|Lima Belas|

495 37 6
                                    

Happy reading all
Don't forget to click vote and type your comments !!

Xena meletakkan dagunya di atas meja, Guru matematika di depan sana tidak menarik perhatian Xena, walaupun sesekali wanita paruh baya berkacamata itu melemparkan candaan yang mampu membuat sebagian siswa terbahak.

Masa skorsnya berakhir kemarin, dan hari ini mau tidak mau ia harus menginjakkan kakinya ke sekolah. Bertemu dengan orang orang yang sebenarnya tidak ingin ia temui, tentu saja haters dan wanita bernama Yunita Wulandari. Guru PPKn yang memiliki beribu cara untuk menghukumnya.

Xena melirik Hara sekilas, gadis bersurai hitam sebahu itu sedang bergelut dengan deretan angka dan rumus rumit yang memenuhi lembaran bukunya. Xena menghembuskan nafas pelan, lalu memainkan ponselnya.

Tiga puluh menit lagi bel istirahat kedua baru akan berbunyi. Sedangkan kegabutan Xena sudah tidak bisa di toleransi lagi. Niatnya untuk merusuh di kelas ia urungkan mengingat wanita yang kini mengajar di kelasnya bukanlah sasaran empuk untuk dijahili. Guru itu terlalu sabar, tutur katanya lemah lembut dan tentu saja membuat Xena segan.

Suara seorang pria yang terdengar dari speaker sekolah membuat suasana kelas hening. Bu Rahma berhenti menerangkan dan semua siswa menghentikan aktivitasnya, termasuk Xena yang asyik menscroll timeline instagram.

“Tes tes... Ya. Maaf mengganggu kegiatan belajar mengajar. Panggilan kepada anak kami Dito Alexander kelas 11 IPS 2 dan Axenna Aquilla 11 IPA 1 untuk menemui saya di ruang BK sekarang juga. Terimakasih,”

Xena menelan ludahnya kasar ketika semua mata menyorot ke arahnya. Seingatnya ia tidak mendaftar sebagai kontestan Miss Indonesia, Yang memiliki tagline semua mata tertuju padamu. Mereka menatapnya seolah olah ia dan Dito adalah pasangan yang terciduk melakukan hal yang melanggar norma. Tatapan menghakimi, menyebalkan!

“Apaan lihat lihat, lo pikir gue korban pemerkosaan?” Xena berucap sinis.

“Lo kenapa di panggil ke BK sama Dito, lo nggak ngelakuin yang aneh aneh kan?” tanya Hara dengan nada serius.

“Matamu, lo pikir gue cewek apaan,” Xena berucap dengan nada tinggi. Lalu memukul punggung Hara dengan keras, menciptakan suara keras yang juga membuat Hara memekik kesakitan.

Xena bangkit, kemudian berjalan ke arah Bu Rahma untuk meminta izin. Setelah disetujui ia keluar kelas, namun belum juga kakinya menginjak ubin di koridor depan.

“Woi, Xen lo dipanggil ke BK bukan karena jadi mama muda kan,” Xena mendelik, lalu melepas sepatu Converse yang ia pakai dan melemparkannya ke arah sosok yang baru saja melemparkan pertanyakan tidak berakhlak padanya.

“Mama muda matamu. Gini nih kalau mulutnya nggak pernah diedukasi,” Laki laki itu mengaduh akibat sepatu itu mendarat sempurna di pelipisnya.

“Ya siapa tau, kali aja lo kena azab gara gara ngatain lagu mama muda,”

Xena melepas sebelah sepatunya, kemudian melempar benda itu ke arah sosok yang sama. Arsen, spesies cowok bermulut besar yang hidup di kelasnya. Lemparan kali ini tidak berhasil mengenai sasaran. Baru saja Xena ingin berteriak pada Arsen untuk mengambilkan sepatunya, seorang siswa bertubuh tinggi mengetuk pintu kelas dan membukanya.

Dito Alexander. Sontak populasi ciwi ciwi alay di kelasnya menjerit heboh, Xena memutar bola mata malas. Kenapa juga Dito harus menyusulnya ke kelas, membuat kerusuhan saja.

“Permisi Bu, saya mau jemput calon ibu dari anak anak saya,” ucap Dito ramah dari ambang pintu sambil tersenyum lebar. Sumpah demi nenek Tapasya, rasanya Xena ingin mendorong Dito ke kawah gunung Krakatau sekarang juga.

Hemofilove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang