Happy Reading
Xena memutar bola mata jengah ketika sebuah tangan merangkul bahunya. Meski sudah berulang kali ia mencoba menyingkirkan tangan itu, sang pemilik masih saja mengulanginya.
“Bisa nggak sih lo turunin tangan lo itu dari bahu gue?” ucap Xena lemah, tanpa menatap sang pemilik tangan putih yang berhiaskan jam tangan berwarna biru tua itu.
“Kenapa? Takut digosipin banyak orang gara gara jalan bareng cowok keren? Atau takut nyaman sama gue? “ ucap laki laki itu dengan nada menggoda.
“Babi emang, gue risih anjir,” ketus Xena sambil berusaha melepaskan tangan itu. Bagaimanapun mereka sedang berjalan di koridor sekolah yang masih ramai, tentu saja hal itu akan menjadi tontonan gratis bagi siswa siswi lain.
“Iya sayang, aku juga nyaman sama kamu,” ucap makhluk di sebelah Xena, membuatnya bergidik.
“Gue belum pernah nemu orang yang se-babi lo, To,” ucap Xena membuat Dito terkekeh. Ya, laki laki itu adalah Dito. Dan mereka tengah berjalan menuju lapangan basket untuk melakukan latihan sore ini.
“Gue udah keren gini masih aja dikatain babi,” keluh Dito, Xena mendengus. Turut prihatin dengan sifat narsis Dito yang sudah mendarah daging.
“Siapa yang bilang kalau lo itu keren? Nggak ada. Paling Cuma lo sendiri, dasar cowok narsis,”
“Gue emang keren, lo mau bukti? Ok.” Tukas Dito lalu melepaskan tangan nya dari bahu Xena. Xena menghembuskan nafas lega, akhirnya lengan putih berotot Dito sudah terlepas dari bahunya. Xena adalah cewek normal, disuguhi pemandangan seperti itu, siapa yang tidak ngiler. Belum lagi harus Xena akui kadar ketampanan Dito itu di atas rata rata.
Xena menatap Dito yang mulai berulah. Ia menegangkan ototnya, kemudian menyugar rambut hitamnya ke belakang, sambil membasahi bibirnya sendiri dengan lidah. Setelah itu mengedipkan sebelah matanya ke arah siswi yang sedari tadi memperhatikannya bersama Xena.
Siswi siswi itu memekik heboh, bahkan ada yang memukul lengan temannya sendiri. Dan yang lebih parah, Xena melihat seorang gadis yang ia ketahui merupakan mantan ketua ekskul jurnalistik terhuyung ke belakang dan terduduk dilantai.
Xena menyengrit, mereka semua mendadak epilepsi atau bagaimana? Sedangkan Dito masih asyik tebar pesona.
‘Plak'
“Heh kadal, buruan jalan, malah tebar pesona. Yang lain udah nunggu di lapangan,” Xena menabok punggung Dito keras, membuat laki laki mengaduh dan berusaha mengusap usap punggungnya
“Anjir, sakit dodol,” keluh Dito lalu berjalan menyusul Xena yang sudah beberapa langkah di depannya.
“Gimana? Gue keren kan? Buktinya cewek cewek pada heboh gue kedipin,” ujar Dito sombong.
“Keren apanya? Lo malah mirip jamet yang mangkal di pintu pasar”
“Anjir, mau lo lihat pake mikroskop juga gue nggak ada jamet jametnya sama sekali. Gebetan lo noh yang jamet,” ucap Dito ngegas, enak saja. Manusia sekeren Dito dikatai jamet oleh landak gurun seperti Xena.
“Enak aja,” ucap Xena tak kalah ngegas, Ia mengerucutkan bibirnya, tingkah anehnya itu selalu berhasil membuat Dito terkekeh geli. Dito mengangkat satu tangannya lalu merangkul Xena kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...