Kak Eunbi membantuku mengepang rambut keesokan paginya setelah sarapan, sementara Bibi Kwon mengangkut barang-barang yang diletakkan pada sebuah gerobak kayu yang disambungkan dengan sepedaㅡuntuk menghemat waktu katanya, meski barang yang dibawa tidak terlalu banyak.
"Sudah selesai." ujar Kak Eunbi, mengusap rambutku pelan lantas menepuk bahuku. Aku membalas tatapannya dari kaca yang kupegang di tangan dan mengulum senyum.
"Terima kasih, Kak." kataku pelan. Kak Eunbi mengangguk, memberiku sebuah pelukan hangat sebelum bangkit dari lantai kayu dan menyusul Bibi Kwon. Aku menelan ludah, menatap kembali pantulan diriku pada cermin. Aku memang tidak mirip dengan Sang Penyihir; alih-alih hanbok putih, aku mengenakan celana jeans (kupikir, bahannya yang cukup tebal akan melindungiku) juga kaos yang ditumpuk jaket merah muda kebanggaanku (yang sekarang warnanya sudah agak luntur karena terlalu banyak dicuci), meski rambutku dikepang agar lebih simpel.
Menghembuskan napas, aku meraih tas ransel. Mengambil belati perak di dalam sana dan mengikatkan sarungnya ke pinggang. Lantas bangkit dan mengambil langkah untuk keluar dari kamar. Namun justru mendapati Youngjae dan Yujin yang sudah menunggu di halaman dengan pedang dan garpu tanah di tangan. Aku mengerjap bingung, baru saja hendak bertanya apa yang mereka lakukan saat Youngjae bersuara.
"Kami akan ikut perang." ujar Youngjae dengan suara tegas.
Aku menatapnya, selama beberapa saat sebelum mendengus dan menggeleng pelan. Mendudukkan diri di lantai kayu teras untuk mengenakan sepatu. "Jangan bodoh, Youngjae. Ini sangat serius dan berbahaya. Bukan untuk main-main danㅡ"
"Justru itu!" Youngjae mengambil langkah maju, "karena ini berbahaya, kami tidak bisa membiarkanmu sendirian, Yena!"
"Aku tidak sendiri!" tidak tahu kenapa mendadak aku merasa marah. Membalas tatapan Youngjae dengan nyalang. "Ada banyak penghuni hutan yang akan membantu. Dan kehadiranmu hanya akan menghambat kami, Youngjae! Kau penakut!"ㅡkalimat itu berlebihan, tetapi aku tidak bisa memikirkan kalimat lain yang lebih baik. Membayangkan Youngjae akan terluka membuatku gusar.
Youngjae terperangah, terlihat jelas terluka atas kalimatku. Namun kini giliran Yujin yang melangkah maju, berdiri menjulang di depanku dengan tatapan serius.
"Kami memang lemah, Kak. Kami sangat payah." untuk pertama kalinya, aku mendapati kilatan dalam mata Yujin dan itu membuat dadaku sesak. "Kami tidak sepertimu yang mempunyai kekuatan, tapi kami akan tetap maju. Kami akan ikut melindungi desa dan berada di sampingmu, Kak."
Mataku memanas, tetapi dengan cepat aku kembali menunduk menyibukkan diri mengenakan sepatu. Langkah kaki kembali terdengar dan Youngjae mengambil tempat untuk berdiri di sebelah Yujin dengan rahang mengeras.
"Kau tidak perlu khawatir, Yena. Paman Kwon mengajarkan beberapa teknik pada kami. Dan kami tidak akan menghambat." Youngjae mengulurkan tangan untuk meremas bahuku. Dan ketika aku mendongak, dia melontarkan sebuah cengiran yang membuatku semakin emosional. Aku mendengus tawa, mengusap wajah dan memukul pelan bahu Youngjae.
"Aku akan membunuh kalian kalau sampai terluka saat perang nanti." ujarku pelan, yang membuat cengiran di wajah Youngjae dan Yujin semakin lebar. Menyedot hidung, aku bangkit. Membalas cengiran mereka dengan senyum lebar dan merangkul bahu mereka. "Jangan jauh-jauh dariku dan jangan merepotkan. Paham?"
"Paham, Nona Yena!"
***
Sekarang masih pagi, baru pukul sembilan, tetapi para pria sudah berdiri di padang rumput. Mereka menoleh untuk melempar senyum ketika kami lewat. Ada sekitar lima puluh orang yang kini bersenjata; beberapa memegang pedang, tombak, atau bahkan garpu tanah. Wang Ka-yee tampak di antara mereka, melambaikan tangan sekilas sebelum mengecek satu per satu persiapan para pendudukㅡmemastikan mereka telah benar-benar mengenakan rompi besi yang diberikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Forest (JB x Yena)
Fantasy[COMPLETE] "Mitos mengatakan bahwa siapapun yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah kembali; entah itu dimakan hewan buas, atau malah dimakan oleh makhluk lain yang tinggal di dalam sana." ... Choi Yena hanya siswi biasa, yang terpaksa melew...