XXIV

197 37 15
                                    

Kami meluncur di antara pepohonan, menghindar dari siluman-siluman kera yang masih bergelantungan dan mencoba menyerang. Aku melakukan segel dan merapalkan mantra, melepaskan cahaya yang menyebar seperti kembang api dan menghantam telak tubuh kera-kera itu hingga mereka jatuh berdebum di atas tanah dan bergeming.

Chollima masih meluncur lincah, meliuk mengambil celah di antara para naga dan kye-ryong yang masih beradu kekuatan. Sesekali menghindar dari semburan api para naga sementara aku melepaskan serangan untuk membantu kye-ryong, yang membuat para naga menggeram marah dan berbalik hendak menyerangkuㅡtetapi para kye-ryong mencegah mereka. Seolah berkata, "Lawanmu adalah aku."

Melempar pandang ke depan, Yuri bersama naganya masih meluncur. Tidak jelas ke mana arah tujuannyaㅡdia hanya berputar, sesekali mengibaskan tangan seolah memberi komando pada naganya untuk menyemburkan api. Well, kekuatan Yuri melemah. Dan aku harus menjatuhkannya dari atas naga.

"Lebih cepat!" aku berdesis pada chollima, yang dengan segera mengepakkan sayap dan melesat cepat. 

Splash!

Aku melepaskan serangan, menghantam ekor berduri naga hitam yang ditunggangi Yuri membuat penyihir cilik itu menoleh. Hembusan angin di atas sini cukup kencang dan tatapanku terhalang asap-asap naga serta pergulatan antara mereka dengan kye-ryong hingga aku tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Yuri. Tetapi kutebak dia menyeringaiㅡkarena sejurus kemudian naga yang ditunggangginya bermanuver dengan sebuah raungan keras, mengubah laju terbang ke arah kami.

Memicingkan mata, aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tangan. Berbisik sekali lagi pada chollima untuk tidak memelankan laju terbang. Sekali lagi aku mengibaskan tangan mengirim serangan yang ditepis Yuri menggunakan sebuah pedangㅡsuara berdesing berbaur dengan kepakan sayap yang memenuhi udara. Meski cahaya ungu-kehitaman tampak berpendar dari pedang yang dipegangnya, Yuri tidak bisa melancarkan serangan jarak jauh dan itu memberiku keuntungan.

Kami sudah semakin dekatㅡakan bertabrakan kalau sampai lengah sedikit saja. Sementara Yuri mengayunkan pedang siap memenggal kepalaku, aku melakukan segel dan merapalkan mantra dengan cepatㅡmenyentakkan tangan membuat cahaya putih melesat ke arah Yuri seperti anak panah, lantas berpegangan pada chollima dan memiringkan tubuhku ke kanan membuat kuda ini dengan cepat berbelok tepat saat naga Yuri menyemburkan api yang hanya mengenai udara kosong sedangkan cahaya yang kukirimkan bertabrakan keras dengan pedang dalam genggaman tangan Yuriㅡberdesing. 

Chollima menukik tajam, tetapi segera berbelok dan kembali naikㅡYuri dan naganya melakukan hal yang sama. Aku kembali melakukan segel dan merapalkan mantra yang agak rumit, kemudian mengibaskan tanganㅡmelepaskan benang-benang cahaya yang terjalin seperti sebuah jaring, meluncur tanpa ragu ke arah Yuri. Tetapi meski seribu tahun terkurung di dalam gua, Yuri cukup gesit. Dia mengibaskan tangannya yang bebas memerintahkan naganya untuk menghindar dan jaring cahayaku meleset membungkus naga lain yang melintas. Naga itu menggeliat dan meraung keras, mencoba menyemburkan api yang segera padam dan berdesis meninggalkan kepulan asapㅡsebelum kemudian naga itu meluncur dan jatuh berdebum di atas tanah.

Aku berdecih pelan. Kembali memerintahkan chollima untuk bermanuver dan mencari keberadaan Yuri sekali lagi. Dia berada tak jauh di depan sana, bersama naganyaㅡdan juga naga-naga lain yang secara tiba-tiba membentuk barisan di depan Yuri dan meraung-raung. Aku mengerutkan kening. Mengedarkan pandangan untuk menemukan beberapa kye-ryong yang masih tersisa berterbangan di bawah kami. 

Menelan ludah, aku mencoba memberi komando dengan mengibaskan tangan dengan cahaya putih yang berpendar. Tetapi alih-alih mengikuti perintahku, para kye-ryong itu justru menggeram. Hidungku berkerut, apalagi ketika mendengar suara tawa samar-samar dari depan sana. Sialan. Yuri menertawaiku?

Forbidden Forest (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang