Happy reading guyss :)
Xena menggeliat dengan malas. Ia masih berada dalam masa skorsing akibat kejadian tempo hari. Gadis berambut acak acakan dengan piyama bergambar Doraemon berwarna biru itu asyik menatap langit langit kamar yang polos,
Xena bangkit dari pose rebahan. Kemudian berjalan keluar kamar dengan wajah kusutnya. Ia menuruni tangga dengan santai, di anak tangga paling bawah ia bisa melihat dengan jelas sepasang suami istri dan anak kecil berkuncir dua sedang duduk santai di sofa.
Ia berdecih, lalu menggumam, “Udah tinggalnya numpang, nggak ada terima kasihnya sama sekali. Makan minta, tidur di kasur empuk, pakaian dicuciin. Minimal bantuin kerjaan rumah kek. Lah ini enggak. Udah tau pengangguran masih aja ngerasa kaya sultan,”
Xena memutuskan untuk tidak menghiraukan tiga manusia itu, Ia berjalan menuju ruang makan. Rebahan selama setengah hari ternyata ampuh membuatnya lapar. Xena membuka tudung saji, namun tidak ada sesuatu yang dapat dimakannya.
Ia menghela napas berat, perutnya sudah keroncongan. Jadi Ia memutuskan untuk pergi ke dapur, membuat makanan untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Sesampainya di dapur ia melihat Binda sedang mengupas bawang.
“Bi, Binda belum masak? Sarapan udah habis, ya?” tanya Xena yang rupanya sedikit mengejutkan wanita paruh baya itu.
“Belum non, kan ini baru jam setengah dua belas. Tadi saya sudah sisihkan sarapan buat non, tapi diminta lagi sama Bu Rani, katanya non Kiara masih lapar,” jawab Binda dengan nada bersalah.
“Yaudah nggak papa, emangnya tadi pagi Binda masak apa?” tanya Xena lagi sambil berjalan menuju rak gantung yang berada di dapur, mengambil dua bungkus mie instan.
“Omurice,” Xena mengangguk. Dalam hatinya ia menyumpah serapahi gadis kecil yang dengan lancang mengambil jatah sarapannya. Padahal jika omurice itu masih berwujud, saat ini ia bisa memanaskannya di microwave, tidak perlu susah susah membuat mie atau menahan lapar hingga beberapa jam mendatang.
“Non mau buat mie, biar Bibi aja yang buatkan,” tawar Binda yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Xena.
“Xena bikin sendiri aja, Oh iya bibi nggak usah masak buat makan siang, mending sekarang bibi belanja atau kemana aja gitu, kerjaan rumah udah beres semua kan. Urusan makan siang biar Xena aja,” ucap Xena yang sebenarnya mengarah pada sebuah bujukan.
Hal itu Xena lakukan tentu dengan alasan yang jelas. Siang ini Xena ingin sedikit bermain main dengan gembel gembel yang menumpang di rumahnya. Binda mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan maksud Xena.
“Semalam Xena buka kulkas, kayaknya bahan makanan udah menipis, Binda belum beli kan?” tanya Xena, Binda mengangguk mengiyakan. Xena melakukan negosiasi dan bujukan bujukan halus agar Binda mau meninggalkan rumah setelah ini. Akhirnya Binda setuju untuk belanja beberapa bahan makanan di pasar.
Xena tersenyum senang, ia meraih panci di rak kemudian mengisinya dengan air lalu mendidihkannya. Dua bungkus mie instan ia masukkan ke dalam panci, setelah itu ia mengambil lima cabai rawit merah, mencucinya lalu merebusnya bersama mie yang sudah sedikit melunak.
Sambil menunggu mie nya matang, Xena mengambil ponsel yang ia tinggalkan di kamar. Ketika hendak kembali ke dapur jiwa julid Xena muncul ke permukaan. Berpura pura memainkan ponselnya ia berkata cukup keras, membuat tiga orang yang menjadi objek kejulidan menoleh kearahnya.
“Enak banget hidupnya , makan, mandi, tidur, bahkan berak aja dilayani. Tapi nggak sadar diri, numpang kok bangga. Udah tahu pengangguran tapi gayanya udah kaya sultan yang kaya tujuh turunan,” Xena berkata sambil menscroll layar ponselnya, seolah olah ia sedang mengomentari gosip panas selebriti tanah air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemofilove
Teen FictionHemofilove |Ketika kita yang jauh dari kata sempurna merasakan jatuh cinta| Tentang seorang gadis bernetra abu abu yang mencintai seseorang laki laki yang tak bisa ia gapai. Berbagai cara telah ia lakukan agar laki laki bertubuh tinggi itu membalas...