XVIII

223 47 20
                                    

"Orangtuaku adalah kerabat dekat keluarga Choi. Istriku adalah seorang Choi, kalau kalian lupa." Paman Kwon memulai cerita, mengerling aku dan Youngjae yang terbelalak dengan bibir terbuka menatapnya. Bibi Kwon memang saudara jauh Papa.

"Cerita tentang Tuan Putri Yuri sudah seperti dongeng pengantar tidur bagi anak-anak zaman duluㅡdikisahkan secara turun-temurun. Aku mendengarnya sejak kecil dan percaya sekali kalau Tuan Putri Yuri memang benar adanyaㅡmasih hidup dan tersembunyi di salah satu gua di dalam Hutan Terlarang." Paman Kwon menyandarkan tubuh dengan tatapan menerawang, "Kakekku juga percaya kalau Tuan Putri Yuri masih hidup. Tapi seiring berjalannya waktu dan beranjak dewasa, aku jadi berpikir kalau itu cuma dongeng biasa. Digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak masuk ke dalam Hutan Terlarangㅡbenar-benar banyak orang yang hilang di dalam sana. Kemudian lambat laun, kisah itu memudar. Bahkan mungkin sudah tidak ada lagi yang ingat tentang cerita Tuan Putri Yuri."

"Jadi aku kaget sekali saat Pak Nam bilang kalau Yujin bercerita aneh tentang Tuan Putri Yuri padahal aku yakin sekali tidak pernah menceritakan kisah itu pada anak-anakku." melempar tatapan pada Yujin, Paman Kwon mengulum senyum. "Lebih terkejut lagi saat Yena mengetahuinya secara detailㅡdan ternyata kau adalah Sang Terpilih."

Aku mengulum bibir, mengangguk pelan. 

"Jadi, empat hari lagi saat gerhana bulan, Tuan Putri Yuri akan bebas dari gua dan menyerang penduduk desa?" pertanyaan Paman Kwon dijawab anggukan tegas oleh kami.

"Benar, Paman. Dan ini masalahnya gawat sekali. Tadi pagi saja kami di serang oleh pengikut si putri cilik itu! Beruntungnya Yena bisa melindungi kami dan penghuni hutan lain juga datang menolong!" sahut Youngjae. "Jadi kami ingin memperingatkan para penduduk karena Jaebumㅡeh, Yang Mulia Jaebum bilang, pasukan Yuri juga akan menyerang desa dan diaㅡbeliau, tidak ingin ada penduduk desa yang terluka atau menjadi korban!"

"Kami sudah berusaha berbicara pada penduduk desa tapi mereka tidak percaya, Ayah." timpal Yujin dengan wajah cemberut. "Tadi kami mencari Kakek Yoon, tapi sayangnya Kakek Yoon tidak ada di rumah."

"Ah, benar. Kakek Yoon." Paman Kwon menyimak dengan seksama lantas menganggukkan kepala. "Kakek Yoon sudah pasti akan percaya dan membantu kalian memberitahu penduduk desa lain."

"Nah itu, Paman! Besok kami akan kembali menemui Kakek Yoon!" ujar Youngjae bersemangat. Kalimat Paman Kwon membuatnya menjadi lebih percaya diriㅡbahkan mungkin melupakan ketakutannya pada Hutan Terlarang. "Kita juga harus membantu Yena!"

Sekali lagi, Paman Kwon tampak mengangguk. Menatap kami satu per satuㅡtatapannya terhenti lama padaku ketika berkata, "Aku akan membantu kalian."

Senyum cerah terbit di bibir kami, bahkan tanpa sadar kami berpelukan seperti teletubies. Merasa lega karena setidaknya, ada satu penduduk desa yang bisa membantu kami. Melempar tatapan pada Paman Kwon, aku mengulum senyum tulus.

"Terima kasih banyak, Paman."

***

Selain karena kami kelelahan, percakapan dengan Paman Kwon yang melegakan membuat kami bisa tidur dengan nyenyak malam itu. Aku bahkan mengikuti jejak Yujin yang langsung terlelap setelah sepuluh detik menyamankan diri di futon. Namun tak lama karena suara kepakan sayap yang cukup keras membuatku terjaga. 

Aku melenguh pelan, megulurkan tangan dari balik selimut untuk meraih ponsel dan membuka kunci layarnya. Hampir pukul dua belas malam. Masih ada banyak waktu sebelum pagi kalau aku kembali tidurㅡtetapi sekali lagi, suara kepakan sayap itu kembali terdengar seolah mengundang. Aku menguap, terpaksa menarik diri dari futon dan mengusap wajah yang masih mengantuk. Setelah penyerangan tadi pagi, Jaebum memang berkata kalau penjagaan atas diriku harus diperketat. Tapi memangnya harus seberisik itu, ya? Lagipula, siapa yang menjagaku malam ini, sih? Tuan Yi-en? Atau Jaebum sendiri?

Forbidden Forest (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang