Diam)27

2.9K 263 16
                                    

Maaf jika banyak typo🍎

()

Mendengus sebal, Irene melihat tanggal di kalender. Bahkan sangking sebalnya, Irene juga tak fokus mengerjakan pekerjaannya. Membuat ketiga temannya menatap heran. Mereka bahkan berfikir jika rumah tangga temannya itu sedang bermasalah lagi.

"Kayaknya ada yang bete lagi deh," sindir Seulgi.

"Tau. Kenapa lagi sih?" Wendy menyeret kursinya hingga mendekati Irene. "Diem-dieman lagi?" Bisiknya.

Irene menggeleng. Perempuan itu tetap berusaha fokus pada pekerjaannya. Tetapi tetap saja, ia tak bisa.

Mendesah pelan, Irene menyandarkan bahunya pada kursi kerjanya. Menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutup wajahnya yang mendongak. Lalu dengan gerakan ia mengusap wajahnya tampak frustasi.

"Kenapa sih nyonya Kim?" Tegas Seulgi.

"Tau deh, rumah tangga lo berdua bikin bingung,"

"Gue harus gimana?" Tanya Irene tiba-tiba.

"Kenapa?" Tanya Joy.

"Ah! Gue nggak siap," cicit Irene.

Seulgi, Wendy dan Joy saling tatap. Ucapan Irene tak jelas sama sekali. Membuat ketiga perempuan itu menatapnya bingung.

"Irene!" Panggil suara tegas yang sangat mereka kenali. Bos mereka.

Yang namanya dipanggil pun refleks berdiri. "Iya pak?"

"Tolong laporan yang saya minta harus selesai hari ini ya," pintanya ramah.

"Iya pak," Irene mengangguk patuh.

Si bos hanya tersenyum ramah menanggapinya. "Saya harap kamu tidak mengecewakan," ujarnya, kemudian berlalu pergi.

Tak ingin melanjutkan obrolan mereka kembali, Irene segera menyelesaikan pekerjaannya. Membuat ketiga temannya pun melakukan hal yang sama. Bos mereka sudah sangat baik memperlakukan mereka, dan tak mungkin kan mereka mengecewakannya?



()


"Yang paling bagus," ujar Suho pada pelayan toko.

"Tiga ini adalah desain terbaik bulan ini dari toko kami pak, berlian yang dibuat juga berlian terbaik," pelayan toko menjelaskan.

Suho hanya mengangguk saja. Ketiga kalung itu memang tampak sangat cantik. Tetapi ia hanya memerlukan satu untuk istrinya.

Melihat kebingungan Suho, pelayan itu mulai menebak pikirannya.

"Untuk siapa pak kalau boleh tau?" Tanyanya.

Suho menatapnya sebentar, lalu kembali fokus pada ketiga kalung tersebut. "Istri saya,"

Si pelayan mengangguk paham. Kemudian mengambil kalung dari barisan kalung dengan harga yang mahal. Kalung langka dengan desain yang mewah, namun simple.

"Saya rasa ini cocok untuk istri anda," ujar pelayan memperlihatkan kalung itu.

"Ini hanya ada satu produksi pak, dan hanya diproduksi tahun lalu. Jadi, saya kira ini akan sepesial untuk istri anda,"

Suho melihat sebentar. Lalu ia memberikan sebuah kartu. "Tolong bungkus. Jika kurang, bilang aja,"

Si pelayan mengangguk. Kurang apa, ternyata saldo dalam kartu itu masih lebih banyak.



()


Makan malam berlangsung dengan saling diam. Suho benar-benar bingung. Kenapa lagi dengan istrinya? Apakah Irene sedang ada masalah di kantor?

"Kenapa?" Tanya Suho pada Irene yang menghentikan aksi makannya.

Perempuan itu menatapnya dengan tatapan malas.

"Harus besok?" Irene benar-benar tak habis pikir. Bagaimana bisa besok? Mereka baru saja saling nyaman dan menerima. Tetapi, apa sekarang? Mereka harus berpisah? Dan parahnya, perpisahan itu harus besok! BESOK! Rasanya Irene ingin kecewa.

Ah! Suho tahu sekarang. Kenapa sedari tadi Irene hanya berdiam diri. Ia juga swbenarnya berat, tetapi ini juga menyangkut masa depan mereka. Apalagi jika sudah memiliki anak, kebutuhan terus bertambah bukan?

"Ya, emang harus besok," ujar Suho.

"Besok," cicit Irene. "Kayaknya kamu lupa sama besok. Aku maklumin lah," ujarnya lesu, dan segera membereskan meja makan.

Tetapi dengan cepat, Suho menahan pergelangan tangan istrinya, lalu menariknya hingga mendarat dipangkuannya. Melingkarkan tangan pada pinggang Irene, dan mendaratkan dagu pada pundak istrinya itu.

"Aku tahu, lagian aku cuma pergi sebentar," ujarnya pelan.











T. B. C.
Jangan lupa bintangnya:)🍎

Diam-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang