Jaebum menyandarkan tubuh pada batang pohon besar dengan mata terpejam. Tampak mengatur napas dengan kening berkerut. Sementara aku duduk berlutut di sebelahnya dengan jantung berdebar panik luar biasaㅡmengabaikan lelah yang mendera dan tubuh yang berteriak minta diistirahatkan. Aku baru saja, tanpa sengaja, menyerang Yang Mulia Jaebumㅡmembuatnya terpental beberapa meter dan jatuh berdebum di atas rerumputan. Beruntung pria itu tidak mengalami cedera atau mendapat luka. Atau bahkan terbunuh.
Aku melirik Tuan Yi-en yang menyodorkan air ke depan mulut Jaebum dan diteguk pelan-pelan oleh pria itu. Well, para penghuni hutan lain segera datang setelah mendengar suara keras, berpikir kalau itu adalah akuㅡdan tidak bisa menyembunyikan kekagetan mereka ketika mendapati yang terkena serangan justru Jaebum. Yugyeom dan Bambam malah mengacungkan jempol diam-diam dengan pandangan kagum yang membuatku malu. Ini bukan sesuatu yang pantas untuk dibanggakan, kan?
"Bagaimana keadaannya?" aku bertanya pada Tuan Yi-en yang bangkit dan menyodorkan daun yang dilipat seperti mangkuk kepada Wang Ka-yeeㅡyang dengan segera mengisi kembali daun itu dengan air. Manik kemerahan itu menatapku kalem, mengulum senyum tipis.
"Dia baik-baik saja. Seranganmu tidak sekuat itu untuk melumpuhkannya." Tuan Yi-en adalah satu-satunya orang (selain aku) yang berbicara dengan santai kepada Jaebum. Dan memang kalau dilihat, Tuan Yi-en mungkin sedikit lebih tua dari Jaebum. "Tubuhnya hanya kaget menerima seranganmu."
Menghela napas lega, aku menyeka keringat di dahi dengan lengan kaos dan mengembalikan tatapan pada Jaebum yang sudah membuka mataㅡmeneguk sekali lagi air yang disodorkan oleh Wang Ka-yee sebelum berdehem dan menegakkan tubuh. Hendak bangkit namun lebih dulu di tahan oleh Tuan Yi-enㅡyang dengan mudah mendorong tubuh Jaebum untuk kembali duduk.
"Kalian perlu beristirahat dan memulihkan tenaga." ujar Tuan Yi-en tenang. Jaebum mengerutkan kening, terlihat tidak setuju. Namun segera menutup mulut ketika Tuan Yi-en kembali berujar, "Nona Yena butuh istirahat."
Setelah berkata begitu, seperti seorang pimpinan, Tuan Yi-en mengedikkan dagu dan dengan segera Wang Ka-yee, Yugyeom serta Bambam, mengikuti langkahnya meninggalkanku berdua dengan Jaebum. Aku menatap punggung mereka, nyengir lebar ketika sekali lagi Yugyeom dan Bambam mengacungkan jempol sembari berbisik 'hebat' sebelum ditarik oleh Wang Ka-yee untuk segera menjauh.
Keheningan menyelimuti kami selama beberapa saat. Suara-suara dari aktivitas hutan yang berbaur dengan desau angin serta gemerisik daun dan rerumputan mengambil alih. Aku mengusap rambut yang lepek karena keringat, mengulum bibir dan melirik ke arah Jaebum yang bergeming dengan tatapan lurus ke depan. Berdehem pelan mencoba menarik perhatian Jaebum, aku menggaruk pipi.
"Ughㅡmaaf." ujarku pelan. Sekali lagi melirik Jaebum dan mendapati sepasang manik keemasan itu juga tengah melirik ke arahku. "Aku tidak sengaja menyerangmu."
Ada jeda tiga detik di mana Jaebum hanya menatapkuㅡyang membuatku menahan napas tanpa sadar ketika berpikir kalau Yang Mulia Jaebum marah karena aku ceroboh dan menyerangnya tanpa sengaja. Namun pria itu membuang muka, menarik kakinya untuk duduk bersila sembari menegakkan tubuh.
"Kau lumayan." dua kata itu membuatku mengerutkan kening tidak paham. Namun Jaebum sudah lebih dulu bersuara sebelum aku sempat bertanya, "Tidak seburuk yang kukira. Meski tetap saja payah dan butuh banyak latihanㅡdan lain kali," manik keemasan itu kembali menghujamku tepat di mata, "kau harus lebih serius dan fokus. Kau bisa melukai orang lain kalau terus begitu."
Aku mengerucutkan bibir, mengangguk pelan menyimak kalimat Jaebum dengan baik. Well, saking bahagianya, aku jadi tidak berhati-hati. Aku jugaㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Forest (JB x Yena)
Fantasy[COMPLETE] "Mitos mengatakan bahwa siapapun yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah kembali; entah itu dimakan hewan buas, atau malah dimakan oleh makhluk lain yang tinggal di dalam sana." ... Choi Yena hanya siswi biasa, yang terpaksa melew...