Maaf jika ada typo🍎
()
Melihat kehangatan yang tercipta ditengah-tengah pesta ulang tahun anak dari Kim Seokjin, membuat Suho benar-benar menginginkan hal serupa. Menginginkan ada buah hati dari pernikahannya, dan membesarkan anaknya dengan penuh cinta.
Tetapi sepertinya, ia harus membuang jauh-jauh pikirannya. Akan jadi mustahil untuknya dan Irene. Terlebih lagi Suho terlalu takut untuk memulai pembicaraan yang serius pada wanita itu.
Bukannya mendapat respon baik, bisa-bisa Suho hanya dicueki. Dan mungkin ia bisa mengganggu pikiran istrinya itu.
"Oe!" Kai yang membuat Suho tersadar. "Ngelamun ae dari tadi bang?"
"Sorry Sorry," Suho hanya terkekeh.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, membuat Suho sedikit terkejut. "Lo pasti bisa," ujarnya sambil tersenyum penuh arti.
"Makasih bang," Suho tersenyum.
"Sama-sama. Lagian, gue yakin lo bisa naklukin istri lo," ujar Xiumin lagi.
"Makasih loh,"
"Iya-iya,"
()
Irene pulang ke rumah dengan pikiran yang campur aduk. Memikirkan omongan Seulgi tadi pagi, dan berbagai pekerjaan yang menumpuk juga semakin membuatnya pusing.
Wanita karir itu meletakkan kantong plastik berisi makanan di meja makan, kemudian menatanya. Ia tak sempat masak, karena pekerjaannya begitu menuntut.
Ia kembali melangkahkan kakinya menuju kamar, dan tak ada Suho disana. Irene sudah tahu jika suaminya itu belum pulang. Karena pintu rumah yang masih terkunci. Ia pun mengambil handuk, dan menuju kamar mandi. Berendam agar pikirannya juga bisa sedikit fresh.
"Lo harus pikirin suami lo juga, masa iya rumah tangga tapi diem-dieman mulu? Terus, apa gunanya dong punya mulut?"
Pedas memang. Entah berapa bumbu cabai yang diselipkan Seulgi dalam kalimatnya itu. Tetapi cukup untuk membuat hati lawan bicaranya terasa panas.
"Haduh Irene... ngenes banget rumah tangga lo. Nggak kasihan apa sama suami lo? Harusnya lo bikin dia nyaman, bukan diem tanpa alasan,"
Itu juga si Wendy. Bisa-bisanya dia menistakan Irene didalam kalimat yang terdapat nasehat itu.
"Kak, gue tau gimana perasaan lo. Tapu harusnya lo bisa sedikit hangat dan buka hati pelan-pelan. Gue juga dulu kan dijodohin, tapi sekarang gue bisa terima semuanya."
Meskupun Joy berbicara dengan halus dan sopan, entah mengapa Irene tak siap jika harus melakukan yang seperti yang diucapkan perempuan itu sekarang. Rasanya, terlalu cepat.
Mendengar pintu kamar yang terbuka, membuat Irene bisa menebak siapa yang masuk. Tentu saja suaminya, Suho.
Laki-laki itu sedang menatap pintu kamar mandi yang tertutup dan mendengar suara percikan air dari dalam sana. Bisa ia simpulkan, jika istrinya itu sedang mandi.
"Coba lo beraniin ngomong sama dia. Nggak ada salahnya lo bahas tentang masa depan kalian,"
Ucapan Sojung, yang merupakan istri Seokjin itu terus terngiang dikepalanya. Ada benarnya, tetapi Suho tidak bisa jika harus sekarang. Ia takut untuk mengganggu pikiran sang istri.
"Kapan ini semua berakhir?" Gumam laki-laki yang kini tengah menyandang status sebagai kepala rumah tangga.
Maniknya menatap kearah langit yang terhalang kaca jendela. Melamun dengan tatapan kosong, hingga tak menyadari jika sang istri telah keluar dari kamar mandi.
Irene menatap suaminya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tahu apa yang kini dipikirkan laki-laki bermarga Kim yang tengah melamun menatap ke arah luar.
Kepalanya menunduk, entah merasa bersalah, atau sedang malas menatap suaminya.
T. B. C.
Minta votenya boleh?:)🍎
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-end
Fanfiction() ✔ Memiliki istri yang dingin dan cuek bukanlah kemauan Suho. Tetapi jika kenyataannya seperti itu, maka apa yang harus ia lakukan? Tentu saja ia hanya bisa pasrah menerimanya.