Xena menepati perkataannya untuk bertemu dengan Aran di perpustakaan. Walaupun faktanya gadis gila itu yang memaksa untuk menemui makhluk atletis yang mampu mencuri perhatiannya beberapa bulan ini.
Ia mengunyah permen karet dengan khidmat sesekali menipunya seperti balon. Kaki jenjangnya menapaki lorong menuju perpustakaan yang cukup sepi.
Gadis bergingsul itu berhenti sejenak, kemudian menarik permen karet di mulutnya keluar, setelah itu melemparnya ke dalam tempat sampah yang berada cukup jauh dari tempatnya berdiri.
Gumpalan lengket itu mendarat sempurna di tempat sampah. Jangan ragukan kemampuan melempar ala Xena.
Gadis yang menjabat sebagai ketua ekskul basket putri itu sudah berulang kali menyabet piala dan medali emas dalam kejauraan basket di berbagai tingkat .
Langkah gadis itu semakin cepat ketika menatap pintu perpustakaan yang terbuka lebar. Senyum masih tergantung di bibir tipisnya. Langkah kakinya terhenti kembali setelah berada tepat di depan seorang siswa yang asyik dengan ponsel yang dimiringkan dan headphone hitam menempel di telinganya.
“Hai Aran, selamat sayang eh siang” sapa Xena pada Aran, namun tak laki laki itu hiraukan. Xena mencebikkan bibirnya, kemudian menarik satu kursi dan duduk tepat di depan Aran.
Aran yang merasa risih dengan kehadiran Xena terpaksa keluar dari game online yang tengah ia mainkan,
‘Fucek, ini cewek bikin gue AFK'
“Apa lagi sih?” Kalimat datar yang diucapkan Aran membuat Xena tersenyum karena merasa direspons.
“Ga ada apa apa, gue cuma kangen sama mulut pedes lo, jadi pengen tabok pakai bibir, ” ujar Xena sembari cekikikan membuat Aran semakin jengah.
“Gue peringati sekali lagi buat lo, jangan dekati gue lagi, gue risih sama cewek nggak tau malu kaya lo,” ucapan tajam nan menusuk itu membuat Xena murung untuk sepersekian detik.
Namun setelahnya, “Gue tau orang tua lo orang Bandung, tapi jangan keseringan makan seblak napa, jadi ikutan pedes kan omongan lo, hati gue tuh rasanya perih perih nyelekit gitu," Xena berbicara dengan nada yang ‘sok', membuat Aran menatapnya tajam.
“Kalau nggak mau sakit hati, jauhi gue karena gue nggak punya minat buat suka sama lo, “ ucap Aran final, kemudian pergi dari ruangan ber-AC yang membuatnya gerah itu
“Sekarang atau nanti, gue pastiin kalau lo bakal jadi pacar gue Aran,” desis Xena ketika ekor matanya menangkap sosok Aran yang sudah keluar dari perpustakaan. Untuk kali ini Xena memilih untuk tidak menyusul Aran, dan memutuskan untuk kembali ke kelasnya.
Tepat di depan pintu kelas, Xena yang melihat Hara sedang berkutat dengan buku catatan sejarah dengan wajah yang frustrasi. Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang sangat di jauhi oleh Hara karena gadis itu tidak suka membaca.
Dengan kekaleman yang luar biasa, Xena berjalan anggun ke arah Hara tanpa mengeluarkan suara, ketika jarak mereka berdua cukup tipis Xena melakukan kebaikan yang tak Hara duga.
“DUARR NMAX” teriak Xena lantang membuat Hara yang sedang menulis terlonjak dan tanpa sadar tinta pulpennya mencoret bukunya yang berisi jawaban. Tak hanya Hara namun juga siswa lain di dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...