Xena sudah bersiap ke sekolah dengan seragam putih abu abunya, sedangkan Hara masih asyik mengeringkan rambutnya dengan hairdryer berwarna hitam di tangan kanannya.“Ra, bagi ikat rambut dong,” ucap Xena sembari menyisir rambut panjangnya, “Ambil aja biasanya juga langsung lo ambil,” Xena mendengus “Sialan,”
Xena melangkah menuju meja rias Hara kemudian mengambul sebuah ikat rambut berwarna hitam dari sana, Xena mengumpulkan rambutnya menjadi satu kemudian mengikatnya asal, membuat beberapa helai rambut menjuntai begitu saja, lolos dari ikatan.
“Buruan napa, Ra. Udah setengah tujuh nih, gue nggak mau telat, bisa gosong nanti kalau di jemur di tengah lapangan gara gara telat,” omel Xena kemudian memakai dasinya, ia menatap Hara dengan malas, gadis berambut sebahu itu belum juga memakai seragamnya.
“Nggak papa lah, di jemur di tengah lapangan auto famous,” tukas Hara santai membuat Xena memutar bola matanya “Ya gini nih. Kelakuan orang pansos,”
“Buruan ih, di rumah lo yang segede gaban ini nggak ada barang yang bisa dimakan, gue males kalau masak dulu, cepetan kenapa, gue mau sarapan di kantin,”
“Bentar ih, sabar kenapa, lebay banget lo kaya perawan,” Sinis Hara yang sedang merapikan kemejanya. “Gue emang masih perawan nyet, lama lama gue tinggal lo ya,”
“Ish, bentaran ah, topi gue dimana ini anjir kok nggak kelihatan,” ucap Hara panik membuat Xena semakin jengah. “Kan udah di bilang atribut tuh di taruh laci aja biar nggak ribet,”
“Oh iya anjir, minggu lalu topinya gue buat nimpuk kepala Arsen. Asem gue gimana ini Maemunah,”
“Sak karepmu lah,” Xena memekik dengan bahasa Jawa, jika sudah begitu Hara bisa memastikan bahwa Xena benar benar marah. Hara meringis ketika Xena membuka kemudian menutup pintu kamarnya dengan kasar.
“Dah lah bodoamat. Gue bolos upacara aja biar war sama tante Yuni yang nasionalismenya setinggi Monas” gumam Hara kemudian menyambar tas birunya dan melesat menuju lantai dasar.
Tinn
Tinn
TinnXena membunyikan klakson mobil dengan brutal, membuat Hara yang sedang memakai sepatu di teras mengumpatnya tidak karuan. “Sabar kenapa sih, heboh banget jadi orang,”
“Buruan Hara, lima belas menit lagi bel anjir, gue nggak mau telat, catatan pelanggaran gue di BK udah banyak,” teriak Xena di dalam mobil, kepalanya menyembul keluar dari jendela sambil terus meneriaki Hara yang belum juga selesai memakai sepatu.
Xena menggeram kesal ketika lima menit kemudian Hara baru duduk di sampingnya dengan wajah tak berdosa. Xena melajukan mobilnya dengan brutal, membuat Hara yang semula kalem menjadi heboh seperti sekarang.
“Lo pengen banget ya mati bareng gue,”
“Jangan kenceng kenceng bego, gue belum siap masuk tanah,”
“Dosa gue masih banyak, gue belum siap mati,”Xena mencibir mendengar teriakan dan rengekkan Hara. Batinnya bersorak girang, salahkan saja Hara yang membuatnya menunggu lama pagi ini.
Jalanan pagi ini cukup ramai, membuat Xena berteriak frustrasi di dalam mobilnya. Ia menekan klakson seenaknya, membuat beberapa pengendara mencibirnya.
“Jangan malu maluin, Xen.”
“Diem lo, kalau lo nggak kelamaan dandan kita udah sampai sekolah dari tadi, lo mau dandan juga kagak ada yang naksir sama lo,” sinis Xena kelewat sebal. “Sialan,”
Tepat dua menit sebelum gerbang ditutup, Xena berhasil memasukkan mobilnya ke halaman sekolah. Hara bernafas lega, setidaknya hari ini namanya belum terpasang di selebaran berita duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...