Happy Reading :)
Maaf kalau ada typo, nggak ku cek ulang soalnya. Tanda baca juga keknya acak"an banget.
Oh iya dibawah ada A.N pleasee dibaca ya sebentar aja. Aku dah lelah soalnya :)Xena mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang terasa menusuk indranya. Lagi lagi ia terbangun di tempat ini, UKS. Tempat yang jarang ia kunjungi, kecuali untuk membolos.
“Udah bangun?” tanya seseorang di samping Xena. Gadis itu mendengus mendengarnya. Laki laki di sebelahnya itu buta atau bagaimana?
“Belum, gue lagi koma,” balas Xena seenaknya.
“Gue aminin mampus lo,”
“Doa lo nggak mujarab di gue bambang,” tukas Xena tidak peduli.
Suasana lenggang, kedua insan itu terdiam. Xena merasa ada sesuatu yang aneh, seperti ada yang salah dengan dirinya. Ia menatap langit langit UKS, kemudian beranjak dengan cepat dari ranjang ketika ia mengingat kejadian beberapa menit lalu.
“Aran,” lirih Xena yang sudah berdiri di sebelah ranjang dengan wajah pias.
“Dito, Aran.. Aran dimana?” panik, setidaknya itulah suasana yang menggambarkan Xena sekarang. Dito diam, tidak menjawab hingga Xena menarik baju Dito dengan keras.
“Rumah sakit,” balas Dito singkat, membuat Xena berlari kencang menuju parkiran mobil.
Namun belum juga menapaki parkiran, perutnya kembali terasa nyeri. Ia mengaduh tapi tetap melanjutkan langkahnya meski terseok. Dari arah belakang Dito mengejarnya. Kemudian menarik tangan Xena agar berhenti.
“Goblok, udah tau sakit, masih aja mikirin orang lain,” sembur Dito yang berhasil membuat Xena terkejut.
“Gue harus tanggung jawab, gue yang bikin dia masuk rumah sakit,” sangkal Xena sembari menepis kasar tangan Dito.
“Goblok kok dipelihara, Sekarang lo panik mikirin dia kan? Sadar, Xen. Dia pernah nggak mikirin lo?” Dito masih berusaha menahan Xena.
“Terserah, gue mau ke rumah sakit sekarang, jangan tahan gue,” Xena berucap dengan emosi, ia berjalan cepat menuju mobilnya, tidak mempedulikan rasa sakit yang bersarang di area perutnya.
Namun ketika ia membuka pintu mobilnya, tubuhnya terhuyung akan tetapi dengan sigap Dito bisa menangkapnya.
“Ck. Bandel banget sih, harusnya lo itu istirahat, besok juga ketemu lagi sama Aran, alay lo,” Dito mulai mengeluarkan jiwa kejulitannya.
“Bacot lo, kalem dong. Nggak usah ngegas,” sinis Xena lalu bersiap masuk ke dalam mobilnya, namun lagi lagi ditahan oleh Dito.
“Gue anterin. Lo kan lagi sakit, nanti kalau lo kenapa kenapa di jalan, siapa yang mau tanggung jawab?” ucap Dito lalu menarik Xena agar menjauh dari pintu mobilnya sendiri dan memasuki benda berwarna kuning itu.
“Gue bukan cewek lemah yang butuh tebengan,” Xena mencak mencak di luar sana, sedangkan Dito menyalakan mesin mobil dengan santai.
Mobil kuning itu melaju dengan kecepatan normal. “Motor lo gimana? Udah nggak ada harga dirinya? Jadi bisa lo tinggal gitu aja?” tanya Xena tanpa melihat ke arah Dito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...