III

338 54 7
                                    

"AAAK!" 

Aku terlonjak kaget dan melompat dari tempatku berdiri dengan jantung mencelus dan berdebar. Berbalik untuk mendapati seorang perempuan cantik bergaun merah menatapku dengan sebuah senyum. Aku sekali lagi berjengit, mengambil satu langkah mundur dan mengacungkan garpu tanah di tanganku, meski belum benar-benar pulih dari rasa terkejut. Mengerjap memerhatikan apakah perempuan ini benar-benar manusia atau bukanㅡtapi bentuknya padat dan sepasang kaki yang mengintip dari ujung gaun merahnya membuatku sedikit bisa menghela napas lega. Perempuan ini menapak tanah.

Tawa kecil yang meluncur dari bibir merah itu sedikit mencairkan ketegangan yang tercipta barusan. Aku menarik kembali garpu tanah yang teracung, meski tetap waspada karena; apa yang dilakukan perempuan ini di tengah hutan begini?

"Kau siapa?" tanyaku setelah menelan ludah. Perempuan itu mengambil satu langkah maju yang sontak membuatku mundur.

"Namaku Hyewon. Kau sendiri siapa, Gadis Muda? Berkeliaran di tengah hutan begini." perempuan bernama Hyewon itu memiringkan kepala dan menatapku dengan sepasang mata bulat yang cantik. Agak heran saat Hyewon memanggilku "Gadis Muda" padahal dia kelihatannya seusia denganku.

"A-aku Yenㅡ" aku buru-buru menutup mulut, menggeleng pelan. Kita tidak boleh menyebutkan nama kita pada orang asing sekalipun orang itu tidak terlihat mencurigakanㅡah, Hyewon terlihat mencurigakan, sih. "Aku hanya jalan-jalan."

"Sambil membawa itu?" wajahku terasa panas saat Hyewon mengedikkan dagu ke arah garpu tanah di tanganku. Seolah hendak berkata kenapa harus membawa benda seperti itu kalau hanya jalan-jalan.

"Hanya untuk berjaga-jaga. Ini hutan." jawabku pada akhirnya. Hyewon tampak mengangguk, mengambil satu langkah lagi mendekatㅡdan sekali lagi aku mundur. Tidak merasa aman berada dekat-dekat dengan perempuan itu. Yang justru membuat Hyewon kembali tertawa.

"Tidak usah takut. Aku tidak akan menyakitimu, kok." Hyewon tampak menunjuk sesuatu di belakang punggungnya, "rumahku di sebelah sana. Tidak jauh dari sini."

Aku menaikkan alis. Ada rumah di sekitar hutan ini? Kenapa Yujin tidak bilang?

"Mau mampir?"

"Tidak usah." aku merespon dengan cepat, menggelengkan kepala. Hyewon hanya mengulum senyum, terlihat maklum. Kemudian hening. Perempuan itu tetap berdiri di tempat seolah enggan beranjak dan aku tidak berani membalikkan tubuh. Ada yang pernah bilang kalau kau tidak boleh menunjukkan punggung pada musuhmuㅡwell, Hyewon bukan musuhku, tapi jelas dia orang asing yang aku tidak tahu baik atau tidaknya.

Kemudian setelah berdehem pelan, aku melirik ke tengah hutan. Senandung itu sudah lenyap tak terdengar. Dan kalau aku bertanya, apakah Hyewon tahu suara apa itu?

"Kau terlihat punya banyak pertanyaan, Gadis Muda." suara Hyewon menyentakkanku dan sekali lagi aku menatapnya. Apa aku terlihat semudah itu dibaca?

Menggigit bibir pelan, aku mengangguk. "Uhㅡapa kau, kira-kira tahu atau pernah mendengar suara-suara dari dalam hutan?"

"Suara seperti apa? Ada banyak suara di sini."

"Senandung." aku mengerjap ketika Hyewon tampak terdiam menatapku. "Dan juga cahaya yang berkedip-kedipㅡapa kau pernah melihatnya? Apakah itu semacam tanda seseorang meminta tolong atau bagaimana?"

Gelisah melanda seiring aku menanti jawaban Hyewon. Perempuan itu menatapku selama beberapa saat sebelum kemudian mengangguk. Wajahku langsung cerah. "Benarkah?"

Hyewon sekali lagi mengangguk. "Iya. Aku pernah dengar suara itu. Dan juga melihat kedipan cahaya dari dalam sana." dengan jarinya yang lentik, perempuan itu menunjuk ke dalam hutan. Aku menatap ke sana. Mengerutkan kening karena jauh di dalam sana tampaknya semakin gelap.

Forbidden Forest (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang