"Berpetualang lagi, Yena?"
Pagi itu ketika tengah mengenakan sepatu, Kak Eunbi menghampiriku sembari mengangsurkan sebuah kotak bekal. Aku mengulum senyum, menerima kotak bekal itu dan menjejalkannya ke dalam tas. "Iya, Kak. Hehe."
"Lain kali ajak Youngjae dan Yujin juga. Jangan bersenang-senang sendirian." Kak Eunbi menyandarkan tubuh pada salah satu tiang kayu, menatapku dengan sebuah senyum lembut. Aku hanya membalas kalimatnya dengan sebuah cengiran, melirik ke pintu kamar di belakangku. Hari ini aku bangun lebih pagiㅡsemalam langsung terlelap karena kelelahan, lantas membantu Bibi Kwon dan Kak Eunbi untuk menyiapkan sarapan dan menyantap sebelum Youngjae atau Yujin bangun. Sebenarnya agak melegakan mengingat percakapan kami semalam sebenarnya cukup mengganggu. Suara dan cahaya yang disaksikan banyak orang karena keteledorankuㅡjuga Youngjae yang mulai mencurigai kegiatanku. Dan mengingat bagaimana Youngjae dan Yujin, bukan tidak mungkin mereka akan mengikutiku masuk ke dalam Hutan Terlarang.
"Yahㅡmungkin akan kuajak kalau mereka bisa bangun lebih pagi." melempar cengiran, aku melompat bangun dan melambaikan tangan. Berlari kecil melintasi halaman rumah dan menghela napas keras-keras setelah keluar dari pagar batu. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati setelah ini. Jangan sampai dicurigai atau bahkan diikuti.
Maka dengan jantung berdebar antusias (karena kemarin aku sudah berjanji untuk berlatih lebih giat lagi dan tidak banyak protes), aku melewati jalan setapakㅡmenyeberangi sungai dan melintasi padang rumput. Hutan Terlarang tidak terlihat semenyeramkan sebelumnya setelah menyaksikan pemandangan Gua Hitam kemarin. Angin dingin yang berhembus ganjil tidak lagi membuatku bergidik.
Rasa tak nyaman justru menyelimuti ketika langkahku mencapai tengah hutan dan tidak menemukan aktivitas yang biasanya menyambut. Alih-alih kegembiraan seperti biasa, keheningan menggantung dan terasa menyesakkan. Aku mengerjap, menatap dahan-dahan pohon dengan daun hijau lembut tampak berserakan di atas rerumputan yang berkilau sementara bunga-bunga mugunghwa kini menunduk layu dan kehilangan pendar. Mengedarkan padangan, para penghuni hutan tampak berkerumun di sekitar sungai kecil dan jantungku berdebar gelisah ketika mengambil langkah mendekat dengan ragu.
"Ada apa?" aku bertanya pada Hyewon yang berdiri di barisan paling belakang. Perempuan itu menatapku tegang sebelum menggeleng pelan dan menggeser tubuh ke sampingㅡmemintaku untuk melihat sendiri apa yang terjadi. Menyadari kalau bukan hanya Hyewon yang berekspresi demikian; bahkan Wang Ka-yee, Yugyeom dan Bambam yang biasanya ceria pun tampak murung.
"Astaga!" aku terkesiap kaget ketika melangkah maju, menutup mulutku dengan tangan.
Air sungai kecil yang biasanya jernih kini tampak menghitam dengan beberapa samjogo yang mengambang mati. Batu-batu yang berjajar di tepi sungai pun berantakanㅡbeberapa bahkan tampak hancur seolah ada seseorang yang sengaja menghantam batu-batu itu dengan keras. Sementara di seberang sungai sana, batang-batang pohon yang memelintir kini penuh goresan. Bahkan pada salah satu pohon, terdapat sebuah pedang yang menancap dengan cairan ungu-kehitaman yang menetes.
Selama beberapa saat, para penghuni hutan terpaku gusar. Suara lenguhan kye-ryong tidak terdengar menyenangkan dan dengan segera mereka terbang menjauh. Aku kembali mengerjap, mengulum bibir gugup. Berbagai pertanyaan memenuhi otakkuㅡtetapi sebelum aku sempat bertanya, suara Jaebum lebih dulu terdengarㅡsama gusarnya, dan raut pria itu tidak terlihat menyenangkan.
"Tuan Yi-en dan Wang Ka-yee, bereskan kekacauan ini." perintah Jaebum yang segera diangguki. "Jinyoung, kau harus segera naik. Yugyeom dan Bambam caritahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan kauㅡ" tatapan Jaebum beralih padaku, "ikut aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Forest (JB x Yena)
Fantasy[COMPLETE] "Mitos mengatakan bahwa siapapun yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah kembali; entah itu dimakan hewan buas, atau malah dimakan oleh makhluk lain yang tinggal di dalam sana." ... Choi Yena hanya siswi biasa, yang terpaksa melew...