Desa sudah mulai sepi; para penduduk sebagian besar telah mengungsi sementara beberapa masih sibuk bolak-balik mengangkut barang-barang penting yang tertinggal. Para lelaki yang mengajukan diri untuk ikut berperang, berkumpul di rumah Kakek Yoon, menyiapkan dan membicarakan banyak halㅡsesekali Wang Ka-yee akan datang entah untuk sekadar mengecek atau menginformasikan beberapa hal pada mereka. Membawakan rompi besi untuk digunakan saat perang nanti karena bagaimana pun mereka adalah manusia, berbeda dengan mereka.
Kak Eunbi dan Bibi Kwon masih berada di rumah, menyiapkan makanan untuk kami. Rencananya mereka baru akan pergi besok pagi. Paman Kwon lebih banyak menghabiskan waktu bersama para lelaki lain. Sementara Youngjae dan Yujin berpatroli untuk mengecek penduduk desa yang masih belum berkemas.
Besok adalah harinya. Dan melihat kebun teh yang sepi tanpa ada penduduk bekerja membuat jantungku berdentam lebih keras. Aku menahan diri untuk tidak gugup meski semalam aku tidak benar-benar bisa terlelap dan terbangun dengan kantuk luar biasa. Meyakinkan diri kalau aku tidak sendiri. Ada penghuni hutan, juga pasukan dari Hutan Barat dan sungai. Kami pasti bisa melakukannya, kan? Meski seperti kata Hyewon, aku tidak tahu bagaimana ini akan berakhir.
Semuanya tampak sibuk ketika aku memasuki hutan. Yugyeom dan Bambam yang menjemputku di seberang sungai pun tidak banyak bicaraㅡhanya melontarkan perbincangan ringan yang terhenti sebelum kami memasuki Hutan Terlarang. Lantas segera berpamitan saat langkah kami mencapai tengah hutan. Well, penyerangan memang sudah berhenti sejak kemarin dan itu melegakan. Aku tidak bisa membayangkan kalau mereka masih saja mengincarku saat hampir gerhana bulan.
"Ini." ketika aku baru saja sampai di area latihan, Jaebum menghampiri. Menyodorkan belati perak yang selama ini dia simpan. Aku menelan ludah pelan, batal menurunkan resleting jaket dan menerima belati itu, menelusuri ukiran pada gagangnya pelan sebelum menggenggamnya erat. Debaran di jantungku semakin menjadi-jadiㅡmenggedor rongga dada. Kegugupan yang bertumpuk entah kenapa justru membuat adrenalinku terpacu.
"Besok..." gumamku pelan, menelan ludah. "Gerhana bulan."
"Benar. Dan kau harus memegangnya mulai sekarang." ujar Jaebum. Aku mengerjap, menatap gelang yang masih melingkar di pergelangan tangannya sebelum mendongak, membalas tatapan dari manik keemasan itu dengan lebih yakin kemudian mengangguk pelan. Tidak ada gunanya gugup dan gelisah memikirkan apa yang akan terjadi pada kami nantiㅡaku tidak akan tahu kalau tidak berusaha.
Lantas setelah menyimpan belati itu di dalam tas, kami memulai latihan. Namun hari ini tubuhku terasa aneh; cahaya yang berpendar bukan cahaya putih terang tetapi berwarna lebih kotor, lemah, dan pudar dengan cepat. Aku mengerutkan kening, sekali lagi mengepalkan tangan dan berusaha berkonsentrasi; memusatkan kekuatan tetapi ketika mengibaskan tangan mencoba melancarkan serangan, cahaya yang meluncur justru pecah. Bahkan ketika aku mengepalkan tangan di depan dada lantas membukanya dengan cepat, cahaya yang terpusat di tanganku hanya memercik lantas pudar.
"Apa yang terjadi?" aku mengerjap panik, seolah baru saja kehilangan kekuatan. Napasku memburu tak beraturan ketika mendongak, menatap Jaebum yang melangkah lebar menghampiriku. Keningnya berkerut dan alisnya menukik tajam, sorot matanya tidak terlihat menyenangkan dan itu membuatku semakin gusar. "A-apa aku kehilangan kekuatan?" itu adalah hal yang paling kutakutkan sekarang.
"Coba sekali lagi." ujar Jaebum, menaruh kedua tanganku di atas telapak tangannya sendiri. Menghembuskan napas mencoba tidak panik, aku kembali berkonsentrasi tetapi tetap saja. Cahaya yang memancar masih kotorㅡkeruh.
Aku tidak tahuㅡselama beberapa saat aku hanya mengepalkan tangan dan membukanya kembali, berkonsentrasi meski rasanya sulit. Rahangku mengeras dan mataku sudah memanas. Kepanikan yang menyelimuti dada benar-benar membuatku kacau. Hingga mendadak Jaebum menghempaskan tanganku. Tatapannya marah ketika aku mendongak, lantas tangannya bergerak menarik kerah kaoskuㅡaku memekik pelan, hampir saja berpikir kalau dia bertindak keterlaluan saat suara sret keras terdengar dan kalung dengan liontin batu merah gelap sudah ada di tangan Jaebum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Forest (JB x Yena)
Fantasy[COMPLETE] "Mitos mengatakan bahwa siapapun yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah kembali; entah itu dimakan hewan buas, atau malah dimakan oleh makhluk lain yang tinggal di dalam sana." ... Choi Yena hanya siswi biasa, yang terpaksa melew...