Epilog

425 56 43
                                    

"Yena! Cepat!"

"Astaga! Sebentar, Youngjae!"

Membalas teriakan Youngjae lebih keras, aku menjejalkan buku PR ke dalam tas, lantas menyandangnya dan berlari-lari ke luar kamar sembari mengenakan dasi.

"Kita bisa ketinggalan bus!" Youngjae masih mengomel, menjejalkan selembar roti tawar ke mulutku kemudian menarikku tanpa ampun.

Ini sudah seminggu sejak kami kembali ke kota dan mulai bersekolah seperti biasa. Tidak ada yang berbeda, kecuali sikap Youngjae yang tidak semenyebalkan sebelumnya. Percakapan tentang Hutan Terlarang dan segala isinya masih menjadi satu-satunya topik pembicaraan yang membuat kami duduk tenang tanpa bertengkar. Apalagi Yujin sering mengirim kabar entah lewat pesan atau teleponㅡdia bilang penduduk desa semakin ramai mengunjungi hutan untuk melayat dan anak-anak sesekali datang karena ingin bermain dengan mereka. Well, aku bisa membayangkan kalau yang sibuk bermain dengan anak-anak adalah Wang Ka-yee dan Bambam sementara Tuan Yi-en dan Jinyoung hanya akan mengamati.

Yujin juga bilang kalau dia sendiri sering mampir ke hutanㅡkadang menemani anak-anak yang ingin berkunjung tetapi takut pada siluman atau malah mengunjungi para penghuni untuk bermain bersama mereka. Terutama Bambam, yang kata Yujin, kondisinya sudah mulai membaik. 

Hutan Barat dijaga oleh Wang Ka-yee atas perintah Tuan Yi-en. Itu agak mengejutkan, meski ketika diingat kembali, memang Wang Ka-yee cukup bijaksana meski kadang nyeleneh.

Gua Hitam masih tetap dibiarkan begitu, menjadi sarang naga. Sementara para pengikut Yuri menghilang entah ke mana. Yujin juga bilang, Gua Hitam sering dijadikan ancamanㅡkalau ada anak yang nakal, orangtua mereka akan berkata, "Kalau kau tidak menurut, Ibu akan mengurungmu di Gua Hitam agar dimakan naga!"

Kalimat itu membuatku dan Youngjae terbahak keras hingga Mama melongok bingung ke dalam kamarku dan bertanya-tanya ada apa, yang kompak kami jawab tidak ada apa-apa.

"Ayo, Yena! Lamban sekali!" seruan Youngjae membuatku tersentak dari lamunan, menatap Youngjae yang berlari menuju halte dekat rumah di depan sana. Semalam Mama berpesan pada kami untuk bangun lebih pagi dan bersiap sendiri karena Mama harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Sedangkan Paman Park sakit sejak kemarin, mengharuskan kami naik bus pulang-pergi.

Aku mendengus pelan, mengunyah potongan terakhir dan memacu langkah. Hal-hal sepele seperti ini terkadang membuatku merindukan suasana di dalam hutanㅡmerindukan saat-saat di mana tenagaku terkuras untuk latihan. Ugh, aku diam-diam pernah melatih kekuatanku di dalam rumah, tanpa sengaja melepaskan cahaya dan melubangi langit-langit kamar. Youngjae yang kaget dengan suara berdebum keras segera datang dan mendelik melihat langit-langit kamarku berlubangㅡtidak terlalu lebar, tapi jelas akan membuat Mama keheranan. Maka setelah mengomeliku selama satu jam penuh, dia membantu berbohong kalau seekor tikus jatuh dari atap dan melubangi langit-langit kamar. Meski setelah itu Youngjae minta ditraktir selama dua hari penuh dengan dalih kalau aku harus berterima kasih padanya.

Aku nyengir pelan ketika mengingatnya. Masih memacu langkah melihat halte yang semakin dekat. Hingga kemudianㅡ

Bugh! Prak!

"Aw!" 

Tanpa sengaja aku bertabrakan dengan seseorang yang berlari dari arah samping, sepertinya juga tengah terburu-buru menuju halte. Kami jatuh terduduk. Tetapi yang membuatku kaget adalah ponsel berwarna hitam yang teronggok dengan layar retak.

"Ahㅡsial!" orang di depanku mengumpat pelan. Mengulurkan tangan untuk meraih ponselnya. Namun aku tidak pernah merasa lebih kaget dari ini; menatap gelang berwarna kuning pudar yang begitu familiar melingkar di pergelangan tangannya.

Forbidden Forest (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang