happy reading ya :)

“Nggak mau mampir dulu?” tanya Xena setelah ia turun dari motor Aran yang berhenti di depan gerbang rumahnya. Aran menggeleng, sembari menerima helm yang Xena sodorkan ke arahnya.

“Makasih ya calon pacar, sering sering dong anterin gue pulang, biar kita cepet pacaran,” Aran mencebikkan bibirnya, lalu menyalakan motor. Bersiap untuk tancap gas dan kembali ke rumahnya

Ketika Aran hendak melajukan motornya, dengan cepat Xena menahan bagian depan motor Aran yang tentu saja membuat motor itu tidak jadi bergerak

“Apa lagi?” tanya Aran datar, seperti biasanya. Sedangkan Xena tersenyum lebar sambil menggerakkan tubuhnya.

“Kan mobil gue masuk bengkel nih. Bengkelnya kan tadi bilang kalau mobil gue bakal nginep satu hari disana,” Aran diam, merasakan aroma aroma aneh dibalik perkataan Xena.

“Terus?”

“Ya lo nggak ada niatan gitu buat jemput gue besok pagi?” tanya Xena dengan semangat. Aran menggeleng,

“Nggak ada,”

“Jahat banget sih jadi calon pacar. Dasar nggak peka, lo nggak kasihan apa sama gue?  Coba bayangin kalau gue terlambat sampe sekolah,  terus dihukum sama Bu Yunitet. Lo nggak kasihan sama gue?” semprot Xena bertubi tubi.

“Gue nggak bisa, gue berangkat bareng Rea,” sudah cukup. Tidak ada penolakan paling indah selain kalimat Aran yang membawa bawa nama Rea

Raut wajah Xena berubah. Ia mendengus kasar, “Ah iya, yaudah lo bisa pulang sekarang, Hati hati di jalan, Bye”

Aran diam di atas motornya. Menatap Xena yang sudah berbalik dan membuka pagar lalu masuk tanpa mengucapkan apa apa lagi.

“Gue salah ngomong?” gumam Aran, lalu mengangkat bahunya dan melajukan motornya dengan kecepatan rata rata.

Sedangkan di dalam rumah, Xena berjalan menuju dapur setelah menutup pintu utama dengan kencang. Ia mengeluarkan sebotol soda dari dalam kulkas,  lalu meneguknya dengan cepat.

“Setan emang tuh cewek,” umpat Xena lalu mengembalikan soda ke dalam kulkas dan berjalan menuju kamar dengan langkah yang penuh emosi.

Di tangga ia menyadari sesuatu. Rani dan Kiara tidak ada di rumah. Ah baguslah, setidaknya masalahnya hari ini tidak bertambah lagi. Mungkin mereka pergi ke rumah orang tua Dika atau entahlah Xena tidak berniat untuk tahu.

Xena membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali ketika ia sudah berada di dalam. Tangannya menyambar laptop di atas nakas, lalu membanting tubuhnya bersamaan dengan sekantong plastik makanan yang sudah ia beli sejak tadi.

“Gue cuma mau nonton drakor sambil ngemil aja harus pake drama dulu, Susah banget sih hidup gue,” Xena menggerutu lalu menyalakan laptopnya dan membuka salah satu aplikasi untuk menonton film.

“Berhubung hari ini udah terlalu banyak drama, gue nggak mau nonton yang bikin nangis nangis. Bisa mati rasa gue lama lama kalau emosi terus,” gumamnya lalu mengeklik salah satu drama Korea bergenre komedi yang pernah ia tonton episode 1 nya bersama Hara beberapa waktu lalu.

Waktu terus berputar, mata Xena masih fokus memandangi layar, beberapa kali ia tertawa karena akting pemeran drama yang sukses memanggil jiwa recehnya keluar. Sedangkan di bawah tempat tidurnya, entah ada berapa banyak sampah makanan yang berceceran, juga kaleng soda yang sudah kosong bergelimpangan di lantai.

Jangan lupakan jari jari tangannya yang terlumuri bumbu akibat makanan ringan rasa keju yang ada di samping tubuhnya. Entah ia sudah menonton berapa episode, yang jelas langit di luar sana sudah resmi berwarna hitam.

Hemofilove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang