Diam)10

3.3K 304 1
                                    

Maaf jika ada typo🍎


()


Irene tetap diam hingga Suho masuk ke dalam mobil. Tadi Irene ditarik dan dibukakan pintu mobil oleh Suho. Pria itu benar-benar sangat manis padanya. Bolehkan Irene terpukau? Tentu saja Irene! Sangat boleh! Itu kan suamimu.

"Kenapa?" Tanya Suho yang langsung membuat Irene tersadar dari lamunannya.

"Oh? Gapapa kok," Irene tersenyum tipis.

"Nggak usah bingung kenapa aku jemput kamu," ujar Suho yang membuat Irene memandangnya.

"Joy chat Chanyeol, katanya kamu nggak bawa mobil. Terus Chanyeol ngasih tau aku," lanjut pria bermarga Kim tersebut.

"Oh... iya, mobil aku mogok tadi pagi," ujar Irene apa adanya.

"Kenapa nggak bilang?"

"Kamu udah berangkat,"

"Tapi kan bisa telpon."

Irene menggeleng. "Nanti aku ganggu kamu, dan kamu bisa telat."

Terkekeh pelan, Suho kagum pada istrinya. Wanita yang telah ia nikahi karena perjodohan itu benar-benar mandiri. Sampai-sampai tak mau membuat Suho repot.

"Nggak pa pa selagi itu kamu yang minta," ujar Suho lembut.

Ahhh.... bolehkan Irene blushing sekarang? Tetapi tanpa diijinkan pun pipi wanita itu sudah merona. Suho begitu lembut dan manis padanya.

"Kok diam?" Tanya Suho yang masih fokus pada jalanan.

"Eum... nggak kok," jawab Irene.

Suho mengangguk, lalu membelokkan stir ke sebuah restoran. "Kita makan dulu ya, kamu nggak perlu masak. Sekali-kali kita makan di luar," ujarnya.

Bagaimanapun Irene hanya dapat mengangguk menuruti suaminya. Menolak pun rasanya percuma, karena kini Suho telah memarkirkan mobilnya.

"Yuk!" Ujar laki-laki Kim tersebut dan keluar, diikuti Irene setelahnya.

Mereka berjalan berdampingan memasuki restoran. Ya, sayang sekali tanpa bergandengan tangan. Pelayan yang ada di pintu menyambutnya dengan ramah. Mereka pun mencari tempat duduk didekat jendela, dan tak lama pelayan datang membawa daftar menu.

"Mau pesan apa?" Tanya Suho pada Irene.

"Samain aja," jawab Irene tanpa mau ribet.

"Oke,"

Setelah memesan, pelayan tadi pamit dan keheningan pun terjadi. Hingga pesanan mereka sampai, baru ada suara dari sendok dan garpu yang sedang berperang diatas piring.



()


"Sebenernya aku mau ngomong," ujar Suho saat mereka telah menyelesaikan makan.

"Ngomong apa?" Irene penasaran.

Suho mengambil sesuatu di saku jas nya dan memberikannya pada Irene. Sedangkan Irene menerimanya dengan raut wajah bingung.

"Itu undangan peresmian hotel punya rekan kerja ku," jelas Suho yang mengerti raut binging Irene dan wanita itu hanya mengangguk paham.

"Kamu mau nggak nemenin aku?" Lanjut Suho.

"Kapan acaranya?" Tanya Irene karena ia tak membaca undangannya.

"Besok,"

Irene tampak berfikir, sedangkan Suho sudah siap-siap bila Irene nanti menolaknya.

"Harus besok?" Tanya Irene.

Suho mengangguk, "iya,"

"Hm... oke deh,"

"Kamu mau?"

Irene mengangguk dan membuat Suho tersenyum. Benar kata Kai, ia harus berani dan yakin jika Irene akan menerimanya.

"Makasih ya," ujarnya pada sang istri. Irene hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

Setelah itu, Suho membayar makanan mereka dan pergi setelahnya. Kemana? Mereka ke butik. Irene saja bingung, kenapa Suho membawanya ke butik?

Ya.. Suho ingin membeli pakaian yang cocok dan bagus. Biar kelihatan mereka serasi. Padahal, mau bagaimanapun mereka tetap serasi.









T. B. C.
Votenya ya:)🍎

Diam-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang