Maaf jika banyak typo🍎
()
Irene terbangun, dan membuat Suho beranjak. Tanpa bicara, Suho mengambil bubur istant itu dan membuatnya di dapur. Hanya dengan menuangkannya pada mangkuk, dan memberi air panas, buburnya sudah jadi.
Suho meletakkan mangkuk berisi bubur itu pada nampan, lalu mengambil gelas dan diisi dengan air. Kemudian, membawa keduanya ke kamar.
Sampai dikamar, ia melihat Irene yang bersandar. Ia meletakkan buburnya pada nakas, lalu duduk disisi ranjang.
"Minum obat ini dulu, terus makan. Abis itu minum obat yang lain," ujarnya memberi obat yang harus dikonsumsi sebelum makan pada istrinya.
Irene hanya menurut. Ia mengambil obat tersebut dan meminumnya. Setelah itu, ia makan bubur dan meminum sisa obatnya lagi.
Suho dengan telaten membereskan semuanya. Membuat Irene menatapnya, lalu berbicara yang membuat Suho langsung terdiam.
"Apa aku harus sakit dulu biar kamu nggak marah lagi?"
"Maaf... aku belum siap soal yang itu," ujar Irene lagi dan membuat Suho menatap istrinya. Ternyata Irene sedang menunduk. Suho rasa, istrinya itu sedang merasa bersalah. Baiklah, ia mengaku kalah kali ini. Benar sih, mungkin ajakan Suho itu terlalu buru-buru, hingga membuat istrinya kaget. Mereka masih butuh pendekatan lagi untuk hal ini.
"Maaf," cicit Irene.
Kali ini tangan Suho meraih tangan Irene. Menggenggamnya kuat dan menatap istrinya yang kini kedua mata cantik itu memandang tangannya. Sepertinya Irene kaget dengan perlakuannya.
"Aku paham. Maaf buru-buru soal itu," ujarnya.
Kini Irene menatapnya. Mengerjapkan mata berkali-kali, hingga membuat Suho cukup terpesona dengan tingkah Irene yang lucu dimatanya.
()
"Aku penasaran, kenapa kamu sampai nggak makan? Kapan terakhir kamu makan?" Tanya Suho pada istrinya. Mereka berada di kasur sambil bertatapan.
Irene hanya terdiam sambil menggigit bibir bawahnya. Apa harus ia jawab? Ia sendiri saja lupa kapan terakhir ia makan.
"Ini aku nanya loh, masa nggak mau kamu jawab?" Tuntut Suho.
Irene menatapnya dengan takut-takut. Tetapi kemudian ia mulai membuka mulut.
"Aku nggak inget kapan terakhir makan," jawabnya dengan hati-hati.
"Apa?!" Suho menatapnya tak percaya. Lupa terakhir kali ia makan? "Kamu yang bener aja dong Rene... apa nggak cukup uang kamu sama uang yang aku kasih tiap bulannya cuma buat beli makanan?"
Terdiam lagi. Entahlah, Irene tak tahu harus menjawab apa. Jujur, ia kan tidak nafsu makan karena banyak pikiran. Dan itu didominasi oleh pikiran tentang Suho dan acara diam-diamannya.
"Lagian kita itu nggak akan miskin cuma buat beli makan. Beli aja yang banyak, sekalian dibagi-bagiin," Suho.
Kemudian, laki-laki Kim itu menatap istrinya. "Jangan malah kamu nggak makan, dan mengabaikan kesehatan kamu juga. Bukan cuma kamu yang susah, aku juga susah liat kamu lesu kayak gini,"
"Tapi... aku nggak makan kan gara-gara kamu" cicit Irene sangat pelan.
Suho mendengarnya. Ia memegang keningnya yang serasa pening. Setelah itu ia menarik tubuh Irene, menbuat istrinya itu kaget akan perlakuannya yang tiba-tiba. Ia bahkan memperpendek jarak, sampai wajah Irene bertabrakan dengan dada bidangnya.
Dan yang membuat Irene sampai benar-benar tak berkutik lagi, bahkan perempuan itu menahan nafasnya kala sebuah benda tak bertulang mendarat pada puncuk kepalanya. Ya, Suho mencium puncuk kepala Irene.
"Apapun alasan kamu, jangan pernah diulangi lagi," ujar Lelaki Kim itu dengan nada lembut.
T. B. C.
Jangan lupa bintangnya:)🍎
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-end
Fanfiction() ✔ Memiliki istri yang dingin dan cuek bukanlah kemauan Suho. Tetapi jika kenyataannya seperti itu, maka apa yang harus ia lakukan? Tentu saja ia hanya bisa pasrah menerimanya.