|Empat|

562 48 7
                                    

"Tiktok"

Satu kata yang membuat Xena menghela nafas kesal. Bagaimana tidak, kini hampir 75% manusia di kelasnya itu keranjingan aplikasi yang sedang viral itu. Termasuk ulat bulu macam Hara, gadis itu sibuk melakukan gerakan gerakan aneh bersama Arsen yang tidak menarik minat Xena sedikitpun.

“Aku suka bodi
Goyang mama muda
Mama muda da da da da da da da”

Xena mendengus kesal, lagu itu terus saja berulang memenuhi gendang telinganya, akhirnya Xena memilih untuk merebahkan kepalanya di meja dan menggunakan hoodie merah maroonnya sebagai bantalan.

Lagu itu semakin mengusik pendengaran suci Xena, ditambah lagi suasana ribut yang tercipta akibat jam kosong pagi ini. Ia sangat mengantuk akibat tadi malam ia bergadang untuk bermain PS di rumah Hara, namun bagaimana ia bisa tidur dengan tenang jika makhluk di kelasnya itu masih berjoget ria.

Lagu mama muda itu bergema di gendang telinganya, membuat Xena jengah sendiri, what the hell. Masih ada lagu lain yang bisa mereka dengarkan, dan yang pasti tidak menyebabkan polusi suara yang jatuhnya memuakkan.

“Woi kumpulan manusia durjana, ganti lagu kenapa sih? Dari tadi goyang mama muda terus, enek gue dengernya,” Pekik Xena yang kemudian menarik semua perhatian siswa dan siswi di kelasnya.

“Apaan sih lo, iri kan lo gara gara nggak diajak” ucap Arsen membuat Xena menatapnya tidak percaya.

“Heh playboy cap tikus, lo bilang apa tadi? Iri?  Heh asal lo tau ya gue nggak minat bikin video kaya begituan,” seloroh Xena

“Yaudah lo diem aja, molor aja sana biasanya juga gitu,” timpal Hara yang sukses membuat Xena mengumpat

“Susah emang, ngomong sama makhluk kurang hiburan kaya kalian” tukas Xena final kemudian memakai headphone kuning yang dia ambil dari lacinya.

Namun dengan sengaja  Arsen justru memutar lagu mama muda itu dengan volume yang sangat keras, membuat lagu Billie Eilish yang di dengarkan Xena tidak mampu meredam suaranya.

“Arsen laknat, gue sumpahin jodoh lo janda anak lima yang hidupnya menderita” pekik Xena sambil melempar sepatu putih yang ia kenakan ke arah Arsen yang masih sibuk bergoyang di depan kamera.

Dan yap, sepatu itu mendarat dengan sempurna di kepala Arsen. Membuat Xena tertawa puas, bibirnya terbuka dan mengucapkan kalimat tanpa suara pada Aren yang kini mengaduh kesakitan.

“Mampus lo”

Xena menaikkan volume lagu yang ia dengarkan. Tak peduli jika telinganya akan meledak karena suara musik yang sangat keras itu. Toh suara yang didengarkan itu lebih bagus dari lagu yang disanjung sanjung oleh Arsen dan Hara tadi.

Lagu berjudul Bellyache milik penyanyi kesayangannya itu mengalun dengan indah, membuat Xena merasakan kantuk yang sangat hebat, lalu gadis dengan rambut terurai itu jatuh tertidur.

Entah sudah berapa lama Xena tertidur dengan lagu gang masih menyumpal telinganya, sedang asyik asyiknya bermimpi sebuah suara layaknya dentuman dahsyat mengacaukan agenda jalan jalannya bersama Aran-dalam mimpi.

“AXENNA AQUILA KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG,”

Xena terbangun dengan wajah bantalnya. Ia mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan separuh nyawanya yang masih ingin jalan jalan bersama Aran.

“SUDAH SAMPAI MANA MIMPINYA HAH?  ENAK SEKALI YA KAMU TIDUR DI JAM PELAJARAN SAYA, CEPAT KELUAR, ”

Suara sumbang itu lagi. Entah sejak kapan benda kuning yang menyumbat telinganya itu terlepas, Kali ini nyawanya benar benar terkumpul. Bu Yunita guru PPKn yang hobi marah marah, Salah satu anggota dari jajaran guru killer yang tidak segan segan menghukum muridnya

"Udah sampai jauh bu, saya habis jalan jalan sama Aran kelas sebelah, pas Aran mau suapin saya eh malah kebangun gara gara Ibuk" ucap Xena membuat Hara memelototinya.

Tidak ingin di sembur lagi, Xena melangkah cepat keluar kelas sambil mengucek matanya. Hal tersebut membuat Bu Yunita menggelengkan kepala.

Setelah itu terdengar celetukan Arsen yang membuat Xena murka

“Rasain tuh, azab bagi orang yang menistakan lagu mama muda”

“Berisik lo biji salak, makan noh mama muda” sinis Xena kemudian berlari ke luar kelas sebelum Bu Yunita kembali berteriak sumbang.

Xena berjalan tanpa arah, kaki jenjangnya menyusuri koridor yang sepi karena seluruh murid Adhiwiyata sedang melangsungkan pembelajaran.

Tanpa sadar langkah kakinya membawa Xena menuju lapangan basket yang kosong.
Mata Xena berbinar ketika mendapati sebuah bola basket berada di bawah ring yang tinginya hampir tiga meter itu.

Xena mencepol rambutnya asal, kemudian mulai memantulkan bola basket itu berulang kali lalu melemparkannya ke dalam ring dengan sempurna. Hal itu dilakukan Xena berulang kali hingga peluh membasahi wajah cantiknya.

Kini Xena mengambil ancang ancang untuk melakukan lay up shoot,  Ia berlari dengan bola basket di tangannya, setelah itu melompat tinggi dan memasukkan benda itu ke dalam ring tanpa cacat.

Tubuhnya mematung ketika mendengar tepuk tangan riuh dari pintu masuk ke area lapangan basket. Demi apapun di dunia ini Xena merasakan malu yang luar biasa.

Ia melakukan lay up shoot menggunakan seragam OSIS yang berarti memakai rok selutut berwarna abu abu. Ia yakin ketika dirinya melompat tadi roknya sedikit tertarik ke atas.

Tak sampai di situ, sekumpulan manusia yang menontonnya itu adalah warga kelas XI IPA 2 yang berarti kelas Aran. Astaga ia merasa harus menenggelamkan diri di rawa rawa yang penuh buaya.

“NICE SHOOT AXENNA” teriak seorang laki laki paruh baya dengan peluit merah yang menggantung di lehernya, Pak Aksa – guru olahraga yang mengampu ekskul basket di Adhiwiyata

“Terima kasih pak,” ucap Xena malu, kemudian memutuskan meninggalkan lapangan itu sambil melepas cepolan rambutnya. Ia menyalami Pak Aksa sebelum benar benar meninggalkan lapangan, kemudian lelaki beranak dua itu bertanya.

“Kenapa tidak ikut pelajaran? Bolos?”

“Eh enggak pak, saya disuruh keluar sama Bu Yunita gara gara ketiduran di kelas” sanggah Xena.

“Kamu ini, saya perhatikan kamu sering keluar kelas ketika pelajaran Bu Yunita, lain kali jangan diulang lagi, Oh iya ekstrakurikuler hari ini saya liburkan, anak bungsu saya sakit, silahkan kamu informasikan ke teman teman yang lain”

“Baik pak permisi” setelah itu Xena berjalan menjauh,  sebenarnya telinga Xena sudah panas karena kalimat kalimat yang terlontar dari siswa siswi kelas IPA 2, mulai dari yang memuji kecantikannya, memuji permainan basketnya dan celotehan kaum betina yang menghujatnya tanpa beban.

Xena mengarahkan langkahnya menuju kantin, kemudian memesan jus mangga dan semangkuk mie ayam untuk memberi makan cacing cacing manja di perutnya. Setelah pesanannya datang, Xena mulai melahapnya dengan tenang.

Xena mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin yang sepi, Xena tersedak kuah mi ayam yang pedas ketika Ia melihat Aran duduk bersama seorang gadis yang kabarnya mengidap tumor otak.

Aran tampak tersenyum menanggapi kata kata gadis itu, membuat hati Xena yang sensitif seperti pantat bayi tercubit, batinnya terus menerus mencibir atas kedekatan mereka berdua.

Berusaha tidak mempedulikan mereka, Xena menatap makanannya dengan malas, kemudian menyuapkan mie ke dalam mulutnya dengan kasar. Nafsu makannya menguar ke udara.

Pantas saja Xena tidak menemukan Aran di lapangan tadi, rupanya cowok tampan itu sedang berduaan dengan gadis penyakitan yang kerap disapa Rea.

“Ck, kalau sama cewek lain aja baik, giliran sama gue udah kaya orang kerasukan seblak, udah sinis, pedes, nyebelin lagi, Padahal dilihat dari mana aja masih cantikkan gue kali. Apa gue harus penyakitan dulu biar Aran suka sama gue?” gumam Xena sambil memainkan sumpit yang ada di tangannya.

Xena kembali menatap dua manusia yang sukses meremas hatinya, membuat ia merasa seperti remahan rengginang yang berkamuflase dalam kaleng biskuit ketika lebaran.

Tanpa disengaja pandangannya bertubrukan dengan sorot mata Aran yang datar, membuat Xena memalingkan wajahnya dengan segera.

Lalu pergi dari kantin meninggalkan makanannya yang masih setengah, dan jus mangga miliknya yang baru berkurang dua teguk.

Xena menaiki tangga menuju lantai tiga, kemudian membuka pintu besi yang mengarah ke arah rooftop sekolah. Ia masih saja terbayang bayangi oleh Aran dan Rea yang sedang bercanda ria di kantin.

Xena mendaratkan pantatnya di tepi rooftop, kemudian membiarkan kedua kakinya menjuntai ke bawah. Semilir angin menerbangkan rambutnya, memberikan ketenangan luar biasa yang menyusup hingga ke dalam hatinya yang semula terasa panas.

“Bahagia lo bahagia gue, tapi sayang gue bukan sumber kebahagiaan lo, Aran” gumam Xena sambil menengadahkan kepalanya ke arah langit biru yang bersih dari awan.

“AAAAAAAAAAA GUE BENCI HIDUP” teriak Xena lantang kemudian memejamkan matanya.

“Woi neng, nggak usah teriak kali, benci hidup ya tinggal lompat aja, nggak usah dibuat susah,”

Ucap seseorang di pintu Rooftop membuat Xena membulatkan matanya. Cowok itu...

=========

Hollaa....✋
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tiggalkan vote dan comment yaa :)
|maafkan typo.

Lup ya :*

Hemofilove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang