XXV

222 44 23
                                    

Splash! Sring!

Seleret cahaya keemasan lebih dulu meluncur membuat pedang di tangan Yuri terpental. Dan dengan segera aku berguling, melepaskan satu serangan yang membuat Yuri terhuyung mundur sebelum melompat bangun. Menoleh pada Jaebum yang berdiri tak jauh dari kami dengan manik keemasan menyorot sendu meski rahangnya mengeras dan tangannya terkepal di sisi tubuh.

Yuri menegakkan tubuh, menyeka helaian rambut gelap panjang dari wajahnya dan menatap Jaebum. Manik gelap itu berkilat dan sebuah seringai muncul di bibirnya.

"Ahㅡ" Yuri mengerjap, kembali membungkuk untuk mengambil pedang lain milik salah satu pengikutnya yang sudah mati. "Selamat malam, Orabeoni. Akhirnya kita bertemu." gadis itu mengibaskan pedangnya sekali lagi, membuat pendar ungu-kehitaman menyelimuti benda itu.

Jaebum hanya berdiri kaku. Tidak menyahut. Dan memang Yuri tidak terlihat membutuhkan balasan karena gadis itu sudah menghunuskan pedang. Jaebum berkelit dengan gesit sementara aku segera mengibaskan tangan mengirim serangan pada Yuri tetapi meleset. Dia sempat melirik ke arahku sebelum berdecih pelan. 

Sembari merangsek maju, aku melepaskan seranganㅡbegitu juga dengan Jaebum. Kini cahaya putih dan keemasan bergantian meluncur ke arah Yuri yang masih saja bisa menangkis dan menghindarinya. Kemampuannya menggunakan pedang tidak main-main dan itu membuat hidungku berkerut kesal. Padahal, dengan lemahnya kekuatan Yuri, itu bisa menjadi keuntungan bagi kami karena dia tidak bisa melepas serangan jarak jauh dan hanya bergantung pada pedangnya.

Splash! Sring! Splash!

Aku melakukan segel dan merapalkan mantra, mengirim serangan yang ditangkis Yuri dengan pedangnya hingga menimbulkan percikan api. Tetapi Jaebum dari sebelah sana segera mengibaskan tangan dan mengirim satu lagi serangan yang meluncur ke sisi tubuh Yuriㅡnamun gadis itu berkelit. Membuat cahaya keemasan itu malah meluncur lurus ke arahku. Aku segera melompat ke samping dan berguling di atas tanah untuk menghindar dengan napas tersengal.

"Astaga!" tawa Yuri meledak di antara kekacauan hutan. Sementara aku sekali lagi mengerutkan hidung kesal dan Jaebum tampak memicing. Kami dengan segera memasang kuda-kuda dan mengepalkan tangan. "Ini duel yang konyol sekali! Kau yakin kau adalah Sang Terpilih? Siapa yang melatihmu? Dia? Astaga!" Yuri melirik Jaebum dan tawanya kembali meledak. "Dia adalah pemimpin paling lemah yang pernah kukenal!"

Aku menghembuskan napas dan menyeka poni, membiarkan cahaya putih berpendar terang dari tubuhku. Lantas ketika bertukar pandang dengan Jaebum, sudut bibirnya sedikit terangkat dan aku mengangguk samar. Well, kesalahan dari para musuh adalah mereka terlalu banyak bicara. Dan menyulut emosiku bukanlah tindakan yang baik.

Maka tanpa banyak bicara aku kembali melakukan segel sembari merapalkan mantra, menyentakkan tangan sekali lagi mengirim sebuah bola cahaya yang meluncur cepat ke arah Yuriㅡmenghantam tubuhnya tanpa ampun hingga terpental dan berguling di atas rerumputan. Tetapi Yuri masih bisa bangkit dengan segera dan aku merangsek maju bersama Jaebum yang mengambil tempat di sisiku. Kami kompak mengibaskan tangan mengirim serangan-serangan.

Splash! Splash!

Sring!

Yuri masih bisa menangkis. Tetapi setelah Jaebum melancarkan serangan terakhir, aku dengan segera melakukan segel dan merapalkan mantra mengirim cahaya putih membutakan yang menyelimuti Yuri. Erangan meluncur dari bibir gadis itu dan Jaebum sekali lagi mengirim serangan tanpa membuang waktu. Membuat Yuri kembali terpelanting dan jatuh berdebum di atas rerumputan bergabung bersama para pengikutnya yang telah mati.

Aku melirik bulan di atas sana. Waktu kami tinggal sedikit. Tetapi Yuri bahkan masih bisa bangkit meski terbatuk-batuk. Gadis itu melempar tatapan nyalang dan menyeka darah yang menetes dari mulutnya. Kemudian menyentakkan pedang, dia mengambil langkah bersamaan dengan sebuah erangan. Menuju ke arah kami. Menebas dan menghunus dengan pedang. 

Forbidden Forest (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang