|Delapan Belas|

501 41 6
                                    

Happy Reading
Zeyeng-,

“Eh. Itu... Anu.. Emmm, Itu apa namanya--,” ucap Xena terbata, membuat Aran semakin menatapnya dalam.

“Lo kena sawan? Ngomong aja belepotan,” potong Aran cepat. Xena mengambil nafas panjang kemudian menghembuskan dengan pelan.

“Gue, mau minta maaf. Gara gara gue lo jadi kaya gini. Sumpah gue nggak sengaja, Maaf, maafin gue,” ucap Xena sembari menunduk dalam

“Minta maaf aja susah. Gue nggak papa,  nggak usah lebay,” ucap Aran datar.

“Ya kan gue merasa bersalah, lo nggak papa kan? Eh maksud gue nggak ada luka yang serius kan?” balas Xena membuat Aran terdiam cukup lama.

“sebelum ini emang udah kenapa kenapa,”

“Ran, kok bengong sih,” ucap Xena cukup keras sambil menggerakkan tangannya di depan wajah laki laki itu.

“Hah, apasih. Gue nggak papa,” sinis Aran

“Istirahat yang cukup, jangan sakit ya,” ucap Xena dengan senyuman lebar, “Nanti nggak ada yang nyakitin gue,” lanjutnya dalam hati. Aran mengangguk

“Ada lagi yang mau lo omongin, kalau nggak ada mending lo pulang. Udah sore,” ucap Aran dengan suara yang terdengar parau.

“Hah, eh itu. Gue mau tanya sesuatu, boleh kan?” tanya Xena pelan. Aran mengangguk lagi.

“Waktu itu, gue lihat lo boncengan sama Rea pulang sekolah, gue nggak salah lihat?” ucap Xena penuh harap. Bodoh memang, sudah tahu jawabannya, tapi masih saja bertanya. Padahal jika sesuatu yang ia coba pastikan itu benar. Dia akan semakin terluka.

Aran berdehem. “Iya, ada masalah sama lo? Ada lagi? Gue mau istirahat, capek,” tanya Aran masih dengan nada datar.

Xena tersenyum, kemudian menggeleng. “Nggak, gue cuma memastikan doang. Ok kalau gitu, gue pulang dulu ya, cepat sembuh,” ucap Xena kemudian beranjak dari kursi. Ia berbalik menatap Aran yang juga menatapnya.

“Lo beneran nggak papa kan, soalnya tadi darah lo banyak banget yang keluar,” tanya Xena lagi.

“Udah gue bilang gue nggak pa—“ ucapan Aran terhenti ketika setetes darah jatuh di tangannya. Xena terkejut, kemudian dengan cepat mengambil tissu di atas nakas dan mengusap darah yang mengucur dari hidung Aran.

“Lo mimisan lagi, gue panggil dokter ya,” ucap Xena panik. Pasalnya semakin lama darah itu semakin menetes dengan deras.

“Nggak, gue nggak papa,” sergah Aran, Xena menggeleng

“Tapi darah lo makin banyak, lo mau kekurangan darah hah?” Xen makin panik, ia berbalik untuk keluar dari ruang itu dan memanggil bantuan. Namun Aran menahan tangannya.

“Jangan, lo disini aja,” lirih Aran, mata laki laki itu memerah, darah juga keluar dari mulutnya. Xena mengacak rambutnya sendiri dengan sebelah tangan, panik.

“Gue harus apa, darah lo makin banyak,” Xena berujar lirih, suaranya bergetar, menahan tangis ketika melihat darah sebanyak itu di matanya. Entah sudah berapa banyak lembar tissu yang berubah warnanya menjadi merah. Xena berjalan cepat menuju pintu,

“Jangan kemana mana,” ucap Aran yang membuat Xen berhenti sejenak.

“Nggak. Gue nggak mau lo kenapa kenapa,” putus Xena kemudian meninggalkan ruangan itu. Berteriak panik di depan pintu, membuat Alma, Rea, dan Dito terkejut.

“Xen, lo kenapa?” tanya Dito cemas.

“Aran mimisan lagi To, darahnya banyak banget, gue takut,” balas Xena menahan tangisan. Alma yang mendengarnya segera masuk ke kamar rawat Aran, sedangkan Rea berteriak memanggil dokter tak kalah panik.

Hemofilove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang