"Kau lebih lamban dari yang kukira."
Namanya Jaebum. Si burung berbulu kuning keemasan yang menolongku kemarin. Tampan, tapi sorot mata dan nada suaranya yang tidak ramah membuatku lebih menyukainya dalam wujud burung. Well, burung tidak berbicara dan terlihat lebih elegan.
"Aku sudah menunggumu sejak dua hari yang lalu." Jaebum kembali berujar seiring kami melangkah menuju tengah hutan. Dia mengusir Hyewon dengan tatapannya dan siluman rubah itu segera undur diri setelah membungkukkan badan sopan tanpa mengatakan apapun. Aku menghela napas pelan, menggaruk kepala yang tidak gatal. Baru saja membuka mulut hendak menyahut kalimatnya saat dia sudah lebih dulu bersuara, "Dan kau adalah orang pertama yang berani menunjukku tepat di muka."
"Maaf." aku bergumam sembari mengerutkan hidungㅡmelirik Jaebum yang melangkah dengan punggung tegap dan menjulang di sebelahku. Dia tidak terlihat seperti siluman biasaㅡdari caranya berbicara dan menatap, terkesan berwibawa meski terlihat agak angkuh. Bahkan Hyewon tidak berani menatapnya lama-lama dan segera menundukkan pandangan. Apa Jaebum adalah penguasa hutan ini?
"Kau siapa?" tanyaku di antara derak ranting kayu di bawa kaki. Jaebum melirik dengan manik keemasannya dan rautnya tak terbacaㅡwajahnya tampak kaku dan datar, seperti pahatan patung yang indah tapi menyebalkan.
"Aku sudah menjawab pertanyaanmu tadi." jawaban Jaebum membuatku menghela napas berusaha bersabar. Kalau yang menjawab seperti itu adalah Youngjae, sudah pasti aku menghadiahinya sebuah pukulan di lengan. Tapi Jaebum adalah silumanㅡdan aku tidak mau membuat masalah dengan siluman.
"Maksudku, apa kau penguasa hutan ini?" hawa dingin kembali menerpa tubuh. "Kenapa kau menungguku? Ada urusan apa denganku?"
Jaebum tidak segera menjawab. Tatapannya lurus pada cahaya hangat yang mulai terlihat di depan sana dan langkah pria itu melebar. Membuatku harus berlari kecil untuk menyejajarinya.
Kami di sambut suara raungan yang berbaur dengan cicitan burung serta gemericik air lembut ketika menjejakkan kaki di atas rumput hijau berembun. Aku mengedarkan pandangan sembari berdecak kagumㅡtanpa sadar menepuk pipiku sendiri untuk meyakinkan bahwa pemandangan yang terbentang di depanku bukanlah imajinasi.
Dan memang ini semua terlihat nyata; naga-naga berkepala ayam jantan berwarna gelap yang mengepakkan sayap saling berkejaran di atas sana dan terlihat kontras sekali dengan pepohonan hijau cerah dan langit biru, burung berkaki tiga yang terlihat lebih santai bermain-main di sekitar bunga-bunga mugunghwa dan sungai kecil bersama dengan kuda putih bersayap yang tengah menikmati kesegaran air sungai. Aku tanpa sadar tertawa kecil melihat seekor beruang besar cokelat berlari-lari di atas rerumputan mengejar burung merah besar yang berputar di atasnyaㅡsementara seekor singa berbulu putih kebiruan tampak memerhatikan dengan tenang.
"Kau menyelamatkanku." suara Jaebum mengalihkan perhatianku. Dan ketika menoleh, manik keemasan itu kembali menangkap mataku. Yang entah kenapa membuatku mengerjap gugupㅡkarena di bawah siraman cahaya mentari lembut, rambutnya tampak lebih gelap sementara kulit serta jubah putihnya bersinar keemasan. Indah sekali. Aku jadi berpikir kalau sosok di depanku bukanlah siluman tetapi malaikat.
Pemikiran konyol itu membuatku mengulum bibir menahan senyum dengan wajah memanas malu. Dan sepertinya tingkahku menarik perhatian Jaebum karena pria itu tampak memiringkan kepala dengan kening berkerut. "Kenapa?"
"Tidak." aku berdehem dan segera menggeleng. Menyelipkan anak rambut yang tertiup angin ke belakang telinga, mencoba fokus kembali pada apa yang barusan dikatakan Jaebum. "Ehㅡapa maksudmu dengan aku menyelamatkanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Forest (JB x Yena)
Fantasy[COMPLETE] "Mitos mengatakan bahwa siapapun yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah kembali; entah itu dimakan hewan buas, atau malah dimakan oleh makhluk lain yang tinggal di dalam sana." ... Choi Yena hanya siswi biasa, yang terpaksa melew...