Diam)13

2.9K 290 3
                                    

Maaf jika ada typo🍎

()

Irene merasa jika Suho masih marah padanya. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan untuk membujuk suaminya itu. Sejak tadi, ia hanya berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Menunggu sang suami yang tak kunjung pulang juga.

Ia melirik jam dinding yang berada tak jauh darinya, dan jam tersebut menunjukkan jarum pendek berasa diangka delapan, dan jarum panjang yang berada diangka dua belas.

"Kalo Sungjae ngambek, biasanya aku peluk dia, kalo nggak aku cium pipinya. Kalo nggak berhasil, aku seret dia ke kamar,"

Kata-kata Joy berhasil membuatnya ngeri. Tak mungkin lah Irene melakukan itu. Disentuh Suho saja dia belum, masa dia mau nyentuh Suho duluan? Tidak! Tidak!

"Kalo Joy terlalu berani dan lo nggak bisa ngikutin cara dia, gue saranin mending lo pulang duluan, sambut suami lo. Bawain tasnya, tawari dia makan, dan minta maaf,"

Mungkin Irene lebih setuju dengan tips yang diberikan Wendy. Pintu rumah terbuka, ia yakin itu suaminya. Ia pun menghirup nafas panjang, lalu membuangnya. Menenangkan dirinya sebentar, sebelum menghampiri Suho.

"Sudah pulang, kamu udah makan?" Irene basa-basi sambil membawakan tas kantor suaminya.

"Belum," jawab Suho.

Irene tersenyum, "kamu mandi, terus makan. Mau aku siapin airnya sekalian?" Ia mengajak Suho untuk ke ruang makan.

"Boleh," Suho tersenyum.

"Oke. Eum..."

"Kenapa?"

"Aku minta maaf karena udah bikin kamu kecewa tadi pagi," ujar Irene dalam satu tarikan nafas.

"Besok aku mau deh berangkat bareng," lanjut wanita Bae yang kini telah menjadi nyonya Kim tersebut.

"Hm... okey, permintaan maaf diterima,"


()

Setelah makan malam, Suho mengajak Irene untuk ke ruang tengah. Menonton acara televisi bersama sambil berbincang-bincang. Ingin lebih dekat lagi satu sama lain.

"Gimana sama kerjaan kamu hari ini?" Tanya Suho mengawali pembicaraan.

"Tumben sih agak ringan, kalo kamu gimana?" Meskipun agak kaku, tetapi Irene memberanikan untuk bertanya.

"Cukup melelahkan," ujar Suho.

Irene mengangguk paham. Ia mendekat kearah suaminya, "mau aku pijitin?" Tawarnya.

Suho tersenyum, istrinya begitu lucu. "Boleh," ujarnya.

"Kalo terlaku keras bilang ya,"

Suho hanya mengangguk menanggapinya. Tangan Irene mulai memijat-mijat pundak sang suami. Membuat Suho memejamkan matanya karena rasanya lumayan enak dan cukup meringankan. Wanita bermarga asli Bae itu memijit dengan keras, dan Suho malah menikmatinya.

Tetapi tiba-tiba ponsel Suho berbunyi. Ia segera mengangkatnya dan menyuruh Irene untuk berhenti dulu. Wajahnya tampak tak enak ketika berbicara dengan lawan bicaranya dalam benda pipih nan canggih itu. Ia bahkan sesekali menggeram pada orang disebrang sana.

"Cukup! Jangan hubungi saya lagi!" Ujarnya dan langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

"Kenapa?" Tanya Irene.

"Gapapa, orang salah sambung yang bikin emosi aja," kesal Suho.

Sang istri hanya mengangguk paham.

"Irene, makasih udah mau berusaha dekat dan nggak diam-diaman lagi," ujar Suho.

"Sama-sama. Aku juga berterima kasih," Irene menatap manik laki-laki Kim tersebut.

"Makasih untuk apa?"

"Makasih karena kamu nyadarin aku. Maaf, selama ini aku hanya diam. Aku nggak tau harus gimana, aku cuma takut tersakiti." Jujur Irene pada akhirnya.

Suho memeluk tubuh sang istri. Memberikan kehangatan pada malam ini. "Aku akan berusaha bikin kamu bahagia," ujarnya sambil mengusap lembut kepala istrinya.

Irene mengangguk, "aku percaya,"








T. B. C.
Minta votenya lah:)🍎

Diam-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang