Diam)26

3.1K 272 10
                                    

Maaf jika ada typo🍎


()


"Kok kamu gitu sih!" Ujar Irene saat mereka sampai di ruangan Suho.

"Gitu gimana?" Tanya Suho menatap sang istri. Mereka sedang duduk di sofa yang ada dan bersebelahan.

"Kamu barusan nurunin jabatan sekertaris kamu loh Ho!"

"Aku tau," santai Suho.

"Kok ngeselin ya," Irene menatap kesal suaminya.

"Ya, mau gimana lagi? Masa sekertaris nggak tahu apa-apa tentang bosnya sih,"

"Tapi kan-"

"Gini deh," Suho kini memegang tangan Irene. Ini adalah cara mudah untuk membuat istrinya itu terdiam. "Mungkin kamu bisa aja tenang, tapi aku nggak Rene. Dia nggak tau siapa kamu, padahal jelas-jelas kamu itu istri aku"

"Terus?"

"Ya aku nggak terima lah! Masa kamu nggak dianggep,"

Irene mengulum senyumnya. Beruntung sekali ia mempunyai suami seperti Suho. Baik hati dan manis. Kadang romantis juga. Membuat Irene susah untuk menebaknya. Oh ya! Ngomong-ngomong, ia sampai lupa tentang tujuan utamanya kemari.

"Oh ya, sebenernya aku kesini tuh buat ngajak kamu makan siang," ujar Irene.

Suho tersenyum. "Aku baru aja mau nanya tumben kesini, tapi udah kamu jelasin." Lelaki itu pun berdiri.

"Yuk!" Ujarnya.

Irene berdiri, dan ia terkejut saat lengan kekar milik suaminya itu melingkar apik di pinggangnya.

"Ho, ntar karyawan kamu liat!" Protes Irene merasa malu.

"Biarinlah, kan mereka punya mata," santai Suho.

"Aku malu," cicit Irene.

"Tapi aku nggak peduli. Gimana dong?" Suho malah semakin merapatkan gubuh mereka. Sedangkan Irene hanya mendengus sebal.



()



Suho membawa Irene ke restorant mewah yang dulu sempat mereka kunjungi juga. Restorant dengan suasananya yang tenang. Sebenarnya Suho juga mau membicarakan sesuatu dengan istrinya itu.

Setelah duduk dan memesan, yang terjadi adalah mereka saling diam dan bertatapan. Diakhiri dengan senyuman lebar dari keduanya.

"Aku mau ngomong sesuatu," ujar Suho.

"Apa?" Irene menantikan apa yang ingin dibicarakan suaminya.

"Eum-"

"Maaf, pesanan anda sudah datang," ujar seorang pelayan yang memotong omongan Suho.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Irene saat pelayan sudah pergi kembali.

Suho menggeleng. "Makan dulu aja,"

Mereka pun makan terlebih dahulu. Suho merasa tak enak dengan istrinya. Pasalnya hal yang akan ia bicarakan ini cukup berat untuk mereka berdua.

Setelah makan, Suho langsung meraih tangan istrinya. Menggenggamnya erat, dan menatap lekat mata sang istri.

"Kenapa?" Tanya Irene bingung.

"Aku minta maaf,"

"Minta maaf?" Ia tambah bingung.

Suho menghela nafasnya, lalu ia berkata dengan mata yang terpejam. Tak tahan menatap istrinya. "Aku bakal pergi ke London," ujarnya.

Cukup terkejut, Irene hanya diam.

"Bisnis disana lagi ada masalah, dan aku harus pergi. Kamu tau kan, papa aku gimana? Dan aku juga nggak mungkin bawa kamu,"

"Kenapa?"

"Aku akan sering di lapangan Irene, aku pasti sering ninggalin kamu juga. Lagian, disana itu nggak aman. Banyak juga musuh bisnis aku,"

Irene mengangguk mengerti. Meskipun rasanya sangat berat, tapi Irene harus menerimanya. Ada saatnya untuk mereka berpisah, dan saling merindu nanti.

"Kapan kamu berangkat?" Tanya Irene.

"Lusa," jawab Suho.

"Kamu disana hati-hati. Jangan macem-macem, makan yang teratur dan sehat,"

Suho mengangguk menurut. "Iya, aku pasti inget kalo kamu yang ngomong,"

"Oh ya?"

"Iya,"

"Terus kamu inget berapa kali aku bilang cinta ke kamu?"

"Aku nggak pernah ngehitung itu Irene,"

"Ck, katanya inget"

Suho tersenyum. "Karena cinta kita itu tak terhitung dengan apapun,"

Pipi Irene merona sekarang. Suaminya itu benar-benar tak bisa ditebak.











T. B. C.
Vote yaa:)🍎
Double nih^^
Oh ya.
Aku ada cerita SuRene baru.
Kira-kira kalau di publish,
Bakal ada yang minat nggak?

Diam-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang