Diam)19

2.8K 263 7
                                    

Maaf lahir dan batin ya semua🍎
Maaf juga nda up karena sibuk😅
Maaf jika ada typo🍎

()

Pemandangan pertama yang Irene lihat saat membuka matanya adalah rahang tegas milik Suho. Ternyata dari sudut manapun, wajah suaminya itu tetap menawan. Membuat senyuman terukir diwajah Irene.

Tetapi beberapa detik kemudian, senyuman itu luntur karena Suho kini menunduk menatapnya.

"Udah bangun?" Ujar lelaki Kim tersebut. "Kenapa mukanya begitu?" Goda Suho. Sebenarnya ia sudah tahu Irene bangun dari tadi. Bahkan ia sempat melirik ketika Irene menatapnya sambil tersenyum.

"Eng-enggak!" Irene langsung bangkit. Tetapi tangan kekar Suho menahannya hingga ia masih diposisi semula.

"Merhatiin aku, hm?" Suho mendekatkan wajahnya dan membuat Irene refleks memejamkan matanya.

Terkekeh pelan dengan tingkah sang istri, Suho kini semakin mendekatkan wajahnya. Nafasnya beradu dengan nafas Irene. Semakin dekat hingga hidung mereka menempel.

"Ayo kita bulan madu" ujar Suho dan membuat Irene membuka matanya dan pandangan mereka bertemu dijarak yang sangat dekat.

Tiba-tiba Irene langsung memalingkan wajahnya. Menghela nafas, Suho kembali ke posisi semula. Membuat Irene langsung bangkit dan duduk. Menatap indahnya padang rumput ini.

Suasana menjadi canggung. Sesekali Suho melirik Irene, dan begitu sebaliknya. Irene gelisah, ia bingung harus bagaimana. Disatu sisi ia belum siap, dan disisi lain ia merasa bersalah pada Suho.

"Kita makan yuk," Suho memecah keheningan.

"Iya,"

Mereka pun meninggalkan tempat itu dengan suasana canggung. Berjalan pelan menuju dimana mobil Suho berada. Membuka pintu masing-masing dan Suho melajukan mobil setelah mereka berada didalam.

Tak ada percakapan diantara mereka. Hingga perjalanan pun terasa sangat membosankan. Irene menatap keluar jendela, dan Suho fokus menyetir.

Jika ditanya apa yang membuat Suho diam, tentu kecewa adalah hal yang tepat sebagai jawabannya. Ia ingin seperti teman-temannya. Memiliki keturunan yang dapat meramaikan rumah, juga jadi alasan untuk melengkapi kebahagiaan.

Mereka berhenti di sebuah restoran. Makan dengan suasana yang tak mengenakkan.



()


"Dulu kita mah nggak usah bulan madu-bulan maduan. Orang malam pertama langsung praktek. Bulan madu mah cuma nambahin benih aja,"

Suho menghela nafas. Apaan praktek? Yang ada malam pertama adalah malam dimana Suho dan Irene saling menjauhi. Enak sekali Seokjin dan Sojung yang langsung praktek.

Kini Suho sedang berada dibalkon kamar. Berdiri dengan dua tangan ia masukkan pada saku, sembari menatap langit malam.

Dari jarak yang tak terlaku jauh, Irene berdiri disamping tempat tidur. Menatap punggung suaminya dengan rasa bersalah.

"Maaf," ujarnya sangat pelan. Suho pun takakan mendengarnya.

Perempuan itu merebahkan dirinya pada kasur, kemudian menarik selimut dan tidur miring dengan memunggungi tempat Suho.

"Ya seru lah Ho. Dalam pernikahan kan emang tantangannya itu. Ngurus anak, gimana caranya kita ngajarin sesuatu yang bener tanpa nyinggung atau ngekang anak kita"

Lagi-lagi perkataan temannya itu terlintas. Benar, pasti seru dan melelahkan. Pasti Chen sangat menikmati waktu bersama keluarganya.

Lantas, bagaimana dengan dirinya? Suasana saling mendiami kini kembali hadir dalam rumah tangganya. Kali ini Suho mau egois. Ia tak akan memulai pembicaraan sebelum Irene yang memulainya lebih dulu.

Entah berapa lama itu akan terjadi, Suho tak perduli. Ia tak mau mengalah kali ini. Ingin tahu, seberapa besar rasa Irene untuk mengerti dirinya.

"Gue harus egois," gumamnya.

_

Dapat Irene rasakan ada pergerakan disampingnya. Itu artinya, Suho sedang merebahkan diri. Irene mencoba menengok kebelakang, dan Suho pun memunggunginya.











T. B. C.
Jangan lupa votenya:)🍎

Diam-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang