I

998 76 21
                                    

Gelap. Pohon-pohon tinggi menjulangㅡdahan-dahannya yang berdaun lebat saling menempel membentuk semacam kanopi yang memblokir masuk cahaya matahari di atas sana. Desau angin berembus bercampur dengan bisikan-bisikan yang meninggalkan kesan tak nyaman di hati. Bau lembap dari tanah basah di bawah kaki menyeruak indera penciuman. Sesekali bau lembap itu bercampur dengan harum bunga samar-samar.

Cahaya putih yang berpendarㅡsekali, dua kali. Angin sekali lagi berembus namun kali ini bisikan-bisikan itu terdengar lebih jelasㅡmembentuk sebuah nada. Sebuah senandung. Lantas cahaya putih itu dengan cepat berubah menjadi gelap yang membutakan. Dan perlahan, cahaya keunguan memancar dari tengahㅡbersamaan dengan rasa mencekam yang mencengkeram dada.

---

Brak!

Aku tersentak bangun dan menegakkan tubuh, mengerjap menatap sekitar dengan linglung. Mendapati Paman Park yang duduk di balik kemudi menoleh, melempar senyum yang membuat kerutan di sekitar mata dan bibirnya terlihat jelas.

"Tuan Muda sedang ke kamar mandi sebentar." kata Paman Park. Aku ber-ah pelan lantas menguap lebar sembari merenggangkan tubuh. Sebelum kembali bersandar pada jok mobil dan melempar pandang ke luar jendela. Kami baru sampai di pom bensin. Masih di kota. Berarti aku tertidur mungkin sekitar tiga puluh menit yang lalu. Sekali lagi menguap, aku mengusap wajah. Menoleh ke sisi lain jendela untuk mendapati Youngjae melangkah terburu menuju mobil. 

Hari ini adalah perjalanan kami menuju rumah Bibi Kwon di Damyang. Untuk pertama kalinya. Bibi Kwon adalah seorang perempuan bertubuh gempal yang menyenangkan. Wajahnya yang bulat dan merah selalu mengumbar senyum. Aku ingat pertama kali bertemu dengannya adalah saat usiaku delapan tahun, ketika Bibi Kwon untuk pertama kalinya mengunjungi rumah kami di kota bersama kedua putrinya yang tidak terlalu kuingat seperti apa karena pastinya mereka sudah besar sekarang. Mereka juga tidak pernah datang lagi ke kota untuk mengunjungi kami setelah itu.

"Sudah, Paman." Youngjae mendudukkan diri, sekali lagi menutup pintu mobil kencang dengan wajah cemberut. Membuatku mendengus pelan.

Sebenarnya acara liburan kali ini di luar dugaanㅡrencana awalnya adalah kami menghabiskan liburan bersama Mama. Tapi ternyata pekerjaan yang menumpuk membuat Mama membatalkan janji tepat dua hari sebelum liburan dan menyarankan kami untuk mengunjungi Bibi Kwon. Dan Youngjae adalah orang yang paling tidak setuju pada saran itu. Lihat saja wajahnya sekarangㅡbenar-benar menyebalkan.

Aku mencibir diam-diam saat Youngjae mulai bermain game pada ponselnya dan berseru berisik. Memutuskan untuk menikmati pemandangan di luar. Mama pernah bilang kalau dia menyukai semangat dan antusiasmeku pada hal-hal baruㅡberbanding terbalik dengan Youngjae yang selalu menghadapi apapun secara emosional. Maka tadi pagi sebelum kami berangkat, Mama memberiku pelukan dan tatapan penuh terima kasih karena pada akhirnya berhasil membujuk Youngjae. Well, aku hanya perlu merengek dan sebisa mungkin memasang wajah lucu yang membuat Youngjae mendengus jijik sebelum mengiyakan.

Forbidden Forest (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang